Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi
<p>Penamaan Jurnal SULOLIPU berasal dari bahasa daerah Nusantara dengan akar kata <strong>Sulo</strong> yang berarti <strong>suluh</strong> (bahasa Bugis dan Toraja), <strong>obor </strong>(bahasa Makassar), <strong>lampu</strong> atau <strong>pelita</strong> (bahasa Mandar); yang kesemuanya dapat berarti <strong>Penerang</strong> atau <strong>Pencerahan</strong>. Selanjutnya, <strong>Lipu</strong> diartikan <em><strong>tanah</strong></em> atau <em><strong>bumi</strong></em> (bahasaToraja) dan <strong>negeri </strong>atau <strong>kampung</strong> (bahasa Bugis), yang berkonotasi kearah arti <em><strong>alam sekitar</strong> atau <strong>lingkungan</strong>; Lengkapnya, buletin SULOLIPU mengandung makna sebagai media atau wahana komunikasi penyebarluasan informasi higiene sanitasi kesehatan lingkungan dan terkait upaya untuk menciptakan sekaligus menikmati lingkungan sehat, yang dilahirkan dari seputar wilayah Sulawesi Selatan Indonesia.</em></p> <p>Tulisan yang diterima melingkupi rumpun Ilmu Kesehatan Lingkungan dengan diberi kode 359 oleh Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi, yang dapat berupa Artikel Hasil Riset, Book Review, Literatur Review, Komentari/Opini, Berita Ilmiah (Scientific News), dan Letter to Editor. Tulisan tersebut menyangkut Sanitasi Dasar (penyehatan air, pengelolaan limbah cair, pembuangan tinja, penanganan sampah, penyehatan makanan minuman, pengendalian vektor), penyehatan udara, pengamanan pestisida, rumah sehat dan tata graha, perilaku hidup bersih dan sehat, higiene perorangan, sanitasi tempat umum-wisata-matra, sanitasi transportasi, sanitasi industri dan keselamatan kerja, sanitasi rumah sakit, sanitasi kawasan pesisir pantai dan laut, penyakit berbasis lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan, manajemen risiko lingkungan, epidemiologi kesehatan lingkungan, Mikrobiologi Lingkungan</p> <p>Sulolipu : Media Komunikasi sivitas Akademika dan masyarakat merupakan jurnal ilmiah berkala yang diterbitkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan dengan <a title="pISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180432075" target="_blank" rel="noopener">pISSN : 0854-624X </a><strong>( Cetak )</strong>, dan <a title="e-ISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1532662765" target="_blank" rel="noopener">e-ISSN : 2622-6960 </a><strong>( Online )</strong></p>Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassarid-IDSulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat0854-624XHubungan Usia, Masa Kerja Dan Kelelahan Kerja Dengan Keluhan Gangguan Otot Rangka Akibat Kerja (GOTRAK) Pada Pekerja PT. X
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/613
<p>Keluhan otot rangka merupakan kerusakan pada ligamen, sendi, tendon, saraf, otot, dan tulang rawan dapat terjadi ketika otot terus-menerus menanggung beban statis. Faktor yang menyebabkan keluhan otot rangka meliputi faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia, masa kerja dan kelelahan kerja dengan gangguan otot rangka akibat kerja (GOTRAK) pada pekerja PT.X. penelitian ini menggunakan desain penelitian <em>cross sectional </em>dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik <em>proportional stratified random sampling </em>sebanyak 78 pekerja. Analisis univariat dan bivariat menggunakan uji <em>Spearman </em>dengan melihat nilai koefisien korelasi. Terdapat hubungan usia dengan keluhan GOTRAK yang memiliki tingkat hubungan cukup pada bagian tubuh leher, bahu, punggung atas, punggung bawah dan kaki. Terdapat hubungan masa kerja dengan keluhan GOTRAK memiliki tingkat hubungan cukup pada bagian tubuh bahu, tangan, punggung bawah, lutut dan kaki. Sementara pada bagian tubuh leher dan punggung atas memiliki tingkat hubungan sedang. Terdapat hubungan tingkat kelelahan kerja dengan keluhan GOTRAK yang memiliki tingkat hubungan cukup pada bagian tubuh bahu, lutut, dan kaki. Pada bagian tubuh leher, tangan dan punggung bawah memiliki tingkat hubungan sedang. Sedangkan pada bagian tubuh punggung atas memiliki tingkat hubungan kuat. Disarankan bagi pekerja memperbaiki metode kerja guna mengurangi risiko pekerja mengalami posisi tubuh tidak ergonomis dan melakukan peregangan otot terutama pada bagian tubuh tangan, punggung dan kaki selama lima belas menit sebelum bekerja</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> GOTRAK; Usia; Masa Kerja; Kelelahan Kerja</p>Aidina RochmaniaMerry SunaryoAtik Qurrota A Yunin Al IsyrofiSatriya Wijaya
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924217318310.32382/sulo.v24i2.613Pengaruh Campuran Limbah Cucian Beras Dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica Juncea L.)
