Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi
<p>Penamaan Jurnal SULOLIPU berasal dari bahasa daerah Nusantara dengan akar kata <strong>Sulo</strong> yang berarti <strong>suluh</strong> (bahasa Bugis dan Toraja), <strong>obor </strong>(bahasa Makassar), <strong>lampu</strong> atau <strong>pelita</strong> (bahasa Mandar); yang kesemuanya dapat berarti <strong>Penerang</strong> atau <strong>Pencerahan</strong>. Selanjutnya, <strong>Lipu</strong> diartikan <em><strong>tanah</strong></em> atau <em><strong>bumi</strong></em> (bahasaToraja) dan <strong>negeri </strong>atau <strong>kampung</strong> (bahasa Bugis), yang berkonotasi kearah arti <em><strong>alam sekitar</strong> atau <strong>lingkungan</strong>; Lengkapnya, buletin SULOLIPU mengandung makna sebagai media atau wahana komunikasi penyebarluasan informasi higiene sanitasi kesehatan lingkungan dan terkait upaya untuk menciptakan sekaligus menikmati lingkungan sehat, yang dilahirkan dari seputar wilayah Sulawesi Selatan Indonesia.</em></p> <p>Tulisan yang diterima melingkupi rumpun Ilmu Kesehatan Lingkungan dengan diberi kode 359 oleh Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi, yang dapat berupa Artikel Hasil Riset, Book Review, Literatur Review, Komentari/Opini, Berita Ilmiah (Scientific News), dan Letter to Editor. Tulisan tersebut menyangkut Sanitasi Dasar (penyehatan air, pengelolaan limbah cair, pembuangan tinja, penanganan sampah, penyehatan makanan minuman, pengendalian vektor), penyehatan udara, pengamanan pestisida, rumah sehat dan tata graha, perilaku hidup bersih dan sehat, higiene perorangan, sanitasi tempat umum-wisata-matra, sanitasi transportasi, sanitasi industri dan keselamatan kerja, sanitasi rumah sakit, sanitasi kawasan pesisir pantai dan laut, penyakit berbasis lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan, manajemen risiko lingkungan, epidemiologi kesehatan lingkungan, Mikrobiologi Lingkungan</p> <p>Sulolipu : Media Komunikasi sivitas Akademika dan masyarakat merupakan jurnal ilmiah berkala yang diterbitkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan dengan <a title="pISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180432075" target="_blank" rel="noopener">pISSN : 0854-624X </a><strong>( Cetak )</strong>, dan <a title="e-ISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1532662765" target="_blank" rel="noopener">e-ISSN : 2622-6960 </a><strong>( Online )</strong></p> <div class=" svelte-1c06zsf" data-lang-code=""> <p data-spm-anchor-id="a2ty_o01.29997173.0.i4.56c5c921pE6KD8">Sebelumnya, jurnal <em>Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat</em> dikelola dan dipublikasikan melalui platform Open Journal Systems (OJS) versi 2 dengan alamat <a style="position: relative;" href="https://dnc.web.id/ojs2/index.php/Sulolipu" target="_blank" rel="nofollow noopener">https://dnc.web.id/ojs2/index.php/Sulolipu </a>. Namun, untuk meningkatkan layanan dan keamanan sistem, jurnal ini telah bermigrasi ke OJS versi 3 sejak Volume 23, Nomor 1 (2023). Seluruh proses pengelolaan naskah dan publikasi jurnal kini dilayani melalui platform baru di <a style="position: relative;" href="https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/index" target="_blank" rel="nofollow noopener">https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/index </a>.</p> <p>Bagi pembaca yang ingin mengakses arsip terbitan lama mulai dari Volume 17, Nomor 1 (2017) hingga Volume 22, Nomor 2 (2022), arsip tersebut masih dapat diakses melalui tautan berikut:<br /><a style="position: relative;" href="https://dnc.web.id/ojs2/index.php/Sulolipu/issue/archive" target="_blank" rel="nofollow noopener">https://dnc.web.id/ojs2/index.php/Sulolipu/issue/archive </a></p> <p>Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini dan mengucapkan terima kasih atas dukungan serta perhatian Bapak/Ibu pembaca dan penulis sekalian.</p> </div>Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassarid-IDSulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat0854-624XBiokoagulan Sebagai Teknologi Koagulasi Untuk Pengendalian Kekeruhan Pada Pengolahan Air : Sebuah Tinjauan Sistematis
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1284
<p>Pencemaran air merupakan tantangan lingkungan yang menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat dan ekosistem alam. Untuk mengatasi masalah yang mendesak ini diharapkan adanya penerapan metode pengolahan air yang efisien dan ramah lingkungan, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan yakni pemanfaatan biokoagulan sebagai alternatif koagulan kimia. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas biokoagulan dalam mengurangi kekeruhan dalam proses pengolahan air. Metode penelitian yang digunakan adalah systematic literatur review dengan mengumpulkan data sekunder dari beberapa database jurnal seperti Google Scholar, Sqopus, dan Pubmed dalam rentang Tahun 2020-2024. Terdapat 561 artikel jurnal yang ditemukan berdasarkan kata kunci yang kemudian dilakukan skrining berdasarkan kriteria inkulsi dan ekslusi sehingga didapatkan 13 artikel jurnal untuk dilakukan analisis. Hasil menunjukkan moringa oleifera lebih banyak digunakan dari beberapa jenis biokoagulan dengan efektivitas mengurangi kekeruhan sebesar 83,06% - 99% dan chitosan menjadi yang tertinggi dalam mengurangi kekeruhan sebesar 99%. Hal ini menunjukkan bahwa biokoagulan dapat menjadi alternatif pengganti koagulan dalam menurunkan kadar kekeruhan pada dengan tetap memperhatikan karakteristik air. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan biokoagulan dalam pengolahan air dengan integrasi teknologi membran filtrasi sehingga dapat menjadi solusi berkelanjutan yang lebih aman dan ramah lingkungan dalam pengolahan air.</p>Muhammad Aidil FitrahSetiawan KasimMuh. SalehMorrin Choirunnisa Thohira
