https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/issue/feedMedia Implementasi Riset Kesehatan2024-12-06T22:53:56+08:00Open Journal Systems<div id="journalDescription-14" class="journalDescription"> <p>urnal Media Implementasi Riset Kesehatan adalah jurnal ilmiah yang dipublikasioleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Makassar. Jurnal Media Implementasi Riset Kesehatan merupakan Jurnal Nasional yang diterbitkan dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Media Implementasi Riset Kesehatan fokus pada hasil-hasil pengabdian masyarakat dalam lingkup ilmu kesehatan mencakup ilmu keperawatan, kebidanan, kesehatan lingkungan, ilmu farmasi, analis kesehatan atau laboratorium medis, ilmu gizi, fisioterapi, kesehatan gigi, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kesehatan lainnya.</p> <br />Jurnal Media Implementasi Riset Kesehatan adalah jurnal dengan reviewer teman sejawat sesuai dengan bidang keilmuannya yang dikembangkan untuk mendorong pengembangan keilmuan dalam bidang kesehatan secara umum sehingga dapat menjadi sumber referensi dalam mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berbasis <em>Evidence Based Practice</em> di Indonesia. Selain itu, jurnal itu menjadi wadah bagi dosen pengabdi dalam bidang ilmu kesehatan untuk mempublikasikan hasil pengabdian masyarakatnya sehingga mampu memperkaya referensi ilmiah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehatan di Indonesia.</div>https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/964Peningkatan Upaya Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Melalui Program Konservasi Pendengaran Pada Masyarakat Nelayan Yang Terpapar Kebisingan di Kelurahan Untia Kota Makassar2024-10-16T14:42:41+08:00Iwan Suryadiiwansuryadi@poltekkes-mks.ac.idAbdur Rivaiiwansuryadi@poltekkes-mks.ac.idNurlaila Fitrianiiwansuryadi@poltekkes-mks.ac.id<p>Penggunaan mesin-mesin produksi akan menimbulkan kebisingan di lingkungan kerja. Paparan kebisingan di atas nilai ambang batas (NAB) akan berisiko terhadap penurunan pendengaran. Nelayan merupakan jenis pekerjaan yang memiliki tingkat resiko yang tinggi terkena penyakit akibat kerja atau penurunan pendengaran akibat paparan kebisingan. Oleh karena itu Nelayan waib untuk melakukan pencegahan risiko penurunan ambang dengar dengan menerapkan program konservasi pendengaran. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan edukasi tentang peningakatan upaya keselamatan dan kesehatan kerja utamanya terkait penurunan nilai ambang dengar dengan program konservasi pendengaran (PKP) pada masyrakat nelayan Kelurahan Untia. Metode, pengabdian masyarakat dilakukan dengan 7 elemen program PKP yakni penilaian paparan bising, pengendalian kebisingan, tes pendengaran, edukasi dan pemberian APT, motivasi dan edukasi, pelaporan dan evaluasi program. Hasil pengabdian masyarakat adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang faktor risiko bising di area kerja, mampu mengukur kebisingan secara mandiri, mampu melakukan tes pendengaran secara mandiri serta mengetahui pengendalian yang harus dilakukan. Kesimpulan kegiatan ini telah dilakukan dengan pemberian pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan PKP sehingga partisipan mampu secara mandiri untuk mengidentifikasi faktor risiko kebisingan dan mampu mengendalikan risiko berkurangnya kemampuan dengar dengan menggunakan program konservasi pendengaran.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kebisingan, Program Konservasi Pendengaran</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/999Manfaat Penyuluhan Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Konsumsi Tablet Tambah Darah Untuk Mencegah Anemia Pada Remaja Putri di SMP Negeri 35 Makassar2024-10-16T14:44:04+08:00Sukmawati Sukmawatisukmawati@poltekkes-mks.ac.idSirajuddin Sirajuddinsukmawati@poltekkes-mks.ac.id<p>Remaja putri sangat rentan terhadap anemia karena kurangnya asupan zat besi. WHO (2019) menyatakan angka kejadian anemia remaja putri dan wanita usia subur di dunia sebesar 81,5 %. Remaja putri yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (Kemenkes, 2021) masih belum mencapai target yaitu 35,68% dari target Kementerian Kesehatan sebesar 52%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan jumlah remaja putri yang mengalami anemia sebesar 33,7%. Berdasarkan data cakupan remaja putri yang minum tablet tambah darah pada bulan April 2024 di Puskesmas Paccerakkang sebesar 70,8%. Cakupan ini masih jauh dari nilai target yaitu 100%. Diperlukan strategi dan kegiatan dalam meningkatkan kepatuhan remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah dengan cara melakukan peningkatan pengetahuan dan sikap melalui penyuluhan gizi. Tujuan pengabdian masyarakat adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai konsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia pada remaja. Tempat pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yaitu di SMP Negeri 35 Makassar. Waktu pelaksanaan kegiatan pengabmas tanggal 31 Juli 2024. <em>Penyuluhan dilaksanakan dalam bentuk ceramah interaktif dan praktik langsung konsumsi tablet tambah darah, menggunakan media leaflet dan banner.</em> Sasaran kegiatan penyuluhan adalah siswi kelas VII di SMP Negeri 35 Makassar. Jumlah sasaran sebanyak 40 orang. Hasil kegiatan pegabdian masyarakat, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, diamana sebelum penyuluhan hanya 4 siswi (10%) yang menjawab soal dengan benar, dan setelah penyuluhan semua siswi 40 (100%) menjawab soal dengan benar. Terjadi peningkatan/perbaikan sikap, diamana sebelum penyuluhan hanya 30 siswi (75%) yang menunjukkan sikap baik, dan setelah penyuluhan semua siswi 40 (100%) menunjukkan sikap baik. <em>Program ini memberikan dampak langsung terhadap peningkatan literasi gizi dan kesadaran akan pentingnya pencegahan anemia di kalangan remaja putri.</em></p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Anemia, Penyuluhan gizi, Pengetahuan, Sikap</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1027Upaya Pencegahan Penyakit Dbd Melalui Jumantik Di Sekolah Madrasah Aliyah Faqihul Ilmi2024-10-16T14:46:02+08:00Sulasmi Sulasmilaksmi.kesling@gmail.comErwinda Rachmanlaksmi.kesling@gmail.comMulyadi Mulyadisulasmi@gmail.comAlif Ramlisulasmi@gmail.comNaila Mardiyantisulasmi@gmail.com<p>Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang dan global. Penyakit DBD merupakan penyakit infeksi akut menular kepada manusia melalui perantara gigitan nyamuk <em>Aedes</em> yang mengandung virus dengue. Dinas Kesehatan Kota Makassar mencatat terjadi kenaikan kasus Demam Berdarah (DBD) di tahun 2024. Dimana, lonjakan kasus DBD terjadi di bulan Maret 2024 yakni 114 kasus. Sedangkan, di bulan Januari ada 47 kasus dan Februari sebanyak 74 kasus. Dengan adanya kasus tersebut, maka perlu adanya edukasi terus menerus mengenai bahaya DBD dan pencegahannya melalui JUMANTIK baik di masyarakat maupun di sekolah-sekolah. Pengabdian masyarakat dilakukan di sekolah Madrasah Aliyah Faqiul untuk menambah wawasan khususnya bagi siswa-siswi yang akan berperan aktif pada masa yang akan datang tercipta masyarakat yang lebih sehat dan terhindar dari penyebaran DBD. Metode yang digunakan melalui penyuluhan, tanya jawab. Serta melakukan pre test dan post test. Hasil penyuluhan mengalami peningkatan pengetahuan pada sasaran dari 56% meningkat menjadi 85% dalam menerapkan 3M. Sehingga disarankan guru dan staff berperan aktif dalam melaksanakan kebersihan lingkungan</p> <p><strong>Kata Kunci :</strong> DBD, 3 M Plus, JUMANTIK</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1075Sosialisasi Dan Pendidikan Kesehatan Dalam Optimalisasi Temuan Kasus Tuberculosis Di Kelurahan Mamajang Dalam Kota Makassar2024-10-16T14:52:25+08:00Abd Hady Jhady@poltekkes-mks.ac.idSimunati Simunatihady@poltekkes-mks.ac.idHariani Harianihady@poltekkes-mks.ac.id<p>Penelitian Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dalam Program Pengembangan Desa Mitra (PDM) ini bertujuan meningkatkan keberdayaan mitra dalam sosialisasi dan pendidikan kesehatan dalam optimalisasi temuan kasus tuberculosis. Lokasi