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/684
<p>Tingkat kesuburan tanah di Kota Tanjungpinang cukup rendah sehingga banyak petani yang menggunakan zat penyubur tanah berupa pupuk anorganik dengan asumsi bahwa penggunaan pupuk anorganik dapat mempercepat masa tanam dan meningkatkan hasil panen. Petani tidak mengetahui dampak pemberian pupuk anorganik terus menerus dengan dosis yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan fisik tanah. Penggunaan pupuk anorganik yang dapat merusak tanah bisa dihindari dengan beralih menggunakan pupuk organik. Pupuk organik mampu mengatasi kekurangan nutrisi dengan cepat, tidak merusak humus tanah, mudah larut, dan menyediakan unsur hara penting yang mendukung kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran limbah cucian beras dan air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau <em>(brassica juncea l.)</em>. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif eksperimen dengan desain Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) menggunakan pola faktorial 2 x 3 dengan 3 kali pengulangan. Jenis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah ANNOVA (<em>Analisis Off Varians</em>) dan Uji Lanjut <em>Tukey</em>. Analisis univariat diketahui tinggi batang paling baik pada konsentrasi 50% (6,84 cm), lebar daun terbaik pada konsentrasi 50% (2,92 cm), dan jumlah daun paling banyak pada konsentrasi 50% (5,86 daun). Analisis bivariat diketahui pengaruh konsentrasi pupuk organik cair (50%, 75%, 100%) terhadap tinggi batang, lebar daun dan jumlah daun tanaman sawi hjiau diketahui nilai <em>p</em> = <0,005 yang berarti bahwa seluruh konsentrasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau. Disimpulkan bahwa masing - masing konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda signifikan terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau namun pengaruh konsentrasi yang paling signifikan dalam pertumbuhan tanaman sawi hijau adalah konsentrasi 50%.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Air Kelapa; Pupuk Organik Cair; Sawi Hijau; Limbah Cucian Beras</p>Veronika Amelia SimbolonKholilah SamosirGustriza ErdaAfrilia Rahmi
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924218419310.32382/sulo.v24i2.684Analisis Pengelolaan Limbah Medis Program Imunisasi Rutin Di Puskesmas Kota Manado
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/765
<p>Pengelolaan limbah medis merupakan aspek penting dalam menjaga kesehatan lingkungan, terutama di fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas. Limbah medis yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penyebaran penyakit dan mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem pengelolaan limbah medis program imunisasi di 1Puskesmas di Kota Manado, dengan fokus pada perilaku petugas, sarana yang tersedia, pengetahuan petugas, serta proses pengangkutan, penyimpanan, dan pemusnahan limbah medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% Puskesmas telah memenuhi standar dalam perilaku petugas imunisasi, sarana yang tersedia, dan pengetahuan petugas. Namun, terdapat ketidaksesuaian pada proses pengangkutan limbah di 31,2% Puskesmas, yang menunjukkan adanya keterlambatan dalam pengangkutan limbah hingga lebih dari satu minggu, bahkan hingga 18 bulan di beberapa lokasi. Faktor keterbatasan anggaran dan kontrak pengangkutan menjadi kendala utama dalam pengelolaan limbah. Penyimpanan limbah di 68,8% Puskesmas sudah sesuai dengan standar yang diatur oleh Permenkes 2019, yang mengharuskan penyimpanan limbah maksimal selama satu minggu atau penyimpanan dalam cold storage selama 90 hari.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> Imunisasi Pencemaran, Pengolahan Limbah, Puskesmas</p>Syamsu AlamDismo KatiandaghoSabrina P. M. Pinontoan
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924219420110.32382/sulo.v24i2.765Efektivitas Karang Jahe (Coral Chip) Dalam Penurunan Amoniak, Suhu, Dan pH Pada Limbah Cair Domestik Dengan Metode Biofilter Anaerob-Aerob dengan Media Karang Jahe
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/808
<p>Limbah cair yang tidak diolah sebelum dibuang pada badan air menimbulkan risiko bagi kesehatan, bagi masyarakat dan terganggunnya ekosistem lingkungan. Secara umum limbah cair domestik dibagi menjadi dua kategori : yaitu <em>black water </em>dan <em>grey water.</em> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuinya penurunan kadar amoniak, suhu, dan pH pada limbah cair domestik setelah perlakuan dengan metode<em> biofilter anaerob-aerob.</em> Jenis penelitian ini merupakan penelitian experiment murrni (<em>True Experiment</em>) dengan desain <em>pretest-posttes</em> dengan kelompok kontrol (<em>pretest-posttest with control group</em>). <em>Pretest</em> dilakukan pada kedua kelompok eksperimen, dan setelah beberapa waktu, <em>post-test</em> dilakukkan, dan hasilnya dikenal sebagai pengaruh perlakuan. Dengan menggunakan uji statisctik uji <em>paired sampel T-Tes</em>. Hasil pengukuran amoniak, suhu, dan pH limbah cair domestik yang telah dilakukan selanjutnya dibandingkan dengan standar yang berlaku berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Adapun hasil penelitian setelah perlakuan dengan metode <em>biofilter anaerob-aerob</em> media karang jahe (<em>coral chip</em>) pada limbah cair domestik mengalami penurunan pada kadar amoniak sebesar 92,84% dengan rata-rata 0,07 mg/L, <em>p </em>= 0,000. Sedangkan pada kadar suhu sebesar 21,7% dengan rata-rata 29,9<sup>o</sup>C, <em>p</em> = 0,020 dan pada kadar pH sebesar 7,8% dengan rata-rata 8,3, <em>p</em> = 0,003. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penurunan yang signifikan pada kadar amoniak dengan nilai p-value (0,000) < 0,005, Ada perbedaan penurunan yang signifikan pada kadar pH dengan nilai p-value (0,003) < 0,005, tidak ada perbedaan penurunan yang signifikan pada kadar suhu karena nilai p-value (0,020) > 0,005, hal ini dikarenakan nilai suhu pada saat pre-test dan post-test memiliki rata-rata 30,3<sup>0</sup>C yang artinya sudah memenuhi syarat batas kadar amoniak. Kesimpulan penelitian bahwa karang jahe (<em>Coral Chip)</em> pada limbah cair domestic dapat menurunkan kadar amoniak, suhu dan pH. Saran penelitian yaitu hasil penelitian dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.</p> <p><strong>Kata Kunci :</strong> Limbah Cair Domestik; biofilter anaerob-aerob; amoniak; suhu; pH</p>M.Ardian SaputraYusmidiarti YusmidiartiMualim Mualim
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924220221010.32382/sulo.v24i2.808Karakterisasi Bakteriologis Dalam Air Minum Isi Ulang dan Air Minum Dalam Kemasan
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/812
