Habitat Larva Mansonia Spp. Di Desa Henda Kabupaten Pulang Pisau Sebagai Vektor Filariasis Di Kalimantan

Penulis

  • Aqilah Az Zahra Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Kalimantan Tengah
  • Arini Ratnasari Program Studi Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Kesehatan, Universitas Widya Nusantara
  • Arif Rahman Jabal Program Studi Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Kedokteran, Universitas Palangka Raya
  • Indria Augustina Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Univeritas Palangka Raya

DOI:

https://doi.org/10.32382/medkes.v20i1.1230

Kata Kunci:

Habitat, identifikasi, larva, Mansonia spp, Desa Henda

Abstrak

Kasus Filariasis di Kalimantan tengah mengalami peningkatan pada tahun 2021 sebanyak 49 kasus filariasis kronis. Filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi tiga spesies parasit mikrofilaria diantaranya Brugia malayi, Brugia timori dan Wuchereria bancrofti ditularkan melalui nyamuk dari 5 genus Anopheles, Mansonia, Culex Aedes dan Amigeres. Penularan filariasis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keberadaan individu positif mikrofilaria, kepadatan vektor, perilaku masyarakat, dan faktor ekologi yang mempengaruhi kepadatan vektor penyakit. Karakteristik wilayah juga berperan sebagai faktor pendukung perkembangbiakan Mansonia spp. sebagai vektor filariasis. Mengetahui sebaran habitat larva Mansonia spp. dan mengidentifikasi spesies larva Mansonia spp. di Desa Henda kabupaten Pulang Pisau. penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel cross sectional untuk mengidentifikasi larva Mansonia spp. di Desa Henda Kabupaten Pulang Pisau. Kriteria pengambilan sampel larva Mansonia spp. yang dapat dijangkau untuk dilakukan pengambilan dan Estimasi besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh larva Mansonia spp. yang ditemukan selama penelitian berdasarkan titik koordinat yang ditentukan di Desa Henda Kabupaten Pulang Pisau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa habitat Larva Mansonia spp. di temukan di kolam ikan dengan karakteristik yang di tumbuhi oleh banyak tanaman air, jumlah Larva yang ditemukan yaitu sebesar 35 Larva yang terbagi dari 2 tempat yakni lokasi a = 33 Larva b = 2 Larva. Habitat Larva Mansonia spp. dapat di jumpai hidup pada kolam ikan yang dengan karakteristik ditumbuhi tanaman air. keberaradaan Larva Mansonia spp. perlu menjadi perhatian dalam hal upaya pengendalian vektor khususnya berkaitan dengan penularan penyakit filariasis di Kalimantan Tengah.

Kata Kunci : Habitat; identifikasi; larva; Mansonia spp; Desa Henda

Referensi

Sularno S, Nurjazuli, Raharjo M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis Di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. . Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2017 Mar;16(1):22–8.

Nirwan M, Hadi UK, Soviana S, Satrija F, Setiyaningsih S. Diversity, domination and behavior of mosquitoes in filariasis endemic area of Bogor District, West Java, Indonesia. Biodiversitas. 2022;23(4):2093–100.

Deshpande A, Miller-Petrie MK, Johnson KB, Abdoli A, Abrigo MRM, Adekanmbi V. The global distribution of lymphatic filariasis, 2000–18: a geospatial analysis. . Lancet Glob Health. 2020 Sep 1;8(9):1186–94.

Kementerian Republik Indonesia. Data Kasus Filariasis Indonesia 2021 . 2021;

Palaniyandi M, Anand P, Pavendar T. Environmental risk factors in relation to occurrence of vector borne diseaseepidemics: Remote sensing and GIS for rapid assessment, picturesque, and monitoring towards sustainable health.Int J Mosq Res. 2017;4(3):9–20.

Coutts SP, King JD, Pa’au M, Fuimaono S, Roth J, King MR. Prevalence and risk factors associated with lymphatic filariasis in American Samoa after mass drug administration. Trop Med Health. 2017 Aug 4;45(1).