di Kelurahan Mamajang Dalam Kota Makassar. Mitra utama dalam kegiatan Pengabmas ini adalah Pemerintah Kelurahan, Puskesmas, Posyandu, serta kader kesehatan, dan PMO. Khalayak sasaran adalah kader kesehatan. Pelaksanaan kegiatan Pengabmas dilakukan selama tujuh bulan. Kegiatan intervensi utama adalah <em>focus group discussion</em> (FGD), pendidikan dan pelatihan, serta sosialisasi. Hasilnya, pelaksanaan PkM memainkan fungsi dan peran yang signifikan dalam meningkatkan kompetensi dan keberdayaan Mitra partisipan dalam sosialisasi dan pendidikan kesehatan serta peningkatan temuan kasus Tb. Pelaksanaan FGD, pendidikan dan pelatihan, serta sosialisasi semakin urgen, penting dan strategis dalam mendukung keberhasilan peningkatan kompetensi mitra sebesar 35% pasca PkM. Masih terdapat sejumlah tantangan permasalahan serta hambatan/ kendala teknis dan non-teknis baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Oleh karena itu, Tim Pengabmas perlu memiliki kompetensi baik kompetensi teknis dan manajerial, maupun kompetensi strategis dan social dalam mengupayakan solusi atas setiap tantangan permasalahan serta hambatan/ kendala yang dihadapi di lapangan. </p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Sosialisasi, pendidikan, tuberculosis, temuan kasus.</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1088Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar2024-10-16T14:58:54+08:00Muh.Ikbal Ariefmikbalarif@gmail.comNadya Salzabilahmikbalarif@gmail.com<p>Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri. Upaya ini adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi- tingginya sebagai satu investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Sementara itu, kesadaran masyarakat akan kesehatan dan pola hidp bersih sehat, khususnya masyarakat desa masih sangat rendah. Untuk itu pemberian penyuluhan terkait Perilaku Hidup bersih sehat diharapkan dapat menjadi upaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya melakukan upaya Perilaku Hidup bersih sehat dalam kehidupan sehari-hari sekaligus memberikan pengetahuan bagaimana cara merealisasikannya sehingga bisa terwujud masyarakat yang peduli sehat</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Perilaku Hidup bersih sehat, peduli sehat</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1095Penerapan Model Promosi Kesehatan Dengan Antenatal Care Terstandar Mencegah Anemia Ibu Hamil Pasca Pandemi Covid 19 Di Wilayah Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar2024-10-27T13:16:44+08:00Marhaeni Syarifahmarhaeni@poltekkes-mks.ac.idMaria Sondamariasonda@poltekkes-mks.ac.idZulaeha A. Amdadizulaeha_amdadi@poltekkes-mks.ac.id<p>Prevalensinya anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi di Indonesia sebesar 48,9%, dan di Puskesmas Kassi-Kassi sebesar 9,6%. Pengabdian kepada masyarakat oleh dosen menjadi harapan untuk meningkatkan partisipasi dalam upaya kesehatan. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat menjadi pemicu tingginya anemia pada ibu hamil, solusi terbaik dengan Penerapan Model promosi kesehatan menggunakan metode edukatif, dikembangkan berdasar atas pemenuhan empat kebutuhan psikologi dasar ibu hamil untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang cukup, pemahaman serta sikap positif untuk diwujudkan dalam bentuk tindakan yang memungkinkan untuk mengeksplorasi pilihan melalui pendekatan pendidikan kesehatan<em>, </em>bagaimana meningkatkan komitmen ibu dengan kesadarannya dalam meningkatkan motivasi <em>intrinsic</em> sehingga akan mampu memfasilitasi perubahan perilaku kesehatan dalam tingkatan pencegahan primer, pencegahan sekunder hingga penegahan tersier terhadap anemia yang lebih berat. Sasarannya adalah ibu hamil yang dilayani di Puskesmas Kassi-Kassi. Hasilnya diperoleh berdasarkan evaluasi dengan metode <em>pre-test </em>sebelum dilakukan edukasi dan tindaklanjut dilakukan simulasi saat pembinaan di Posyandu dan evaluasi akhir dilakuka <em>post-test, dan hasilnya</em> sangat meggembiraakan dimana semua ibu hamil memahami pentingnya memperoleh pelayanan antenatal testandar yang pada evaluasi awal mereka rata-rata kurang memahami tentang natenatal terstandar tersebut. Lebih dari itu kader yang mendampingi pada saat intervensi juga memperoleh pemahaman bahkan mampu memberi penyuluhan terkait materi tersebut. Sebagai luaran yang dari kegiatan ini berupa artikel, <em>Leaflet</em>, dan kekayaan intelektual, juga terbentuknya jejaring sosial dimasyarakat khususnya di wilayah Puskesmas Kassi-Kassi.