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625219521010.32382/sulo.v25i2.1284Analisis Tingkat Kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di RSI Surabaya Jemursari Tahun 2025
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1606
<p>Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit di RS sangat penting karena interaksi antara pasien yang sehat dan pasien yang sakit meningkatkan risiko penularan penyakit. Studi pendahuluan di RSI Surabaya Jemursari menunjukkan masih ditemukan beberapa macam jenis vektor dan binatang pembawa penyakit serta beberapa keluhan terkait keberadaannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit yang berada di rumah sakit sesuai Permenkes No.2 Tahun 2023. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em> dengan waktu satu bulan penelitian. Sampel dalam penelitian ini meliputi nyamuk, lalat, kecoa, dan tikus di area rawat inap dengan keluhan, instalasi gizi, TPS domestik dan limbah B3, taman, serta kantin/café dengan <em>purposive sampling</em>. Data dikumpulkan melalui observasi, pengukuran, dan wawancara dengan petugas <em>pest control</em> serta sanitasi RS, lalu dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan indeks populasi lalat di instalasi gizi, TPS limbah B3, dan kantin/café = 0% memenuhi, namun di TPS domestik >2 ekor tidak memenuhi syarat. Kepadatan nyamuk berdasarkan indeks populasi habitat=0% dan container index=0% memenuhi syarat, tetapi jentik masih ditemukan di TPA luar bangunan RS. Indeks populasi kecoa=1 memenuhi syarat, sementara kepadatan tikus berdasarkan success trap= 49% tidak memenuhi syarat. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit di RSI Surabaya Jemursari tergolong baik berdasarkan indikator kepadatan dan metode pengendalian yang diterapkan. Meski sebagian lokasi menunjukkan hasil belum memenuhi syarat, upaya monitoring, evaluasi, serta pengendalian fisik, kimia, biologi, dan lingkungan telah dilaksanakan secara terpadu. Perbaikan desain TPS domestik, pemanfaatan tanaman pengusir vektor, intensifikasi monitoring area non-layanan, dan edukasi berkala disarankan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian.</p>Nimas Elok CahyaningHadi SuryonoIva RustantiPratiwi HermiyantiFadjar Setiyadi
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625221122610.32382/sulo.v25i2.1606Analisis Risiko Paparan Kadmium dan Kromium Melalui Konsumsi Kerang Bakalang pada Kelompok Lanjut Usia di Lantebung, Makassar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1637
<p>Kerang Bakalang merupakan salah satu sumber protein penting bagi masyarakat pesisir, namun kontaminasi logam berat dapat menimbulkan risiko kesehatan, terutama pada kelompok lanjut usia yang rentan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko kesehatan non-karsinogenik akibat paparan logam berat kadmium (Cd) dan kromium (Cr) melalui konsumsi kerang Bakalang oleh kelompok lanjut usia di perairan Lantebung, Kelurahan Bira. Data konsentrasi logam berat diperoleh melalui analisis laboratorium, sedangkan data konsumsi dan karakteristik responden dikumpulkan melalui survei langsung. Intake harian dihitung berdasarkan frekuensi dan durasi konsumsi, berat badan, dan waktu rata-rata. Nilai Risk Quotient (RQ) dihitung dengan membandingkan intake harian dengan dosis referensi (RfD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata Cd sebesar 0,08 mg/kg dan Cr sebesar 1,04 mg/kg dalam kerang Bakalang. Nilai intake harian Cd dan Cr masing-masing sebesar 0,00392 mg/kg/hari dan 0,051 mg/kg/hari. Nilai RQ untuk Cd sebesar 3,92 dan Cr sebesar 17,0, yang mengindikasikan potensi risiko kesehatan yang signifikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsumsi kerang Bakalang yang terkontaminasi logam berat Cd dan Cr berpotensi menimbulkan risiko kesehatan non-karsinogenik bagi kelompok lanjut usia di wilayah penelitian.</p>Nadya Nur ZikrinaAbd. GafurNasruddin Syam
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625222723810.32382/sulo.v25i2.1637Faktor Risiko Dominan Sarana Sanitasi di Pemukiman Pesisir: Studi Kasus Desa Paku Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1677
<p>Akses sarana sanitasi yang baik merupakan suatu urgensi yang mendesak masyarakat di daerah. Salah satu wilayah yang memiliki tingkat kesulitan pengelolaan sanitasi yang cukup tinggi adalah wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko sarana sanitasi lingkungan yaitu diantaranya air bersih, jamban, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Desa Paku Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Jenis penelitian ini yaitu penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan sampel dipilih menggunakan simple random sampling dengan jumlah sample sebanyak 400 responden. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji bivariat didapatkan hasil bahwa setiap sarana sanitasi yang diantaranya yaitu air bersih, jamban, tempat sampah dan SPAL memiliki hubungan dengan risiko sarana sanitasi dimana nilai p value < α 0,05. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status risiko yakni berisiko/tidak berisiko) berdasarkan kriteria sanitasi. Nilai Exp (B) menunjukkan odds ratio, dimana nilai yang lebih tinggi merepresentasikan yang lebih kuat dengan kondisi berisiko. Semua sarana sanitasi dengan nilai Exp (B) > 1 menunjukkan berisiko tinggi. Berdasarkan Uji Multivariant yang telah dilakukan didapatkan nilai Exp(B) tertinggi yaitu sampah (4,499), kemudian jamban (3.819) risiko tinggi, selanjutnya SPAL (3,793) risiko rendah dan air bersih (3,080) risiko amat rendah. Sarana sanitasi di wilayah pesisir Desa Paku memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda namun secara keseluruhan yang paling berisiko ialah tempat sampah. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tingkatan risiko sarana sanitasi di Desa Paku Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat yaitu tempat sampah yang merupakan risiko sarana sanitasi amat tinggi, jamban risiko tinggi, saluran pembuangan air limbah (SPAL) risiko sedang dan air bersih risiko rendah.</p>Rafidah RafidahHidayat HidayatKhalisa Azzahra
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-26252239250Pengaruh Perilaku Pedagang terhadap Upaya Pengendalian Lalat di Pasar Tradisional Kabupaten Bantaeng
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1695
<p>Pasar Sentral Tradisional hingga saat ini masih memiliki sanitasi yang kurang bersih. Banyaknya sampah yang berserakan seperti, sisa sayuran, sampah plastic, serta genangan air yang kotor. Oleh karena itu, dengan adanya pengendalian lalat diharapkan kedepannya agar pedagang dapat mengubah perilaku mereka dalam hal pengendalian lalat. Dengan perilaku tersebut pedagang mampu melakukan pencegahan resiko penyakit oleh vektor lalat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku (Pengetahuan, sikap dan perilaku) pedagang terhadap pengendalian lalat. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah Pedagang Pasar Tradisional Kabupaten Bantaeng. Sampel penelitian ini berjumlah 46 responden, data diolah menggunakan analisis statistik dengan uji chi square. Hasil uji chi-square menunjukkan hubungan yang signifikan antara perilaku pedagang dan pengendalian lalat di Pasar Tradisional Bantaeng. Secara spesifik, pengetahuan (p = 0,000 < 0,05), sikap (p = 0,006 < 0,05), dan praktik (p = 0,000 < 0,05) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerapan pengendalian lalat. Temuan ini menunjukkan bahwa pedagang dengan kesadaran yang lebih baik, sikap positif, dan praktik higiene yang baik cenderung lebih mampu mempertahankan pengendalian lalat yang efektif di kios mereka. Simpulannya, pengetahuan, sikap, dan praktik merupakan faktor perilaku kunci yang memengaruhi pengendalian lalat di kalangan pedagang pasar tradisional. Penguatan edukasi kesehatan lingkungan melalui kolaborasi antara pengelola pasar dan petugas kesehatan direkomendasikan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi pedagang dalam menjaga sanitasi pasar.</p>La Taha La TahaSulasmi SulasmiPutri Islami
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625225126110.32382/sulo.v25i2.1695Sebagai Potensi Sari Air Perasan Daun Alpukat (Persea americana) Sebagai Biolarvasida Culex quinquefasciatus
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1698
<p>Daun alpukat mengandung berbagai senyawa yang terbukti menyebabkan kematian pada larva <em>Aedes aegypti</em>. Dalam penggunaannya memiliki keterbatasan yaitu sifat ekstraknya cenderung menyebabkan kekeruhan pada air, sehingga menghambat kelangsungan hidup larva <em>Aedes aegypti</em>. Berbeda dengan larva <em>Aedes aegypti</em>, larva<em> Culex sp </em>dapat hidup dan berkembang dengan baik di air yang kotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi sari air perasan daun alpukat <em>(Persea americana)</em> sebagai biolarvasida <em>Culex </em><em>quinquefasciatus</em><strong><em>.</em></strong> Jenis penelitian termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan menggunakan desain penelitian yaitu <em>posstest-only control group design</em>. Perlakuan terdiri dari lima kelompok konsentrasi air perasan daun alpukat yaitu 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Masing-masing perlakuan menggunakan 20 larva <em>Culex </em><em>quinquefasciatus</em> instar III dengan replikasi sebanyak 6 kali. Data kematian larva <em>Culex sp</em> yang terpapar air perasan daun alpukat selama 24 jam dianalisis menggunkan uji <em>Anova</em>, uji <em>Bonferroni</em>, dan uji <em>Probit</em>. Penelitian ini belum menguji efek jangka panjang penggunaan air perasan daun alpukat terhadap organisme non-target. Hasil menunjukkan tingkat kematian larva berturut-turut sebesar 12,5%, 25%, 72,5%, dan 92,5%. Pengukuran suhu dan pH air media uji larva <em>Culex </em><em>quinquefasciatus</em> mendapatkan hasil 27°C dan pH sebesar 6, sedangkan pengukuran suhu dan kelembapan ruang mendapatkan hasil 26,7°C dan 56%. Uji <em>Anova</em> menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara konsentrasi air perasan daun alpukat (p<0,001), pada uji <em>Bonferroni</em> menunjukkan bahwa hanya pada kontrol negatif (0%) dengan konsentrasi 2,5% dan konsentrasi 2,5% dengan 5% yang tidak berbeda secara signifikan. Nilai LC<sub>50</sub> yang didapatkan yaitu sebesar 2,638%. Disimpulkan bahwa sari air perasan daun alpukat memiliki potensi sebagai biolarvasida terhadap <em>Culex </em><em>quinquefasciatus</em>.</p>Devina Yunizar RafifMarlik MarlikNgadino NgadinoIrwan SulistioPratiwi Hermiyanti