Ridha MR, Hadi U, Retnani E. Vektor potensial Filariasis dan habitatnya di Desa Mandomai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2016;

Mordecai EA, Paaijmans KP, Johnson LR, Balzer C, Ben-Horin T, de Moor. Optimal temperature for malaria transmission is dramatically lower than previously predicted. Ecology Lette. 2013;16(1):22–30.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulang Pisau. Luas Wilayah Jabiren Raya 2021-2022 [Internet]. 2022 [cited 2024 Jun 2]. Available from: https://pulpiskab.bps.go.id/indicator/153/140/1/luas-wilayah-jabiren-raya.html

Riani I, Fahdhienie F, Arifin VN. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis Pada Masyarakat di Desa Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2023;7(1):981–95.

Burkett, Cadena N. Mosquitoes of the southeastern United States. In: The University of Alabama Press, Tuscaloosa, Alabama, United States. 2013. p. 188–208.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kunci Identifikasi Nyamuk Mansonia. Jakarta; 2008. 2–20 p.

Rahmatullah L. Penggunaan Tanaman Kiapu (Pistia stratiotes L.) Sebagai Pengolahan Pendahuluan Untuk Air Permukaan Dengan Parameter Warna dan TDS ǁStudi Kasus Air Selokan Mataramǁ,. [Yogyakarta]: UII Yogyakarta; 2008.

Safitri R. Phytoremidiasi Greywater Dengan Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes) dan Tanaman Kiambang (Salvinia molesta) Serta Pemanfaatannya Untuk Tanaman Selada (Lactuca sativa) Secara Hidroponik. . [Bogor]: Institut Teknologi Bandung ; 2009.

Don W S. Rahasia Kebun Asri. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.; 2006.

Fitri D N S. Fitoremediasi Limbah Rumah Tangga Oleh Tanaman Wilgen (Scirpus grossus), Kiapu (Pistia stratiotes), dan Teratai (Nymphea firecrest). Prodi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU. 2013;

Widjaja F. Tumbuhan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. [Bogor]: Institut Pertanian Bogor; 2004.

Cholik F, Artati R, Arifudin. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. Jakarta : Direktorat Jenderal Perikanan.; 1986.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Buletin Informasi Iklim Agustus 2024. Jakarta : Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika; 2024.

Dian R. Jumlah dan Daya Tetas Telur, serta Perkembangan Pradewasa Aedes aegypti di Laboratorium. [Bogor]: Institut Pertanian Bogor; 2004.

Martens W, Jetten T, Rotmans J, Niessen L. Climate change and vector-borne diseases. Global Environmental Change. 1995 Jun;5(3):195–209.

Hakim, Lukman, Mara Ipa. Sistem Kewaspadaan Dini Klb Malaria Berdasarkan Curah Hujan, Kepadatan Vektor dan Kesakitan Malaria di Kabupaten Sukabumi. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007 Jun;17(2).

Hidayati R, Boer R, Hadi U K, Buono A, Hakim L. Perubahan Risiko Penyakit Demam Berdarah dan Malaria akibat perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta : Kementerian Riset dan Teknologi; 2009.

Wu X, Lu Y, Zhou S, Chen L, Xu B. Impact of climate change on human infectious diseases: Empirical evidence and human adaptation. Environ Int. 2016 Jan;86:14–23.

Athaillah F S P B, Hasibuan, Eliawardani. Identifikasi dan Distribusi Nyamuk Aedes Vektor Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dalam Kampus Universitas Syiah Kuala. JIMVET. 2017;1(2):136–47.

Santoso, Yahya, Suryaningtyas N H, Pahlepi R I, Rahayu K S. Studi bioekologi nyamuk Mansonia spp vektor filariasis di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Provinsi Jambi. Jurnal Vektora. 2016 Oct 10;8(2):71–80.

Boesri H. Bioekologi dan peranannya sebagai vektor filariasis. Buletin Spirakel. 2011;3:4–11.

Rehena JF, Salmanu SIA, Rehena Z. People behavior and anopheles mosquitous bionomic and its correlation with malaria parasite prevalence and case fatality rate (CFR) in West Seram Regency. Bioedupat: Pattimura Journal of Biology and Learning [Internet]. 2021 Feb 18 [cited 2024 Nov 7];1(1):39–44. Available from: https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/bioedupat/article/view/3199

Pratiwi R, Anwar C, Salni, Hermansyah, Novrikasari, Ghiffari A. Species diversity and community composition of mosquitoes in a filariasis endemic area in Banyuasin District, South Sumatra, Indonesia. Biodiversitas. 2019 Feb 15;20(2):453–62.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pemberantasan Filariasis. . Direktorat JendralPPM PL — Direktorat P2B2 Subdit Filariasis dan Schistosomiasis. 2002.