</p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> Model Promosi Kesehatan mencegah anemia</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1099Penyuluhan Penerapan Lima Pilar STBM Terhadap Kejadian Stunting2024-10-27T13:17:50+08:00Muslimin Bmusimink2@gmail.comRuqaiyah Ruqaiyahmusimink2@gmail.comAli Imranwahabthamrin1@gmail.com<p>Satu indikator faktor lingkungan yang dapat menyebabkan stunting masyarakat secara tidak langsung adalah sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Metode pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan sanitasi ini memanfaatkan pemberdayaan masyarakat untuk mendorong perubahan perilaku, terutama perilaku yang berpotensi mengakibatkan peningkatan kasus stunting. Karena kekurangan sumber daya dan jangkauan area kegiatan yang begitu luas, kegiatan penyuluhan belum dilakukan sepenuhnya. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lima Pilar STBM dan stunting pada ibu balita di Desa Benteng Gajah. Metode: Penyuluhan memberikan pengabdian masyarakat, yang kemudian digunakan untuk mengukur indikator keberhasilan dengan menggunakan pre-test dan post-test. Hasil: Hasil dari kegiatan penyuluhan menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta tentang 5 Pilar STBM dan Stunting. Ini ditunjukkan oleh nilai pre-test dan nilai post-test peserta baik sebelum maupun sesudah penyuluhan, dengan 61% peserta mengetahui tentang pilar STBM dan Stunting, dan 89% peserta mengetahui tentang pilar tersebut setelah penyuluhan. Keputusan: Kegiatan penyuluhan dapat membantu ibu balita lebih memahami penerapan 5 Pilar STBM dan Stunting. Untuk itu, kegiatan penyuluhan harus ditingkatkan agar petugas kesehatan dapat mengajarkan ibu balita hal-hal baru tentang kesehatan.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>pengabdian masyarakat ,penyuluhan, pengetahuan,5 Pilar STBM, Stunting</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1115Pemberdayaan Petugas Kia Tentang Cara Mendeteksi Monosodium Glutamat (Msg) dan Klorin Pada Makanan Serta Dampak Penggunaannya Terhadap Kesehatan Ibu Hamil 2024-10-28T08:42:48+08:00Nuradi Nuradinuradianalis@poktekkes-mks.ac.idRidho Pratamanuradianalis@poltekkes-mks.ac.idMuhammad Nasirnuradianalis@poltekkes-mks.ac.id<p>Pemberdayaan petugas kesehatan dalam mendeteksi bahan tambahan pangan (BTP) berbahaya seperti Monosodium Glutamat (MSG) dan klorin pada makanan menjadi sangat penting, terutama di kalangan ibu hamil. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberdayakan petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Mamajang Kota Makassar dalam mendeteksi MSG dan klorin pada makanan serta memberikan edukasi mengenai dampaknya terhadap kesehatan ibu hamil. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melalui pelatihan kepada petugas KIA. Pelatihan meliputi teori mengenai MSG dan klorin, metode deteksi sederhana, serta dampak kesehatan yang ditimbulkan. Hasil kegiatan pengabdian ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti pelatihan, pengetahuan dan keterampilan petugas KIA dalam mendeteksi MSG dan klorin meningkat secara signifikan. Petugas juga mampu menyampaikan informasi yang benar kepada ibu hamil mengenai bahaya konsumsi MSG dan klorin berlebihan. Simpulan dari kegiatan ini adalah pelatihan pemberdayaan petugas KIA sangat efektif dalam meningkatkan kapasitas mereka dalam mendeteksi BTP berbahaya dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya ibu hamil, akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang aman dan bergizi.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Pemberdayaan Petugas KIA, MSG, Klorin, Ibu hamil, kesehatan.