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625226227010.32382/sulo.v25i2.1698Gambaran Kondisi Fisik Rumah Dan Hubungannya Dengan Resiko Penularan Tbc (Tuberkulosis) Di Kelurahan Kandang Mas Kota Bengkulu Tahun 2024
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1747
<p>Pendahuluan: <em>Tuberkulosis</em> (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama di wilayah padat penduduk dengan kondisi lingkungan yang kurang memenuhi standar kesehatan. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian Tuberkulosis (TBC) di Kelurahan Kandang Mas Kota Bengkulu tahun 2024.Bahan dan Metode: Data dikumpulkan melalui observasi langsung terhadap 28 rumah penderita TBC menggunakan lembar observasi terstandar. Pengukuran pencahayaan dilakukan dengan lux meter yang telah dikalibrasi, sedangkan suhu dan kelembapan diukur menggunakan thermohygrometer. Variabel yang diamati meliputi laju ventilasi udara, pencahayaan alami, kelembapan, dan suhu ruangan.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas rumah tidak memenuhi syarat pada aspek laju ventilasi (57,1%) dan suhu (75%), sementara pencahayaan (67,9%) dan kelembapan (78,6%) umumnya memenuhi standar. Kesimpulan: Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh rumah penderita TBC memiliki ventilasi yang tidak memenuhi syarat (57,1%) dan suhu ruangan yang melebihi batas ideal (75%), yang keduanya berpotensi meningkatkan risiko penularan TBC di dalam rumah tangga. Kondisi ini menggarisbawahi pentingnya intervensi kesehatan lingkungan, seperti penambahan luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai ruangan, pemanfaatan ventilasi silang alami, serta pengaturan suhu ruangan melalui sirkulasi udara dan pencahayaan alami. Upaya ini dapat diintegrasikan dalam program pemberdayaan masyarakat dan pembinaan rumah sehat oleh Puskesmas Kandang Mas untuk menekan risiko transmisi TBC di tingkat komunitas</p>Sigit PrayetnoYusmidiarti Yusmidiarti
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625227127710.32382/sulo.v25i2.1747Hubungan Hygiene Sanitasi Makanan dan Kebiasaan Jajan dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 12-59 Bulan di Kelurahan Air Tiris
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1765
<p>World Health Organization (WHO) menerangkan bahwa diare merupakan penyebab kematian ketiga tertinggi pada anak usia 1–59 bulan. Setiap tahunnya, penyakit ini menyebabkan kematian sekitar 443.832 anak di bawah usia 5 tahun, serta 50.851 anak berusia 5 hingga 9 tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan<em> hygiene</em> sanitasi makanan dan kebiasaan jajan dengan kejadian diare pada balita usia 12-59 bulan di Kelurahan Air Tiris. Desain penelitian pendekatan kuantitatif dengan rancangan <em>cross sectional</em> dan menggunakan uji <em>Chi-Square</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita di kelurahan air tiris yang berjumlah 392 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan rumus <em>lemeshow</em>, yang berjumlah 114 responden. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang signifikan antara <em>hygiene</em> sanitasi makanan dengan kejadian diare pada balita usia 12-59 bulan di Kelurahan Air Tiris, dengan p value 0,003, dimana <em>nilai p-value</em> lebih kecil dari nilai alpa (α=0,05). Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dengan kejadian diare pada balita usia 12-59 bulan di Kelurahan Air Tiris, dengan p value 0,016, dimana nilai p-value lebih kecil dari nilai alpa (α=0,05). Kesimpulan pada penelitian ini adanya hubungan yang signifikan antara <em>hygiene</em> sanitasi makanan dan kebiasaan jajan dengan kejadian diare pada balita usia 12-59 bulan di kelurahan air tiris. Diharapkan kepada orang tua, khususnya ibu yang memiliki balita, agar lebih memperhatikan aspek <em>hygiene</em> dan sanitasi makanan yang diberikan kepada anak serta mengawasi kebiasaan jajan balita.</p>Dela Nofri AngrainiLira Mufti Azzahri IsnaeniNila Kusumawati
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625227828410.32382/sulo.v25i2.1765Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Desa Soga Kabupaten Soppeng
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1774
<p>Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 70 juta orang, dan beberapa temuan lainnya dari (SKI) 2023 terkait rokok di Indonesia adalah kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan anatara akses rokok, pengetahuan, teman sebaya, promosi iklan, dukungan keluarga, dan kecanduan dengan kebiasaan merokok pada remaja laki-laki di Desa Soga Kabupaten Soppeng. Jenis penelitian merupakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan remaja laki–laki yang berada di desa Soga Kabupaten Soppeng sebanyak 200 remaja dengan usia 10-18 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan total sampel sebanyak 133 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kemudahan akses rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja dengan <em>p</em>-value 0,005 < 0,05 dan <em>OR</em> 0,216, tidak ada hubungan teman pergaulan dengan kebiasaan merokok pada remaja dengan <em>p</em>-value 0,596 > 0,05 dan <em>OR</em> 0.784, ada hubungan pengetahuan dengan merokok dengan <em>p</em>-value 0,001 < 0,05 dan OR 0,214, tidak ada hubungan promosi iklan sebagai faktor pemicu kebiasaan merokok dengan <em>p</em>-value 0,265 > 0,05 dan <em>OR</em> 0,599, ada hubungan keluarga dengan merokok dengan <em>p-value</em> 0,005 < 0,05, dan <em>OR</em> 0,275 , ada hubungan kecanduan rokok dengan kebiasaan merokok dengan <em>p-value</em> 0,001 < 0,05 dan <em>OR</em> 4,555. Kesimpulan dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Desa Soga adalah multifaktorial, meliputi kemudahan akses rokok, pengetahuan, keluarga, dan kecanduan rokok, namun tidak termasuk faktor teman pergaulan dan promosi iklan rokok. Disarankan mengadakan program pendidikan kesehatan di sekolah-sekolah dan komunitas tentang bahaya merokok dan cara menghindari kecanduan rokok, melibatkan keluarga dalam upaya pencegahan kebiasaan merokok pada remaja, seperti mengadakan penyuluhan atau workshop tentang bagaimana mendukung anak-anak untuk tidak merokok, dan mengembangkan program pencegahan kecanduan rokok seperti konseling atau terapi perilaku, serta melibatkan tokoh masyarakat dan pemuka agama dalam upaya pencegahan kebiasaan merokok.</p>Erlani ErlaniLutfiyyah LutfiyyahRasman Rasman
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625228530010.32382/sulo.v25i2.1774Paparan Partikulat Matter (PM10 dan PM2,5) pada Lingkungan Kerja di Pabrik Smelter PT Vale Sorowako, Luwu Timur
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1787
<p>Udara merupakan komponen vital yang menopang kehidupan, namun peningkatan aktivitas industri, terutama pada sektor pengolahan logam seperti smelter nikel, telah menyebabkan kenaikan signifikan terhadap pencemaran udara. Proses peleburan bijih nikel pada suhu tinggi menghasilkan emisi gas dan partikulat halus (PM₁₀ dan PM₂.₅) yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, karena mampu menembus hingga alveoli paru-paru pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi partikulat PM₁₀ dan PM₂.₅ di area produksi pengolahan bijih nikel, proses peleburan (smelting), dan ruang pekerja di PT Vale Indonesia, Sorowako, Kabupaten Luwu Timur. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional, dilaksanakan pada April 2025. Dari delapan area operasional pabrik, tiga area dipilih secara purposive sampling, yaitu pengolahan bijih nikel, smelting, dan ruang pekerja, berdasarkan potensi emisi dan tingkat paparan pekerja. Pengukuran PM₁₀ dan PM₂.₅ dilakukan menggunakan metode gravimetri sesuai SNI 19-7119.1-2005 dengan alat High Volume Air Sampler (HVAS). Pengambilan sampel dilakukan selama 8 jam kerja per titik pada ketinggian 1,5 meter, dengan tiga kali replikasi per minggu selama tiga minggu berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata PM₁₀ masing-masing sebesar 1325 µg/m³, 1257 µg/m³, dan 1592 µg/m³, sedangkan PM₂.₅ sebesar 555 µg/m³, 764 µg/m³, dan 924 µg/m³. Seluruh nilai melebihi ambang batas menurut Permenkes No. 2 Tahun 2023. Konsentrasi tertinggi di ruang pekerja mengindikasikan kegagalan sistem ventilasi dan kontrol debu sekunder. Diperlukan pemasangan HEPA filter, wet scrubber, dan dust collector, pemantauan udara setiap tiga bulan, serta penggunaan masker respirator N95/P100 bagi pekerja.</p>Zaenab ZaenabRafidah RafidahFiqih Fauziyah Amien
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625230130810.32382/sulo.v25i2.1787Analisis Faktor Risiko Cemaran Mikroba pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Makassar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1828
<p>Air minum isi ulang (AMIU) telah menjadi pilihan utama masyarakat perkotaan di Makassar karena praktis dan terjangkau. Namun, kualitas mikrobiologisnya kerap dipertanyakan akibat kontaminasi Escherichia coli (E. coli), indikator pencemaran fekal yang berpotensi menimbulkan penyakit gastrointestinal. Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko kesehatan akibat konsumsi air dari DAMIU yang terkontaminasi E. coli menggunakan pendekatan Microbial Risk Assessment (MRA). Studi kasus dilakukan pada 7 DAMIU yang teridentifikasi positif E. coli di tiga wilayah kerja Puskesmas di Kota Makassar. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif berbasis MRA, tanpa uji statistik inferensial. Hasil menunjukkan konsentrasi E. coli berkisar 4–30 CFU/100 ml. Nilai Probability of Illness (Pill) berkisar antara 2,8 × 10⁻¹ hingga 3,5 × 10⁻¹, jauh melebihi ambang batas aman WHO (10⁻⁴), sehingga termasuk kategori risiko tinggi terhadap penyakit berbasis air seperti diare. Seluruh DAMIU tidak memenuhi standar mikrobiologis Permenkes No. 2 Tahun 2023 (E. coli = 0 CFU/100 ml). Faktor higiene-sanitasi, metode pengolahan air, dan perilaku operator yang buruk teridentifikasi melalui observasi lapangan sebagai penyebab potensial kontaminasi. Temuan ini menegaskan perlunya penguatan pengawasan, pelatihan operator, dan sertifikasi berbasis risiko untuk menurunkan risiko kesehatan masyarakat.</p>Khiki Purnawati KasimHaerani HaeraniBudirman BudirmanStientje Stientje
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625230931610.32382/sulo.v25i2.1828Efektivitas Perebusan dan Perendaman NaCl dalam Menurunkan Toksisitas HCN pada Daun Singkong (Manihot esculanta Crantz)
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1785