<p>Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air dan manusia sebagai makhluk hidup , tentu membutuhkan air untuk bertahan hidup . Salah satu penggunaan air yang sangat penting adalah konsumsi air . Oleh karena itu, air minum harus memenuhi syarat kesehatan , sesuai dengan Peraturan No. 492/MenKes/Per/IV/2010 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , yang mensyaratkan bahwa kualitas air minum yang baik harus memenuhi parameter tertentu , yaitu mikrobiologis yaitu 0/100 ml , fisik dan kimia . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah air isi ulang dan air minum dalam kemasan di Kelurahan Takkalasi terkontaminasi bakteri <em>Coliform</em> dan <em>Escherichia coli</em> . Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Takkalasi, sampel air diperiksa berupa air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan, pengujian laboratorium berupa kadar bakteri <em>Coliform</em> dan <em>Escherichia coli</em>, dilakukan di Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare. Pengujian laboratorium menggunakan metode <em>Most Probable Number</em>. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa semua sampel dari depot MS , depot Ameera RO dan depot Al Barru memenuhi standar kualitas air minum . Air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan Kelurahan Takkalasi aman untuk dikonsumsi karena tidak terkontaminasi bakteri <em>Coliform</em> dan <em>Escherichia coli</em> maupun fecal coli yang telah mencapai batas maksimal <em>C</em><em>oliform </em>yang diperbolehkan dalam air minum yaitu 0. Sehingga dapat di simpulkan bahwa semua sampel air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan telah memenuhi syarat kualitas Air Minum, yakni semua sampel tidak mengandung bakteri <em>E.coli</em> dan <em>Coliform.</em> Air yang menjadi kebutuhan setiap orang haruslah dijaga kebersihannya sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum. Diharapkan kepada pemilik depot air minum agar lebih selektif dalam memilih sarana penyediaan air baku. Bila diperlukan, pengelola depot akan memiliki konfirmasi tanda terima pembelian air baku dari perusahaan angkutan air/sertifikat sumber air.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong> :<em> Coliform, Escherichia coli</em>, Air Minum.</p>Siti FajriahHaniarti HaniartiFitriani UmarRasidah Wahyuni Sari
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924221122010.32382/sulo.v24i2.812Kemampuan Perangkap dengan Umpan Berbasis Kelapa dalam Pengendalian Kepadatan Tikus Rumah
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/837
<p>Tikus masih menjadi permasalahan utama di Indonesia, terutama perannya sebagai binatang pengerat pembawa penyakit leptospirosis dan pes. Surveilans dan pengendalian tikus akan membatasi penularan penyakit tersebut ke manusia seperti upaya pemasangan berbagai jenis perangkap tikus dengan umpan yang efektif dan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi tipe perangkap dengan umpan kelapa bakar dan wingko dalam pengendalian kepadatan tikus rumah di Desa Rancangkencono Lamongan. Jenis penelitian ini kuantitatif kuasi-eksperimen, yakni eksperimen melibatkan responden yang dipilih secara tidak random. Sampel penelitian berjumlah 40 rumah yang terbagi di empat dusun, secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan selama 3 hari mulai pukul 16.00-7.00 dengan total perangkap dipasang adalah 240, terdiri dari 120 live trap dan 120 sticky trap. Hasil penelitian menunjukkan nilai success trap tikus di Desa Rancangkencono sebesar 78,75%. Terdapat perbedaan signifikan antara perangkap live trap dan sticky trap terhadap kepadatan tikus (p=0,000). Nilai success trap pemasangan live trap sebesar 40,83% (kategori tinggi) dan sticky trap sebesar 116,67% (kategori tinggi). Terdapat perbedaan signifikan antara variasi umpan kelapa bakar dan wingko dengan olesan margarin terhadap kepadatan tikus (p=0,001). Umpan kelapa bakar dan wingko dengan olesan margarin yang berhasil dimakan tikus dalam perangkap secara berurutan adalah 22 dan 33 buah. Disimpulkan bahwa tingkat kepadatan tikus di Desa Rancangkencono Lamongan masuk kategori tinggi. Tipe perangkap dan variasi umpan yang paling efektif dalam menangkap tikus adalah sticky trap dengan umpan wingko, sehingga mampu digunakan sebagai upaya pengendalian tikus rumah.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> tikus; success trap; tipe perangkap; umpan</p>Maftuhatun Ni'mahNur Lathifah SyakbanahEko SulistionoDenaya Andrya Prasidya
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924222122610.32382/sulo.v24i2.837Best Practice Personal Hygiene Orang Tua Balita Stunting : Studi Kasus Di Desa Batulappa dan Desa Kassa
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/813
<p>Stunting masih menjadi permasalahan gizi yang dialami oleh balita didunia termasuk di Indonesia. Stunting terjadi akibat tidak terpenuhnya asupan gizi dalam waktu yang lama.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan <em>Best practice personal hygiene </em>orang tua balita stunting di daerah Pedesaan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian metode kualitatif Deskriptif studi kasus prospektif. Informan dalam penelitian ini sebanyak 17 informan di Desa Batulappa dan Desa Kassa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan wawancara dan observasi dan Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan mayoritas informan di Desa Batulappa dan Desa Kassa menerapkan praktik persalinan bersih, tetapi kesadaran akan pentingnya penggunaan air bersih dan mencuci tangan dengan sabun masih rendah. Meskipun beberapa menggunakan jamban sehat, tidak ada yang melakukan pemberantasan jentik nyamuk di rumah, menyoroti pentingnya meningkatkan kesadaran akan kesehatan lingkungan. Kesimpulan Praktik kebersihan seperti mencuci tangan dan menggunakan air bersih serta jamban sehat masih perlu ditingkatkan di Desa Batulappa untuk mengurangi risiko stunting pada balita, sementara edukasi tentang pemberantasan jentik nyamuk juga penting untuk mencegah penularan penyakit yang berkontribusi pada stunting. Saran: Meningkatkan pendidikan, kesadaran, dan infrastruktur sanitasi serta program edukasi pemberantasan vektor nyamuk dapat membantu mengurangi risiko stunting di Desa Batulappa.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong> : <em>B</em><em>est practice personal hygiene</em>; stunting; pedesaan.</p>Nur HasniRahmi AmirNurlinda Nurlinda
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924222724010.32382/sulo.v24i2.813Pengembangan Inovatif Sistem Pengukuran Kelelahan Berbasis Website untuk Pekerja Industri Konstruksi
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/846