</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1148Pengaruh Pemeriksaan Darah Rutin Pada Ibu Hamil Di Makassar Terhadap Pencegahan Stunting2024-11-16T08:44:32+08:00Artati Artatiartati@poltekkes-mks.ac.idHikmawati Mas’udartati@poltekkes-mks.ac.idBudirman Budirmanbudirman@poltekkes-mks.ac.id<p>Pemeriksaan darah rutin, khususnya hemoglobin, eritrosit, leukosit, dan trombosit, merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium penting dalam kehamilan untuk mendeteksi kesehatan ibu hamil secara dini. Penelitian ini melibatkan 27 ibu hamil di Kelurahan Banta-Bantaeng dan Mandala, Kota Makassar. Berdasarkan data Demografi, peserta terdiri dari berbagai usia, dengan mayoritas berusia 20-30 tahun, dan latar belakang pendidikan yang bervariasi, termasuk lulusan SMA dan perguruan tinggi. Hasil pemeriksaan darah rutin yang abnormal dapat berpotensi memicu masalah stunting pada generasi mendatang. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan darah rutin dan menyediakan layanan pemeriksaan gratis. Metode yang digunakan termasuk penyuluhan, wawancara, dan pemeriksaan darah. Sebelum sosialisasi, dilakukan pre test untuk mengukur pengetahuan awal peserta, dengan hasil menunjukkan bahwa 74,1 % peserta memiliki pemahaman yang rendah tentang pemeriksaan rutin. Setelah sosialisasi, post test menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan, dengan 100 % peserta menunjukkan pemahaman yang baik mengenai pentingnya pemeriksaan darah rutin. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan ibu hamil. Sedangkan pemeriksaan darah rutin pada sampel darah di lakukan di Laboratorium. Hasil Pengabmas terjadi peningkatan pengetahuan dan informasi terkait manfaatnya pemeriksaan darah rutin secara berkala dengan hasil darah rutin yang normal (hemoglobin dan eritrosit 100 % normal, leukosit 89% dan trombosit 92,6%). Kesimpulan terjadi peningkatan pemahaman dan wawasan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan darah rutin secara berkala. Implikasi dari kegiatan ini menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan yang berkelanjutan untuk mencegah stunting, dan diharapkan program ini dapat dilanjutkan secara berkala untuk memastikan keberlanjutan dalam upaya pencegahan stunting di masyarakat.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Ibu hami, pemeriksaan darah rutin, stunting</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1158Edukasi Pada Remaja Di Kelurahan Mandala Kota Makassar Tentang Pentingnya Pemeriksaan Hemoglobin Dan Leukosit Untuk Pencegahan Stunting2024-11-16T08:45:35+08:00Zulfian Armahartati@poltekkes-mks.ac.idArtati Artatiartati@poltekkes-mks.ac.idBudirman Budirmanbudirman@poltekkes-mks.ac.id<p>Pencegahan stunting pada remaja merupakan isu kesehatan yang penting, terutama di daerah perkotaan seperti Kelurahan Mandala, Kota Makassar. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada remaja mengenai pentingnya pemeriksaan hemoglobin dan leukosit sebagai langkah preventif dalam mencegah stunting. Metode yang digunakan adalah penyuluhan atau edukasi, wawancara, pemeriksaan hemoglobin dan leukosit. Lokasi penyuluhan dilakukan di kelurahan Mandala kota Makassar. Sebelum sosialisasi, dilakukan pre test untuk mengukur pengetahuan awal peserta, dengan hasil menunjukkan bahwa Pada saat pre-test tingkat pengetahuan remaja dengan kategori kurang adalah 16 orang (50%), sedangkan dengan kategori baik adalah 16 orang (50%). Setelah sosialisasi, pada saat post-test tingkat pengetahuan remaja dengan kategori kurang adalah sebanyak 1 orang (1,47%) dan dengan kategori baik adalah sebanyak 67 orang (98,53%).post test menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan, menunjukkan pemahaman yang baik mengenai pentingnya pemeriksaan hemoglobin dan leukosit. Sedangkan pemeriksaan Hemoglobin dan Leukosit dilakukan di laboratorium. Hasil pengabdian masyarakat meningkatkan pemahaman remaja di kelurahan Mandala kota Makassar tentang pentingnya pemeriksaan hemoglobin dan leukosit untuk pencegahan stunting. Hasil pemeriksaan hemoglobin dan leukosit yang normal (hemoglobin dan leukosit 100%). Implikasi dari kegiatan ini menunjukkan perlunya program berkelanjutan dalam bentuk edukasi rutin dan pemeriksaan kesehatan bagi remaja, sehingga kesadaran akan pentingnya asupan gizi dan kesehatan dapat terus dipelihara. Dengan demikian, diharapkan dapat tercapai zero stunting di kalangan remaja. Pengabdian masyarakat ini menyimpulkan bahwa edukasi kesehatan yang tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja tentang pentingnya pemeriksaan hemoglobin dan leukosit dalam pencegahan stunting.