<p>Daun singkong (<em>Manihot esculanta Crantz</em>) banyak dimanfaatkan oleh Masyarakat sebagai sayuran akan tetapi mengandung kadar asam sianida (HCN) yang tinggi, untuk itu perlu dilakukan pengolahan yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan dalam menurunkan kadar asam sianida (HCN) pada daun singkong (<em>Manihot esculanta Crantz</em>). Jenis penelitian merupakan eksperimen semu dengan rancangan Pre-Post Test Control Design dengan melakukan perlakuan perendaman larutan NaCl menggunakan konsentrasi 2% dan proses perebusan dengan waktu 40 menit serta replikasi sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan saat melakukan eksperimen kemudian disajikan dalam bentuk tulisan dan tabel kemudian dianalisis secara deskriptif terhadap penurunan kadar asam sianida (HCN) pada daun singkong (<em>Manihot esculanta Crantz</em>). Hasil penelitian menunjukkan sebelum perlakuan ditemukan kadar HCN sebesar 0,0156 mg/kg sedangkan setelah perlakuan yaitu perendaman dengan larutan NaCl 2% didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,00725 mg/kg dengan penurunan 53,5% dan untuk perebusan sebanyak 0,00181 mg/kg dengan penurunan 88,3%.Kesimpulan pada penelitian ini yaitu proses perebusan lebih berpengaruh terhadap penurunan kadar asam sianida (HCN) pada daun singkong (<em>Manihot esculanta Crantz</em>) dibandingkan dengan proses perendaman dengan larutan NaCl. Disarankan dapat menerapkan proses pengolahan daun singkong dengan metode perebusan guna menurunkan kadar HCN.</p>Inayah InayahWahyuni SahaniHamsir AhmadAmelia Cahyani
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625231732310.32382/sulo.v25i2.1785Analisis Kualitas Air Sumur di RW 05 Kelurahan Banta-bantaeng Kota Makassar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1776
<p>Air sumur merupakan sumber utama kebutuhan domestik masyarakat di Kelurahan Banta–Bantaeng, namun kualitasnya berpotensi menurun akibat kepadatan penduduk dan jarak sumur yang dekat dengan sumber pencemar. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas air sumur gali berdasarkan parameter fisik, kimia, dan bakteriologis sesuai Permenkes No. 2 Tahun 2023 tentang standar baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi. Penelitian deskriptif dilakukan pada enam sampel air sumur di RW 05 Kelurahan Banta–Bantaeng. Parameter fisik (warna, bau, rasa, kekeruhan) diuji secara organoleptik dan turbidimetri, parameter kimia (Fe) dianalisis menggunakan spektrofotometri serapan atom (AAS), dan parameter bakteriologis (MPN Coliform) diuji dengan metode tabung ganda. Secara fisik, empat sumur memenuhi syarat dan dua sumur tidak memenuhi syarat karena tingkat kekeruhan >5 NTU. Secara kimia, kadar besi (Fe) pada semua sampel tercatat 0 mg/L, masih di bawah ambang batas 0,2 mg/L. Secara bakteriologis, dua dari enam sampel positif MPN Coliform, menunjukkan adanya kontaminasi tinja yang berkaitan dengan jarak septic tank kurang dari 7 meter serta konstruksi sumur yang tidak kedap air. Kualitas air sumur gali di Kelurahan Banta–Bantaeng belum sepenuhnya memenuhi standar air bersih, terutama dari aspek mikrobiologis. Hasil ini menegaskan pentingnya perbaikan sanitasi lingkungan, rekonstruksi sumur sesuai standar teknis, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sumber air untuk mencegah risiko penyakit berbasis lingkungan.</p>Syamsudin S.Rostina RostinaUsthum Al’Arif Billah
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625232432910.32382/sulo.v25i2.1776Efektivitas Media Video Animasi, Leaflet Dan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Sekolah Dasar Inpres Laloasa, Kabupaten.Gowa
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1786
<p>Mencuci tangan merupakan perilaku protektif yang perlu ditanamkan sejak Sekolah Dasar agar anak terhindar dari berbagai masalah kesehatan. Karena itu, penyampaian informasi kesehatan melalui video animasi, brosur/leaflet, dan metode demonstrasi menjadi krusial. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas ketiga media tersebut dalam meningkatkan pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada siswa SD Inpres Laloasa, Kabupaten Gowa. Tipe penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan quasi-experimental menggunakan desain pre-test dan post-test pada kelompok intervensi. Data dianalisis menggunakan uji statistik non-parametrik untuk membandingkan skor pre-test dan post-test pada setiap kelompok, dan untuk membandingkan efektivitas antar kelompok; untuk variabel dikotomis digunakan uji McNemar. Hasil menunjukkan peningkatan pengetahuan CTPS yang bermakna pada ketiga media: video animasi meningkat 56,3 poin persentase (p<0,001), metode demonstrasi meningkat 50,0 poin persentase (p<0,001), dan brosur/leaflet meningkat 43,7 poin persentase (p<0,001). Hasil penelitian menegaskan bahwa ketiga media efektif meningkatkan pengetahuan, dengan video animasi sebagai metode paling efektif, diikuti demonstrasi, lalu brosur/leaflet; temuan ini mendukung penerapan strategi promosi kesehatan berbasis multimedia dan praktik langsung di sekolah dasar.</p>Ashari RasjidAin KhaerNur Handayani
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625233033110.32382/sulo.v25i2.1786Hubungan Faktor Perilaku Ibu dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Stunting Pada Batita Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Anggeraja Kabupaten Enrekang
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1728