<p>Pekerja konstruksi yang bekerja di lingkungan yang menantang secara fisik dan mental mengalami tingkat kelelahan kerja yang tinggi, yang merupakan penyebab utama kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengukur kelelahan secara real-time guna mengelola keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi. Penelitian ini menyajikan pendekatan inovatif untuk mengukur kelelahan subjektif dan objektif berbasis website yang terintegrasi, menggunakan teknologi <em>reaction timer</em> sebagai alat pengukuran digital yang responsif. Sistem ini dikembangkan menggunakan <em>platform open-source</em> yang fleksibel (<em>WordPress</em>) dengan integrasi plugin khusus untuk pengumpulan dan analisis data kelelahan secara otomatis. Metode penelitian terdiri dari dua tahap: (1) pengembangan sistem pengukuran kelelahan yang terintegrasi untuk pekerja konstruksi, dan (2) studi validasi untuk mengevaluasi kelayakan metode ini dengan membandingkannya dengan metode tradisional seperti <em>reaction timer</em> dan kuesioner KAUPK2, serta umpan balik dari pekerja konstruksi di lapangan (N=60). Peserta dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok yang menggunakan website (N=20), kelompok yang menggunakan <em>reaction timer</em> (N=20), dan kelompok yang menggunakan kuesioner (N=20). Hasil: Berdasarkan pengukuran yang terstandarisasi, peserta diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok kelelahan: tinggi 6,67%), sedang (70%), dan rendah (23,33%) untuk semua metode pengukuran. Hasil kuantitatif menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik antara tiga jenis pengukuran kelelahan. Kesimpulan: Studi ini menyoroti keunggulan sistem berbasis <em>website</em> yang dapat diakses secara <em>real-time</em> dan memberikan kemudahan dalam pemantauan kelelahan kerja secara terus-menerus. Inovasi ini berpotensi untuk meningkatkan manajemen keselamatan pekerja konstruksi melalui pengumpulan data yang relevan dan integrasi teknologi digital, yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian masa depan.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Kelelahan; Pekerja Industri Konstruksi; Website; Pengukuran Kelelahan Kerja</p>Ihsan IhsanSumardiyono SumardiyonoHeni Hastuti
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924224124910.32382/sulo.v24i2.846Perilaku Penjamah Makanan Jajanan Dan Tingkat Kontaminasi Mikroba Di Kantin Sekolah
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/875
<p>Penjamah makanan berperan penting dalam menjamin kualitas dan keamanan pangan. Kurangnya kesadaran mereka terhadap perilaku sehat, kebersihan diri, peralatan, dan sanitasi makanan menjadi penyebab utama kontaminasi makanan. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kontaminasi mikroba pada jajanan kantin dan perilaku penjamah makanan di SMA Negeri 2 Barru, agar dapat menunjukkan bahwa makanan yang diolah tidak mengandung bakteri akibat perilaku penjamah makanan. Metode penelitian menggunakan analitik kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Responden terdiri dari 10 penjamah makanan di kantin sekolah. Untuk pemeriksaan sampel makanan seperti tahu isi bakso, tahu isi, bakwan, bakwan wortel, kulit pangsit, somay dan Identifikasi kandungan <em>Salmonella</em> dilakukan di Balai Besar Kesehatan Masyarakat Makassar (BBLK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% penjamah tidak mengetahui pentingnya prinsip hygiene sanitasi, 40% tidak mengetahui tindakan yang benar jika menemukan serangga di dapur, dan 70% tidak mengetahui pentingnya tidak menggunakan aksesoris saat menjamah makanan. Hasil pemeriksaan sampel makanan menunjukkan makanan yang disajikan penjamah jajanan kantin memenuhi syarat karena negatif bakteri <em>Sallmonela</em>. Penelitian ini menemukan beberapa hal yang belum memenuhi syarat dalam prinsip hygiene dan sanitasi, beberapa diantaranya adalah penjamah makanan tidak mengetahui tindakan yang benar jika menemukan serangga di dapur, pentingnya tidak menggunakan aksesoris saat menjamah makanan, serta cara menyimpan bahan makanan mentah dan matang yang terpisah dalam lemari es. Juga perlu memastikan alat makan dan minum bersih sebelum digunakan dan memahami peran berbeda dalam penerimaan pembayaran. Diharapkan pemilik kantin sekolah lebih memperhatikan proses pencucian peralatan makan, mengganti lap secara teratur, menyimpan peralatan makan di tempat yang tertutup dan tidak lembab, serta menyediakan air yang cukup untuk membersihkan peralatan makan.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> Pengetahuan penjamah; Perilaku; Salmonella.</p>Asriyah Budi LestariHaniarti HaniartiFitriani UmarDirman Sudarman
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024225026010.32382/sulo.v24i2.875Pengelolaan Sampah Di Pasar Tradisional Terong Kota Makassar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/886
<p>Sampah adalah produk sampingan dari aktivitas manusia yang berpotensi mencemari lingkungan. Sampah adalah masalah umum yang ada di hampir semua pasar konvensional di Indonesia. Jika sampah tidak dibuang dengan benar dan menumpuk di satu lokasi, hal ini dapat menyebabkan polusi udara, masalah estetika, dan risiko kesehatan. Sampah organik, khususnya, dapat menyebabkan penyebaran kuman dan vektor penyakit dengan cepat karena potensi kontaminasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai praktik pengelolaan sampah di Pasar Tradisional Terong yang terletak di Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan pendekatan observasional deskriptif analitik untuk mengevaluasi kondisi pengelolaan sampah di Pasar Tradisional Terong pada waktu tertentu. Teknik pengambilan sampel penelitian ini yaitu secara Simple Random Sampling dengan Jumlah sampel sebanyak 200 responden. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu, Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan nilai Uji Chi Square diperoleh ρ = 0,001 < 0,05 untuk variabel penyimpanan, pengumpulan dan pengangkutan sampah sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyimpanan sampah, Pengumpulan Sampah, Pengangkutan Sampah dengan pengelolaan sampah di Pasar Tradisional Terong Kota Makassar. Pengelolaan sampah di Pasar Tradisional Terong Kota Makassar dinilai belum memadai menurut Permenkes No. 17 Tahun 2020. Disarankan agar pedagang dan pengelola pasar secara aktif terlibat dalam pemilahan sampah organik dan anorganik untuk mengefektifkan proses pengolahan sampah di TPA.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> Pengelolaan sampah, pasar tradisional </p>Rostina SRasman RasmanLulu Everlita
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024226127010.32382/sulo.v24i2.886Penambahan Sekam Padi Mentah, Sekam Padi Bakar, dan Daun Kering terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Kompos dari Kotoran Kerbau
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/885