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Pemeriksaan Hemoglobin, pemeriksaan leukosit,remaja, stunting</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1164Penentuan Status Kesehatan Murid Sekolah Dasar Mamajang I Kelurahan Mamajang Luar Kecamatan Mamajang Kota Makassar Dari Aspek Kecacingan Dan Anemia2024-11-16T08:46:39+08:00Muhammad Nasirmnasir@poltekkes-mks.ac.idNuradi Nuradimnasir@poltekkes-mks.ac.idHerman Hermanmnasir@poltekkes-mks.ac.idYaumil Tandjungbulumnasir@poltekkes-mks.ac.idWidarti Widartimnasir@poltekkes-mks.ac.idRidho Pratamamnasir@poltekkes-mks.ac.id<p>Kesehatan anak sekolah dasar merupakan isu penting yang perlu diperhatikan, terutama terkait masalah gizi seperti kecacingan dan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi kecacingan dan anemia pada siswa Sekolah Dasar Mamajang I, Kota Makassar. Kegiatan ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pemeriksaan sebanyak 41 siswa diambil secara purposive sampling. Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis sampel kuku tangan untuk deteksi telur cacing metode Sedimentasi dan pengukuran kadar hemoglobin (Hb) darah metode POCT. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi cacing sebesar 7,3% berdasarkan ditemukannya telur nematoda pada sampel kuku tangan. Sementara itu, prevalensi anemia tercatat sebesar 29,3% dengan nilai Hb di bawah batas normal. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya masalah kesehatan terkait kecacingan dan anemia pada siswa Sekolah Dasar Mamajang I. Prevalensi anemia yang cukup tinggi menjadi perhatian serius karena dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Kecacingan, Anemia, Anak Sekolah Dasar, Prevalensi, Kesehatan Masyarakat</p>2024-12-07T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1166Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Kelompok Masyarakat Di Kelurahan Lompoe Kecamatan Bacukiki Kota Parepare2024-11-16T21:19:44+08:00Muhammad Nuralamsyahalamsyah@poltekkes-mks.ac.idMuhammad Nasirnuralamsyahnini@gmail.com<p>Cardiac arrest atau henti jantung merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa serta mengakibatkan kematian jika tidak ditangani segera, kejadian henti jantung sekitar 360.000 korban banyak ditemukan di luar rumah sakit setiap tahunnya dan 15% sebagai penyebab seluruh kematian. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit jantung menduduki peringkat pertama dari sepuluh penyakit penyebab kematian di dunia dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun 2000-2012. Pertolongan pertama adalah suatu perawatan yang diberikan sementara menunggu bantuan datang atau sebelum dibawa kerumah sakit atau puskesmas. Kematian akibat cardiac arrrest dapat dicegah dengan melakukan Basic Life Support (BLS) sesuai dengan langkah-langkah chain of survival (Nolan et al., 2010) yang salah satu komponennya adalah resusitasi jantung paru (RJP) yang berkualitas (Gruber et al., 2012). Tujuan kegiatan ini diharapkan peserta mampu memberikan pertolongan pertama saat kejadian pada korban yang mengalami sakit, cedera atau kecelakaan yang membutuhkan bantuan hidup dasar (BHD. Jumlah peserta dalam kegiatan ini berjumlah 27 orang. Pelaksanaan pelatihan diawali dengan sesi pembukaan dan pengenalan pemateri, tim pengabdi, mahasiswa dan juga peserta, Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian materi Bantuan Hidup Dasar (BHD), Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pemberian kompresi atau tehnik Hands-Only CPR oleh para fasilitator dengan bantuan alat manikin dan audiovisual untuk mempermudah para peserta memahami tehnik dan menguasai ritme pemberian kompresi dalam Resusitasi Jantung Paru. Rangkaian tahapan Bantuan Hidup Dasar dapat dengan mudah dipahami oleh peserta, dan seluruh peserta dapat melakukannya dengan baik.