<p>Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dapat muncul sejak awal kehidupan dan berkaitan dengan kekurangan asupan gizi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan <em>case control</em> yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 184 responden.Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor perilaku (p = 0,001; p < 0,05), sanitasi lingkungan (p = 0,001; p < 0,05), serta personal hygiene (p = 0,000; p < 0,05) dengan kejadian stunting. Dengan demikian, terdapat hubungan yang segnifikan antara faktor perilaku, sanitasi lingkungan, dan personal hygiene dengan kejadian stunting pada batita usia 6–24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Disarankan kepada masyarakat, khususnya para ibu, untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan serta mengelola sampah dengan baik, seperti memisahkan sampah organik dan anorganik. Selain itu, tenaga sanitarian di puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan mengenai sumber air bersih, pengelolaan limbah, penggunaan jamban sehat, dan pengelolaan sampah kepada masyarakat.</p>Nur HaidahNi Luh Astri IndraswariJuherah JuherahMurni Murni
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625233234310.32382/sulo.v25i2.1728Analisis Faktor Lingkungan Dan Kondisi Individu Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Fisik Pada Pekerja Pandai Besi Di Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara: Pendekatan Cross-Sectional
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1646
<p>Pekerjaan sebagai pandai besi merupakan bagian dari sektor informal yang masih bertahan di tengah perkembangan industri modern, terutama di wilayah yang memiliki budaya kerajinan seperti Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara. Aktivitas pandai besi menuntut tenaga fisik yang besar dan paparan panas yang tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan kelelahan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan fisik pada pekerja pandai besi di Kecamatan Tikala Kabupaten Toraja Utara. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang (<em>cross-sectional</em>). Sampel sebanyak 78 responden dipilih secara acak sederhana dari 12 lokasi usaha pandai besi. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan pengukuran langsung terhadap suhu kerja. Variabel bebas meliputi usia, lama kerja, suhu lingkungan, dan penyakit bawaan, sedangkan variabel terikat adalah kelelahan fisik yang diukur menggunakan<em> Kuisioner penelitian</em>. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square pada tingkat signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 responden (26,9%) mengalami kelelahan fisik. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan fisik dengan suhu lingkungan (p = 0,007), usia (p = 0,009), lama kerja (p = 0,039), dan penyakit bawaan (p = 0,004). Kesimpulannya, suhu, usia, lama kerja, dan penyakit bawaan berhubungan bermakna dengan kejadian kelelahan fisik pada pekerja pandai besi. Disarankan penelitian selanjutnya menambahkan variabel seperti beban kerja, status gizi, durasi istirahat, serta faktor ergonomi untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.</p>Andi RuhbanMuhammad Ikbal ArifHaderiah HaderiahHarvino Hesty Lidung
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625234435510.32382/sulo.v25i2.1646Penilaian Risiko Kesehatan Akibat Pajanan Mikroplastik Polyethylene Terephthalate (PET) dalam Air Minum Isi Ulang di Kelurahan Tamangapa, Makassar Menggunakan Metode Environmental Health Risk Assessment
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1779
<p>Kontaminasi mikroplastik dalam air minum telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis paparan mikroplastik, khususnya polietilen tereftalat (PET), dalam air minum isi ulang menggunakan metode Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/EHRA). Sebanyak 20 sampel air dikumpulkan dari stasiun pengisian ulang di Kelurahan Tamangapa, Kota Makassar. Analisis mikroskopis mengidentifikasi 104 partikel mikroplastik, sebagian besar berbentuk serat (garis) dengan warna dominan biru (39 butir) dan transparan (27 butir). Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) mengonfirmasi keberadaan PET sebagai polimer utama, bersama dengan sejumlah kecil polietilen, polipropilena, dan etilen vinil asetat. Konsentrasi mikroplastik bervariasi antara 0,001 mg/kg dan 0,030 mg/kg. Penilaian paparan yang melibatkan 100 responden menunjukkan bahwa rata-rata asupan air adalah 210 ml/kg/hari, dengan frekuensi paparan 350 hari/tahun. Proyeksi asupan non-karsinogenik selama 5–30 tahun menunjukkan peningkatan tingkat paparan, dengan nilai rata-rata berkisar antara 0,0040 hingga 0,0242 mg/kg/hari, melampaui dosis referensi (RfD = 0,0004 mg/kg/hari). Karakterisasi risiko menunjukkan bahwa nilai Risk Quotient (RQ) secara konsisten melebihi 1, berkisar antara 10,07 hingga 60,47, yang menunjukkan risiko kesehatan yang tidak dapat diterima. Berat badan yang lebih rendah dikaitkan dengan kerentanan yang lebih tinggi terhadap toksisitas mikroplastik. Temuan ini menyoroti bahwa konsumsi jangka panjang air minum isi ulang yang terkontaminasi mikroplastik PET menimbulkan risiko kesehatan non-karsinogenik yang signifikan bagi penduduk setempat. Penguatan sistem pemantauan, perbaikan proses pengolahan air, dan perumusan kebijakan kesehatan masyarakat yang terarah sangat diperlukan untuk memitigasi paparan mikroplastik.</p>Setiawan KasimArif Atul Mahmuda DullahBudirman BudirmanVicky Milenia Ramadhina Putri
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625235637210.32382/sulo.v25i2.1779Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Natuna
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1904
