Test the ability of banana weevils as nutrients for microorganisms in degrading household waste into compost
DOI:
https://doi.org/10.32382/medkes.v19i1.533Keywords:
MOL Banana Weevil, Household Garbage CompostingAbstract
Waste is waste resulting from activities from households, offices and others. The amount of waste generated nationally is 175,000 tons per day or the equivalent of 64 million tons per year if using environmental assumptions, which can cause various problems including: beauty and comfort as well as human health problems, both within the individual, family and community scope.This research aims to determine the ability of local microorganisms from banana weevils in the household waste composting process to speed up decomposition. The type of research used in this research is a field experiment by carrying out treatment tests three times. The results of the research showed that compost with the addition of 150 ml MOL banana weevils took 20 days for composting, whereas for compost with the addition of 100 ml MOL banana weevils the composting time took 21 days and for compost with the addition of 50 ml MOL banana weevils for 21 days. The length of composting time is greatly influenced by the microorganisms present in the MOL added to the compost. Based on SNI 7030- 2004, the size of the material used for compost maturity requirements such as the C/N ratio has a value of (10-20):1. The conclusion of this research is that banana weevil MOL is able to degrade waste into compost according to SNI standards. From the three tests that have been carried out, the most effective result is the addition of 150ml of banana weevil MOL. It is better for people to use banana weevils as compost and for agricultural purposes because they can degrade waste.
References
Ginting A. Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Sisa-Sisa Sayuran Rumah Tangga Dengan Aktivator Air Nenas [Internet]. Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. 2017. Available from: http://repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id/6044/14/15. Daftar Pustaka.pdf%0A
Widawati E, Harlianto T, Iskandar I, Budiono C. Kajian Potensi Pengolahan Sampah. J Metris. 2014;15:119–26.
Suwatanti E, Widiyaningrum P. Pemanfaatan MOL Limbah Sayur pada Proses Pembuatan Kompos. J MIPA [Internet]. 2017;40(1):1–6. Available from: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM
Okusa M. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 2008.
Badan Standardisasi Nasional. Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik. Badan Stand Nas. 2004;12.
Fidaus ER, Gazali M, Widada A, Marwanto A. Gambaran Pengelolaan Sampah Di Pasar Minggu Kota Bengkulu Tahun 2021. 2021; Available from: http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/id/eprint/1235%0Ahttp://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/1235/1/Karya Tulis Ilmiah Eldi Rhody Firdaus.pdf
Utomo PB, Nurdiana J. Evaluasi Pembuatan Kompos Organik Dengan Menggunakan Metode Hot Composting. J “Teknologi Lingkungan.” 2018;2(1):28–32.
Mifbakhuddin M, P LA, Nurullita U. Pengaruh Frekuensi Penyiraman Air Limbah Cucian Beras Terhadap Lama Waktu Pengomposan Dengan Metode Biopori. J Kesehat. 2022;15(1):45–50.
Rahmawati. Teknik Pengelolaan Limbah Rumah Tangga Berbasis Komunitas. Teknol Lingkung. 2018;2(1):40–7.
Prasetyo DD. UJI EFEKTIVITAS MIKROORGANISME LOKAL DARI TOMAT BUSUK, NASI BASI, BONGGOL PISANG, SEBAGAI STARTER DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK DESA DAGANGAN MADIUN. 2018;91.
Hasdiana U. Pengaruh Penambahan Lindi dan Nasi Basi terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik. Anal Biochem [Internet]. 2018;11(1):1–5. Available from: http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-59379 1%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-420070-8.00002-7%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.ab.2015.03.024%0Ahttps://doi.org/10.1080/07352689.2018.1441103%0Ahttp://www.chile.bmw-motorrad.cl/sync/showroom/lam/es/
Sitompul E, Wardhana W, Sutrisno E. Studi Identifikasi Rasio C/N Pengolahan Sampah OrganikSayuran Sawi, Daun Singkong, Dan Kotoran Kambing Dengan Variasi Komposisi Menggunakan Metode Vermikomposting. Tek Lingkung. 2017;6(2):1–12.
Tuhuteru S, - I. Pembuatan Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang pada Kelompok Tani Tunas Harapan Distrik Walelagama, Jayawijaya, Papua. Agrokreatif J Ilm Pengabdi Kpd Masy. 2019;5(3):188–94.
Suharno, Wardoyo S, Anwar T. Perbedaan Penggunaan Komposter An-Aerob dan Aerob Terhadap Laju Proses Pengomposan Sampah Organik. Poltekita J Ilmu Kesehat. 2021;15(3):251–5.
Widiyaniingrum P, Lisdiana. Efektivitas Proses Pengomposan Sampah Daun Dengan Tiga Sumber Aktivator Berbeda. Rekayasa. 2015;13(2):1–7.
Sinaga R, Christy J, Haloho RD. Rancang Bangun Komposter Aerob Dan Anaerob Untuk Mengurangi Sampah Organik Rumah Tangga. J Agroteknosains. 2021;5(2):65.
Zairinayati Z, Garmini R. Perbedaan MoL Bonggol Pisang dan EM4 sebagai Aktivator terhadap Lama Pengomposan Sampah dengan Metode Takakura. Sainmatika J Ilm Mat dan Ilmu Pengetah Alam. 2021;18(2):215.
Hidayati A. Pengaruh Aktivator Air Nanas Madu (Ananas Comosus L) Terhadap Kualitas Kompos Dari Sampah Ampas Teh Tahun 2020. 2020;1–47. Available from: http://repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id/id/eprint/2543
Prasetyo A. Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Kulit Durian Dengan Metode Aerob Dan Anaerob Oleh Aldy Prasetyo P00933120003. 2023.
Saputri LD. Pengaruh Penambahan Lindi Dengan Mol Dan Lindi Tanpa Mol Terhadap Proses Pengomposan Sampah Organik Di TPA Winongo. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun [Internet]. 2018;1(1):1–64. Available from: http://repository.stikes-bhm.ac.id/348/