Yotopranoto SS, Subekti, Rosmanida, Sulaiman. Dinamika populasi vektor pada lokasi dengan kasus demam berdarah dengue yang tinggi di Kotamadya Surabaya. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia. 1998;9:1–2.

Yahya, Ritawati, Rahmiati DP. Pengaruh Suhu Ruangan, Kelembapan Udara, pH dan Suhu Air Terhadap Jumlah Pupa Aedes Aegypti Strain Liverpool . Spirakel [Internet]. 2019 [cited 2024 Nov 7];11(1):16–28. Available from: https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/spirakel/article/view/1366

Pratiwi R, Anwar C, Salni S, Hermansyah H, Novrikasari N, Hidayat R. Habitat Characterization of Mansonia spp as Filariasis Vector in Banyuasin, South Sumatra, Indonesia. E3S Web Conf. 2018;68:1–5.

Santoso. Periodisitas Parasit Filariasisdi Desa Karya Makmur Puskesmas BatumartaVIII Kabupaten OKU Timur Tahun2007. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2010;9(1):1178–83.

Nasrin. Faktor-Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasisdi Kabupaten Bangka Barat. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.; 2008.

Supri Supriyono, Suriyani Tan, Upik Kesumawati Hadi. Perilaku Nyamuk Mansonia dan Potensi Reservoar dalam Penularan Filariasis di Desa Gulinggang Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan. Aspirator. Jurnal Penelitian Penyakit Tular Vektor. 2017;9(1).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. PedomanProgram Eliminasi Filariasisdi Indonesia. Jakarta; 2006.

Singgih H S. Parasitology and Parasitic Diseases in Indonesia (a country report). 2000;

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Eliminasi Filariasis di Indonesia. Pedoman Penentuan dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis. Jakarta : Kementrian Kesehatan; 2012.

McNulty SN, Mitreva M, Weil GJ, Fischer PU. Inter and intra-specific diversity of parasites that cause lymphatic filariasis. Infect Genet Evol . 2013;14(1):137–46.

Haryuningtyas D, Subekti DT. Deteksi mikrofilaria / larva cacing Brugia malayi pada nyamuk dengan polimerace chain reaction. JITV. 2008;13(3):240–8.

Entjang. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditya Bakti 6; 2000.

Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.

Fahmi N. Jenis Nyamuk Mansonia. Surabaya; 2016.

Kemenkes RI. Pedoman Pengumpulan Data Vektor Di Lapangan - Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit di Indonesia. Pedoman Koleks Spesimen dan Data di Lapangan. 2017;1–188.

Becker N, Petrić D, Zgomba M, Madon M, Dahl C, Kaiser A. Mosquitoes and their control. 2nd ed. Berlin Heidelberg: Springer-Verlag; 2010.

Rattanarithikul R, Harrison BA, Panthusiri P, Peyton EL, Coleman RE. Illustrated keys to the mosquitoes of Thailand. III. Genera Aedeomyia, Ficalbia, Mimomyia, Hodgesia, Coquillettidia, Mansonia, and Uranotaenia. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health. 2006 Feb 1;37:1–85.

Wharton R H. The Biology of Mansonia Mosquitoes in Relation to The Transmission of Filariasis in Malaya. Bulletin no 11. Institute for Medical Research Federation of Malaya. 1962.

Yahya, Upik, K., Rita, M, Reni, et al. Population of Filariasis Suspect Vector Mosquito in Endemic Area Jambu Ilir Village of Ogan Komering Ilir Province of South Sumatera. In Prosiding Seminar Hari Nyamuk 2009. 2009;9.

Ridha MR, WRG S. Perilaku menghisap darah dan perkiraan umur populasi di alam nyamuk potensial vektor filariasis di Desa Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. J Vektor Penyakit. 2019 Dec 30;13(2):77–86.

Unduhan

Diterbitkan

2025-06-24

Cara Mengutip

Az zahra, A., Ratnasari, A., Rahman Jabal, A., & Augustina, I. (2025). Habitat Larva Mansonia Spp. Di Desa Henda Kabupaten Pulang Pisau Sebagai Vektor Filariasis Di Kalimantan. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 20(1), 80–87. https://doi.org/10.32382/medkes.v20i1.1230
Abstrak viewed: 0
PDF downloaded: 0