<p>Penambahan bahan sekam padi mentah, sekam padi bakar dan daun kering pada kotoran kerbau sebagai kompos. pembuatan kompos dari bahan kotoran kerbau dengan tambahan sekam padi dan daun kering dapat mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah organik sekam padi dan daun kering yang tidak dimanfaatkan. Hasil dari proses penguraian juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperimental designs) dengan tiga kali replikasi, menggunakan metode statistik Uji Kruskal-Wallis pada sampel limbah kotoran kerbau dengan menggunakan perbandingan sekam padi mentah dan sekam padi bakar untuk mendapatkan kompos dari kotoran kerbau dengan kualitas terbaik. Sampel dalam penelitian ini adalah limbah padat berupa tinja kerbau, dan limbah organik berupa sekam padi mentah, sekam padi bakar dan daun kering yang diperoleh dari Desa Perindingan Kecamatan Gandang Batu Sillanan Kabupaten Tana Toraja. Hasil penelitian pada kompos dengan tambahan sekam padi mentah maupun sekam bakar memenuhi standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004 dan memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan karena kompos yang menggunakan sekam padi mentah membutuhkan waktu penguraian 20 hari dan kompos dengan tambahan sekam padi bakar dapat terurai dalam 19 hari, memiliki kualitas fisik bertekstur remah dan agak kasar, berbau tanah, berwarna cokelat kehitaman pada kompos dengan tambahan sekam padi mentah dan berwarna kehitaman pada kompos yang menggunakan tambahan sekam padi bakar, memiliki kandungan nitrogen (N) 0,53% dan phospor 0,46% (P2O5) pada kompos dengan tambahan sekam padi mentah, dan pada bakar memiliki nilai nitrogen (N) 0,54%, phospor (P2O5 ) 0,94%. Kesimpulan dari penelitian ini penambahan sekam padi mentah dalam proses pembuatan kompos sangat efektif karena sekam padi mentah memiliki kandungan unsur hara yang baik bagi tanaman dan mudah terurai.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Kompos; kotoran kerbau; sekam padi mentah; sekam padi bakar; daun kering</p>Juherah JuherahRafidah RafidahArnita Resty Lapik
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024227128110.32382/sulo.v24i2.885Kemampuan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) dalam Menurunkan Bakteri Coliform pada Air Minum sebagai Upaya Penanggulangan Kasus Diare
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/887
<p>Diare telah menjadi masalah kesehatan global akibat kurangnya akses ke air bersih dan aman. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diare menyebabkan lebih dari 500.000 kematian anak-anak setiap tahun, terutama di negara-negara dengan akses sanitasi dan layanan kesehatan yang terbatas. Maka perlu adanya antisipasi melalui beberapa langkah yang kongkrit salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang bermanfaat sebagai anti mikroba seperti kayu secang. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan kayu secang (<em>Caesalpinia sappan L</em>.) dalam menurunkan bakteri <em>Coliform</em> pada air minum sebagai upaya penanganan kasus diare dengan metode penelitian eksperimen quasi skala laboratorium dengan menggunakan 1 gr kayu secang dalam 1 liter air minum selama 12 jam dengan variasi sampel yaitu air minum yang dimasak, air minum isi ulang dari 5 sumber, dan kontrol di analisa menggunakan uji Wilcoxon untuk distribusi data tidak normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kayu secang pada air minum yang dimasak dan air minum isi ulang dapat membunuh bakteri <em>Coliform</em> 100% yakni dari 240CFU/100 ml menjadi 0CFU/100ml dan uji statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan (p value = 0,025) kemampuan kayu secang dalam menurunkan <em>Coliform</em>. Untuk kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan (p value = 1,000). Penambahan kayu secang pada air minum yang dimasak dan air minum isi ulang mampu menurunkan bakteri <em>coliform</em> sesuai dengan syarat permenkes RI No. 2 Tahun 2023, sehingga disarankan kepada masyarakat untuk memanfaatkan kayu secang pada air minum sebagai upaya pencegahan diare.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> <em>Coliform</em>; air minum; kayu secang</p>Khiki Purnawati KasimStientje StientjeHaerani Haerani
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024228228910.32382/sulo.v24i2.887Hubungan Jumlah Kendaraan Bermotor Dengan Kadar Karbon Monoksida (CO) Di Udara Pada Jalan Depan Pasar Bandar Buat Kota Padang
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/888
<p>Karbon monoksida (CO) merupakan gas beracun yang umum ditemukan di daerah perkotaan. Kadar Karbon Monoksida di udara diperangaruhi oleh banyak factor, antara lain jumlah kendaraan bermotor, faktor iklim, geografis, dan aktivits yang melakukan pembakaran bahan bakar yang mengandung karbon. Penelitian ini ini bertujuan mengetahui hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan kadar CO di Udara di Jalan Depan Pasar Bandar Buat Kota Padang tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan crosssectional yang dilakukan pada Bulan Agustus 2023. Variabel dependen penelitian ini adalah kadar CO udara yang diukur setiap jam selama 8 jam, sedangkan variabel independen adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati jalan di Depan Pasar Bandar Buat Kota Padang. Analisis hasil untuk melihat hubungan variabel idenpenden dengan variabel dependen menggunakan analisis korelasi. Rerata jumlah kendaraan bermotor yang melintas di Jalan depan Pasar Bandar Buat pada hari kerja adalah 3.384 kendaraan/jam, sedangkan pada hari lbur adalah 4.080 kendaraan/jam. Kondisi faktor iklim selama penelitian dalam rentang normal untuk Kota Padang. Kadar karbon monoksida pada Jalan depan Pasar Bandar Buat Pada hari libur lebih tinggi yaitu 3.136 µg/Nm3 dan pada hari kerja 2.554 µg/Nm3. Hasil analisis menunjukkan kadar Karbon Monoksida berkorelasi positif dengan jumlah kendaraan bermotor dengan nilai r = 0,9. Penelitian ini merekomendasikan untuk peningkatan kuantitas dan kualitatas transportasi umum, untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di masyarakat.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Pencemaran Udara; Karbon Monoksida; Kendaraan Bermotor.</p>Burhan MuslimGeni DahliatiSuksmerri SuksmerriAsep IrfanSri Lestari AdriyantiEvino Sugriarta
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024229029510.32382/sulo.v24i2.888Personal Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bajoe Kabupaten Bone
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/890
<p>Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah kesehatan umum di Negara berkembang, termasuk Indonesia yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor perilaku <em>hygiene</em>. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan <em>personal hygiene </em>Ibu dengan kejadian diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Bajoe Kecamatan Tenete Riattang Timur Kabupaten Bone. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan <em>Case Control </em>yaitu metode penelitian digunakan untuk menyelidiki atau menelaah faktor risiko yang potensial berpengaruh terhadap kasus penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita <em>(p= 0,004 < 0,05</em>), terdapat hubungan kebersihan kuku dengan kejadian diare pada balita <em>(p=0,044 < 0,05</em>), dan terdapat hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan MPASI dengan kejadian diare pada balita <em>(p=0.042 < 0,05</em>). Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun ibu, kebersihan pada kuku ibu, dan pemberian ASI eksklusif dan MPASI dengan kejadian diare pada balita di kerja Puskesmas, Kabupaten Bone. Disarankan kiranya pemerintah dalam hal ini oleh tenaga kesehatan selalu mensosialisasikan kebijakan, persuasi, dan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat dengan membiasakan cuci tangan gunakan sabun, kebersihan kuku serta lebih memperhatikan pola asuh balitanya dalam hal pemberian ASI eksklusif dan MPASI.</p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> Balita; Diare; Personal Hygiene</p>Erlani ErlaniEgit Triayu Prayuni AmirAin Khaer