<p>Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, termasuk di wilayah kepulauan seperti Kabupaten Natuna. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam upaya pencegahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan ibu terhadap pencegahan stunting di Kabupaten Natuna pada tahun 2025. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 365 ibu yang memiliki anak balita. Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik proportionate stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik (69,6%), sikap baik (74,5%), dan tindakan pencegahan yang baik (53,7%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan stunting (p = 0,0002) serta antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu terhadap stunting (p = 0,001). Ibu yang memiliki pengetahuan baik cenderung menunjukkan sikap dan tindakan pencegahan yang lebih positif dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan cukup atau kurang. Kesimpulannya, peningkatan pengetahuan ibu berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku pencegahan stunting. Oleh karena itu, program edukasi dan pendampingan gizi keluarga perlu terus diperkuat di Kabupaten Natuna guna mendukung upaya penurunan angka stunting secara berkelanjutan.</p>Jaya JayaSyarifah MaryamAsnia AsniaSetiawan KasimLiliskarlina Liliskarlina
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625237338310.32382/sulo.v25i2.1904Evaluasi Kepatuhan terhadap Regulasi Pengelolaan Limbah Medis Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie Parepare
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1749
<p>Limbah B3 di rumah sakit dapat dikategorikan menjadi limbah medis infeksius, limbah medis non-infeksius, dan limbah rumah tangga. Pengelolaan limbah yang tidak tepat dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pasien, tenaga medis, serta masyarakat sekitar, sekaligus mencemari lingkungan.Pengelolaan limbah medis di RS dr. Hasri Ainun Habibie masih menghadapi berbagai kendala, terutama pada proses pemilahan, pengumpulan, dan penyimpanan limbah B3. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah B3, tantangan yang dihadapi rumah sakit dalam pengelolaan limbah B3 serta rekomendasi strategis dalam meningkatkan pengelolaan limbah B3 di rumah sakit.. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif deskriptif untuk mengevaluasi sistem pengelolaan limbah medis di rumah sakit, dengan 14 (empat Belas) informan, pengelolaan dan analisis data menggunakan aplikasi MAXQDA agar menghasilkan data yang valid dan terstruktur. Hasil penelitian menunjukan Sistem pengelolaan limbah B3 di RS dr. Hasri Ainun Habibie masih perlu ditingkatkan terutama pemahaman terkait regulasi dan SOP.Tantangan dalam pengelolaan limbah B3 di RS dr. Hasri Ainun Habibie terutama proses pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, dan pemusnahan limbah. Rekomendasi strategis untuk meningkatkan pengelolaan limbah B3 di RS dr. Hasri Ainun Habibie dengan inovasi teknologi, edukasi, dan peningkatan keterampilan petugas. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi rumah sakit dalam mengoptimalkan sistem pengelolaan limbah.</p>Muhammad Yusuf Laupe RadoRahmi AmirHerlina HerlinaHaniarti HaniartiSukma Thasim
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625238439110.32382/sulo.v25i2.1749Analisis Risiko Paparan Karbon Monoksida (CO) Terhadap Masyarakat Sekitar Pedagang Sate Menggunakan Metode ARKL Di Kota Parepare
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1624
<p>Karbon monoksida (CO) merupakan salah satu polutan udara berbahaya hasil pembakaran tidak sempurna, terutama pada proses pembakaran arang yang digunakan oleh pedagang sate. Paparan CO dalam jangka panjang berpotensi mengganggu fungsi pernapasan dan menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko kesehatan masyarakat akibat paparan CO dari aktivitas pedagang sate ayam Madura di Jl. Mangga, Kota Parepare dengan menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Jenis penelitian adalah kuantitatif deskriptif. Populasi penelitian sebanyak 126 responden. Data konsentrasi CO diukur melalui web <em>tropomi explorer</em>, sedangkan data gangguan kesehatan dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi rata-rata CO sebesar 1.721,5 µg/Nm³ (50 ppm). Perhitungan intake harian responden berada pada rentang 0,051908–0,086946 mg/kg/hari. Nilai <em>Risk Quotient </em>(RQ) yang diperoleh adalah < 1 untuk seluruh responden, yang berarti tingkat paparan masih berada pada kategori aman dan tidak menimbulkan risiko non-karsinogenik, gangguan pernapasan ditemukan pada 7 orang (5,6%), sedangkan 119 orang (94,4%) tidak mengalami gangguan. Hasil uji chi-square menghasilkan nilai p = 0,699 (p > 0,05), yang menunjukkan tidak terdapat hubungan signifika antara paparan asap pembakaran sate dengan kejadian gangguan pernapasan. Paparan CO dari aktivitas pedagang sate ayam di Kota Parepar belum menimbulkan risiko kesehatan yang bermakna (RQ < 1). Namun, adanya responden dengan keluhan pernapasan menandakan perlunya upaya pencegahan dini, seperti penataan lokasi pembakaran agar tidak terlalu dekat dengan pemukiman, peningkatan ventilasi pada area sekitar, dan edukasi masyarakat mengenai bahaya paparan CO.</p>Nurfardianty A.R.AmrahRahmi AmirRini AnggraenyRahmat ZarkasyiNurlinda Nurlinda
Hak Cipta (c) 2025 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2025-11-262025-11-2625239240410.32382/sulo.v25i2.1624