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Pelatihan, Bantuan Hidup dasar</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/1194 Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Screening Dan Interpretasi Kejadian Stunting Sesuai PERMENKES RI NOMOR 2 Tahun 2020 Di Kota Makassar2024-11-20T08:03:58+08:00Rudy Hartonodinomks70@gmail.comMira Andinimira_andini@poltekkes-mks.ac.idAgustian Ipamira_andini@poltekkes-mks.ac.idBesse Hasanahmira_andini@poltekkes-mks.ac.id<p>Posyandu berperan penting sebagai tempat kegiatan sosial bagi masyarakat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan. Pemantauan tumbuh kembang anak juga dapat dilaukan di Posyandu melalui pengukuran berat badan bayi setiap bulan yang terjadwal secara rutin dicatat pada sistem Kartu Menuju Sehat (KMS). Hambatan terhadap kemajuan anak dalam penambahan berat badan terlihat jelas dari kurva pertumbuhan yang diperoleh dari pengukuran rutin yang tercantum dan dicatat dalam KMS. Peningkatan atau penurunan jumlah anak stunting di bawah usia 5 tahun dapat segera diketahui dalam waktu singkat (beberapa bulan), dengan cepat mengetahui penyebabnya, dan segera menyusun rencana penanggulangannya. Rumusan masalah nonkomersial ini adalah untuk meningkatkan keterampilan kader Posyandu dalam mengukur data BB, PB/TB dan menghitung usia berdasarkan presisi dan akurasi guna meningkatkan kualitas skrining stunting. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat adalah team based learning (TBL) dan dukungan eksekutif dalam pelaksanaan kegiatan. Penerimaan materi yang diberikan kepada peserta dapat dikatakan sama baiknya dengan meningkatnya pengetahuan pengukuran antropometri yang akurat dan tepat di Kelurahan Lajangiru Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>pengetahuan, keterampilan, kader posyandu, <em>screening, </em>stunting</p>2024-12-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatanhttps://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medriset/article/view/928Pembuatan Desinfektan Alami Untuk Sterilisasi Ruangan Guna Mencegah Sick Building Syndrome2024-10-16T14:41:29+08:00Ain Khaerkhaerain@gmail.comMulyadi Mulyadikhaerain@gmail.com<p>Mikroorganisme tersebar luas di alam dan dapat mencemari produk pangan serta udara dalam ruangan, sehingga berkontribusi terhadap gangguan kesehatan seperti Sick Building Syndrome (SBS). SBS ditandai dengan keluhan kesehatan seperti kelelahan, sakit kepala, iritasi kulit, dan kurang konsentrasi, yang sering terjadi akibat kualitas udara buruk di gedung modern. Faktor utama penyebab pencemaran udara dalam ruangan meliputi ventilasi buruk (52%), kontaminasi struktur dalam (17%), dan kontaminasi bakteri (5%). Standar lingkungan kerja ideal meliputi suhu 18–28°C, kelembaban 40–60%, dan angka bakteri <700 koloni/m³. Penggunaan disinfektan kimia untuk sterilisasi ruangan memiliki risiko kesehatan jangka panjang karena bahan beracun seperti klorin dan hidrogen peroksida. Oleh karena itu, disinfektan alami menjadi alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Namun, pengetahuan masyarakat mengenai pembuatan disinfektan alami masih terbatas. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan memberikan pelatihan pembuatan disinfektan alami guna mengendalikan mikroorganisme dalam ruangan dan mencegah SBS. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya yang menganalisis mikroorganisme di ruang ber-AC dan tidak ber-AC terhadap kejadian SBS di Kota Makassar. Diharapkan pelatihan ini dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> Desinfektan, Sick Building Syndrome (SBS), Sterilisasi</p>2024-12-07T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2024 Media Implementasi Riset Kesehatan