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024229630510.32382/sulo.v24i2.890Uji Efektivitas Daun Alamanda (Allamanda cathartica L)Terhadap Larvasida Jentik Aedes aegypti
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/893
<p>Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, terutama di daerah endemis seperti Indonesia. Penyakit ini dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kematian yang tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga 14 Juni 2021, terdapat 16.320 kasus DBD di Indonesia, dengan peningkatan sebanyak 6.417 kasus dibandingkan periode sebelumnya. Salah satu upaya untuk mengendalikan penyebaran DBD adalah dengan membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebar penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun alamanda (Allamanda cathartica L.) dalam mematikan jentik Aedes aegypti, dengan menggunakan indikator Lethal Concentration 80 (LC80), yaitu konsentrasi yang mampu membunuh 80% populasi jentik.<br />Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 250 ekor jentik Aedes aegypti dengan 3 replikasi untuk setiap perlakuan, yang terdiri dari konsentrasi ekstrak daun alamanda sebesar 35%, 45%, dan 50%, serta 0% sebagai kontrol. Jentik diamati selama 24 jam untuk mengetahui tingkat kematian yang disebabkan oleh berbagai konsentrasi ekstrak. Pada konsentrasi 35%, total rata-rata kematian jentik adalah 3 ekor (12%). Pada konsentrasi 45%, rata-rata kematian meningkat menjadi 5 ekor (20%), dan pada konsentrasi 50%, rata-rata kematian tetap sebesar 5 ekor (20%). Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun alamanda yang digunakan tidak mencapai tingkat kematian 80%. Ekstrak daun alamanda pada konsentrasi 35%, 45%, dan 50% belum efektif untuk mematikan jentik Aedes aegypti karena persentase kematian yang dihasilkan masih jauh dari LC80. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan konsentrasi yang lebih optimal atau mengkombinasikan dengan metode lain dalam pengendalian jentik nyamuk.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Ekstrak Daun Alaman; Larvasida; Jentik <em>Aedes aegypti</em></p>Ashari RasjidHidayat HidayatNur Awalia Maharanty
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024230631210.32382/sulo.v24i2.893Penggunaan Serbuk Eceng Gondok Teraktivasi HNO3 dan HCl dalam Menurunkan Kesadahan Air
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/903
<p>Kesadahan air disebabkan oleh adanya logam-logam atau kation bervalensi dua, seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Salah satu cara efektif untuk menurunkan kadar kesadahan adalah dengan memanfaatkan serbuk eceng gondok. Pada penelitian ini, serbuk eceng gondok diaktivasi menggunakan asam nitrat (HNO3) dan asam klorida (HCl). Eceng gondok mengandung gugus fungsi yang berperan sebagai gugus aktif dalam proses adsorpsi, sehingga mampu menangkap kation-kation penyebab kesadahan. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan tujuan untuk menguji efektivitas penurunan kesadahan air menggunakan serbuk eceng gondok yang diaktivasi dengan HNO3 dan HCl dalam sistem kantong celup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk eceng gondok yang diaktivasi dengan asam nitrat mampu menurunkan kadar kesadahan air dengan penurunan rata-rata sebesar 499,6 mg/l. Sementara itu, serbuk eceng gondok yang diaktivasi dengan asam klorida menurunkan kadar kesadahan air dengan rata-rata penurunan sebesar 451,3 mg/l. Kombinasi aktivasi asam nitrat dan asam klorida memberikan hasil penurunan rata-rata sebesar 510,05 mg/l. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa serbuk eceng gondok yang diaktivasi dengan asam klorida secara individu lebih efektif dibandingkan dengan aktivasi kombinasi asam nitrat dan asam klorida dalam menurunkan kesadahan air. Bagi masyarakat yang menghadapi masalah kesadahan pada air bersih, penggunaan serbuk eceng gondok yang teraktivasi dapat menjadi solusi alternatif yang menjanjikan. Potensi eceng gondok sebagai agen penurun kesadahan memberikan peluang baru dalam upaya penyediaan air bersih yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Kesadahan; Serbuk Eceng Gondok; Aktivasi</p>Syamsudin SBudirman BudirmanAndi Ayu Indriani Batari
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024231332110.32382/sulo.v24i2.903Pemanfaatan Sampah Puntung Rokok Sebagai Pestisida Alami Dalam Membasmi Lalat Rumah (Musca Domestica)
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/907
<p>Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera,mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti diare, kolera, thypus, disentri, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan sampah puntung rokok dalam mematikan lalat rumah (Musca domestica).Jenis penelitian ini eksperimen.Sampel dalam penelitian ini adalah 120 lalat rumah(Musca domestica) dengan pengulangan sebanyak 3 kali dengan waktu 15 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dosis 100 gr dengan waktu 15 menit setelah pemaparan,lalat rumah yang mati sebanyak 5 ekor, dosis 200gr yang mati sebanyak 7 ekor, dosis 300 gr yang mati sebanyak 9 ekor. Disimpulkan dari ketiga dosis yang digunakan, dosis yang paling banyak dalam mematikan lalat rumah adalah dosis 300 gr dengan hasil 9 ekor setelah 15 menit pengamatan. Sehingga masyarakat disarankan memanfaatkan sampah puntung rokok sebagai pestisida alami.</p> <p><strong>Kata kunci </strong><strong>:</strong> Sampah, puntung rokok; lalat rumah, pestisida alami</p>Ronny MuntuLa Taha La TahaBustanul Atfal
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024232232610.32382/sulo.v24i2.907Efektivitas Sabun Antibakteri Kombinasi Ekstrak Serai (Cymbopogon citratus) dan Kitolod (Isotoma longifera (L). Presl.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escheriachia coli
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/865
<p>Sabun yang beredar dipasaran mengandung triclosan yang dapat mengganggu endokrin serta dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan. Keragaman tanaman obat atau tanaman herbal di Indonesia belum dimanfaatkan dengan optimal. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi ekstrak daun sereh (<em>Cymbopogon citratus) </em>dan daun kitolod (<em>Isotoma longifer</em>a (L). Presl.) sebagai anti bakteri terhadap <em>Staphyloccus aureus </em>dan <em>Escherichia coli. </em>Penelitian ini merupakan true experimental. Pembuatan sabun kertas yang mengandung ekstrak daun serai dan ektrak daun kitolod dengan variasi formula ekstrak serai 30%, 35% dan 40% dan kombinasi ekstrak kitolod dengan presentase 80%, 85% dan 90%. Evaluasi sediaan dilakukan selama 14 hari serta uji efektivitas antibakteri Gram negatif (<em>Escherichia coli</em>) dan bakteri Gram positif (<em>Staphylococcus aureus</em>). Hasil penelitian menunjukkan pH sedian sabun berbahan kertas selama 14 hari mengalami penurunan namun masih sesuai dengan persyaratan SNI 2588:2017. Kadar Asam lemak Bebas mengalami peningkatan dan penurunan namun masih masuk persyaratan SNI 2588:2017. Kestabilan busa yang memenuhi standart baku mutu yaitu hanya pada sabun dengan formula I. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar baku mutu dikarenakan lamanya penyimpanan sabun. Uji daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri <em>Staphylococcus aureus. </em>Formula yang paling optimal adalah formula III dengan variasi konsentrasi campuran ekstrak etanol daun serai 40% dan ekstrak daun kitolod 90% dan memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan oleh SNI 2588:2017 serta mampu menghambat pertumbuhan <em>Staphylococcus aureus dan Escherichia coli</em></p> <p><strong>Kata kunci :</strong> Sabun antibakteri; Serai; kitolod; <em>Staphylococcus aureus; Escherichia coli</em></p>Finda Dwi Faridatul JannahDenaya Andrya PrasidyaEko SulistionoRizky Rahadian WicaksonoMuhammad Hanif
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024232733910.32382/sulo.v24i2.865Perilaku Penjamah Makanan Dalam Penerapan Higiene Dan Sanitasi Pengolahan Makanan Di RSUD K.H. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/913
<p>Penjamah makanan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap kesehatan makanan. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan, serta dapat pula menimbulkan alergi. Kebersihan dan kesehatan penjamah makanan serta lingkungan termasuk syarat utama dalam pengolahan makanan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perilaku penjamah makanan dalam penerapan higiene dan sanitasi pengolahan makanan di RSUD K.H. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar. Jenis penelitian adalah deskriptif observasional dengan jumlah sampel 16 orang di instalasi gizi. Adapan hasil penelitian ini yaitu penjamah makanan yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi sebanyak 9 orang (56%), sebanyak 9 orang dengan (56%) yang memiliki sikap baik, Sebanyak 10 orang (62%) memiliki tindakan yang baik dalam menerapkan higiene dan sanitasi pengolahan makanan serta kondisi sanitasi peralatan dan tempat pengolahan makanan dalam keadaan baik dengan persentase 86%. Saran dalam penelitian ini, kepada pihak pengelola Instalasi Gizi agar memberikan pelatihan kepada penjamah makanan terkait penerapan higiene dan sanitasi pengolahan makanan yang baik, perlu juga dilakukan pengawasan terhadap penjamah makanan serta perlu menyediakan tempat penyimpanan alat masak yang tertutup yang memenuhi standar. Serta kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara perilaku penjamah makanan dan melakukan pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) pada peralatan makan di Instalasi Gizi.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Penjamah Makanan; Perilaku; Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan.</p>Inayah InayahWahyuni SahaniAndi Ruhban
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024234034710.32382/sulo.v24i2.913Hubungan Metode Ceramah Dan Media Audiovisual Dengan Tingkat Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SDN 22 Jeppe'e Kabupaten Bone
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/916
<p>Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak usia sekolah dasar masih belum mendapat perhatian yang cukup, sehingga akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti masalah diare dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, memberikan pendidikan mengenai promosi kesehatan kepada anak-anak sekolah dasar melalui metode ceramah dan media audiovisual sangatlah penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan metode ceramah dan media audiovisual dengan tingkat pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa SDN 22 Jeppe'e Kabupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Teknik sampling yang digunakan <em>purposive sampling </em>dengan jumlah sampel 104 responden dan dianalisis menggunakan uji <em>chi square</em>. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji <em>chi square </em>menunjukkan ada hubungan metode ceramah dengan tingkat pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa SDN 22 Jeppe’e Kabupaten Bone <em>p value </em>= 0,012 < α = 0,05, ada hubungan media audiovisual dengan tingkat pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa SDN 22 Jeppe’e Kabupaten Bone <em>p value </em>= 0,002 < α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan metode ceramah dan media audiovisual dengan tingkat pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa usia sekolah dasar. Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan melalui metode ceramah dan media audiovisual dan menggunakan metode promosi kesehatan yang lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Metode ceramah; media audiovisual; pengetahuan; cuci tangan pakai sabun</p>Muh.Ikbal Arif Abdur RivaiFitri Salsabila Syam
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024234835610.32382/sulo.v24i2.916Keterkaitan Indeks Massa Tubuh dan Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja pada Pekerja Lapangan PT X
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/927
<p>Peningkatan beban kerja dan tuntutan produktivitas di sektor industri telah memengaruhi kesehatan fisik dan mental pekerja, khususnya pekerja lapangan yang menghadapi tantangan berat setiap hari. Pekerja lapangan yang seringkali menghadapi berbagai tantangan fisik dan mental setiap hari dapat berisiko mengalami masalah kesehatan salah satunya yaitu stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kelelahan kerja dengan tingkat stres kerja pada pekerja lapangan di PT X. Desain penelitian yang digunakan adalah observasi analitik dengan pendekatan <em>Cross Sectional</em>. Sebanyak 151 pekerja lapangan di PT X diambil sebagai sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner FAS (<em>Fatigue Assessment Scale</em>) untuk menilai tingkat kelelahan kerja, kuesioner <em>workplace stress place</em> untuk mengukur tingkat stres kerja serta data tinggi dan berat badan untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji <em>spearman’s rank</em>. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup kuat antara IMT dan stres kerja, dengan koefisien korelasi Spearman sebesar 0,487 (p < 0,001). IMT yang lebih tinggi sering kali dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti obesitas, yang dapat menyebabkan gangguan fisik seperti nyeri otot dan penurunan kapasitas fisik. Kondisi ini dapat memperburuk beban kerja fisik, meningkatkan risiko kelelahan, dan pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan mental pekerja. Selain itu, hubungan positif yang kuat juga ditemukan antara kelelahan kerja dan stres kerja, dengan koefisien korelasi sebesar 0,529 (p < 0,001). Kelelahan kerja yang berlebihan dapat menurunkan kemampuan pekerja dalam menghadapi tuntutan pekerjaan, memperlambat produktivitas, serta meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Kondisi ini juga dapat memicu gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan dalam manajemen kesehatan di tempat kerja. Perusahaan perlu mempertimbangkan kesehatan fisik (IMT) dan kelelahan kerja sebagai bagian dari kesejahteraan karyawan untuk meminimalkan stres kerja.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> Indeks massa tubuh; kelelahan kerja; stress kerja; pekerja lapangan</p>Reni WijayantiTyas Lilia WardaniMaria Paskanita Widjanarti
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024235736410.32382/sulo.v24i2.927Analisis Faktor Risiko Skabies pada Anak-anak di Panti Asuhan Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi Kota Makassar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/937
<p>Skabies adalah suatu kondisi penyakit gatal ekstrim yang disebabkan oleh tungau <em>Sarcoptes scabiei.</em> Penyakit ini menular melalui kontak langsung dengan penderita dan sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan rentan terkena skabies mengingat padatnya hunian serta interaksi yang tinggi antar penghuni panti asuhan hingga penggunaan barang pribadi yang kerap bergantian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor risiko yang mempengaruhi prevalensi skabies pada anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan wilayah kerja Puskesmas Karuwisi Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode observsional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 120 orang anak penghuni dari 4 panti asuhan di wilayah kerja Puskesmas Karuwisi Kota Makassar. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji chi-square dan regresi logistik, hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian skabies (p value = 0,002) dengan nilai OR 15,717, personal hygiene dengan kejadian skabies (p value = 0,002) dengan nilai OR 4,889, kepadatan hunian dengan kejadian skabies (p value = 0,024) dengan nilai OR 3,361, dan untuk kelembapan tidak ada hubungan dengan kejadian skabies (p value = 0,419) dengan nilai OR 0,723. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, personal hygiene dan kepadatan hunian merupakan faktor risiko skabies pada anak-anak di panti asuhan wilayah kerja Puskesmas Karuwisi Kota Makassar. Disarankan kepada anak – anak di panti asuhan agar selalu menjaga kebersihan diri dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.</p> <p><strong>Kata kunci</strong><strong>:</strong> Skabies; Faktor Risiko; <em>Personal Hygiene</em>; Panti Asuhan</p>Ni Luh Astri IndraswariErwinda ErwindaAndi Zarah Zehira
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024236537510.32382/sulo.v24i2.937Faktor Personal Hygiene Penjamah dan Kondisi Sanitasi TPM Terhadap Kualitas Bakteriologis Makanan Jajanan di Kuliner Pasar Cidu Kota Makassar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/952
<p>Kuliner Pasar Cidu adalah pusat jajanan terpopuler di Kota Makassar, namun makanan dan minuman yang dijual seringkali tidak memenuhi standar higiene dan sanitasi. Hal ini berpotensi menyebabkan kontaminasi biologis yang dapat memicu gangguan pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui personal hygiene penjamah dan kondisi sanitasi TPM terhadap kualitas bakteriologis jajanan di Kuliner Pasar Cidu. Penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian meliputi 171 penjamah makanan, dengan sampel sebanyak 20 penjamah dan 20 sampel makanan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.. Data personal hygiene penjamah diperoleh melalui observasi langsung menggunakan kuesioner, sementara data bakteriologis jajanan dianalisis dengan metode Plate Count Agar (PCA) . Analisis statistik menggunakan uji Eksak Fisher. Hasil penelitian menunjukkan 95% penjamah memiliki personal hygiene yang buruk, dan 19 dari 20 sampel tidak memenuhi standar bakteriologis berdasarkan Peraturan BPOM No. 13 Tahun 2019. Batas maksimum angka kuman untuk pangan olahan daging adalah 104 koloni/g dan untuk minuman sari buah 10 koloni/ml. Hasil uji eksak fisher menunjukkan ada hubungan signifikan antara personal hygiene penjamah dan kualitas bakteriologis jajanan dengan nilai p = 0,050. Kesimpulan penelitian ini adalah personal hygiene penjamah berpengaruh pada kualitas bakteriologis jajanan. Disarankan pedagang dapat meningkatkan kebersihan pribadi, seperti menjaga kebersihan tangan, kuku, dan menggunakan alat pelindung diri seperti celemek dan penutup kepala serta meningkatkan sanitasi tempat pengolahan makanan.</p> <p><strong>Kata kunci </strong><strong>:</strong> Personal Hygiene; Makanan Jajanan; Kondisi Sanitasi; Bakteriologis Makanan</p>Zaenab ZaenabNurhaidah NurhaidahIzhiq ChalizhahNurfitriani Azizah
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024237839110.32382/sulo.v24i2.952Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidak Terpenuhinya Pilar 4 Dan Pilar 5 Di Wilayah Kerja Puskesmas Campalangian Kecamatan Campalangian Kabupaten Polewali Mandar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/973
<p>Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui metode pemicuan. Sanitasi masih menjadi permasalahan dalam rumah tangga yang akan berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan, dan lingkungan suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terpenuhinya STBM pilar 4 dan pilar 5 di wilayah kerja Puskesmas Campalagian, Kec. Campalagian, Kab. Polewali Mandar. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dan menggunakan sampel 80 rumah tangga dengan metode pengambilan sampel yaitu menggunakan Simple Random Sampling. Untuk pengolahan data menggunakan Uji statistic chi-square dengan bantuan software komputer. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh tidak terpenuhinya STBM Pilar 4 dan Pilar 5 yang meliputi faktor lingkungan, sumber daya manusia, dan regulasi. Berdasarkan hasil uji statistik untuk faktor lingkungan yaitu pada pilar 4 diperoleh hasil p= 0,003, dan pilar 5 p= 0,004, sedangkan untuk faktor sumber daya manusia yaitu pada pilar 4 diperoleh hasil p= 0,000, dan pilar 5 p= 0,004 dan untuk faktor regulasi yaitu pada pilar 4 diperoleh nilai p= 0,004, dan pilar 5 p = 0 , 0 0 2 . Hal ini disebabkan karena sebagian besar pemikiran masyarakat bahwa sarana tempat pembuangan sampah dan pengelolaan air limbah cair rumah tangga tidak cukup penting untuk dimiliki. Kesimpulan penelitian ini yaitu adanya pengaruh antara faktor lingkungan, sumber daya manusia, dan regulasi terhadap tidak terpenuhinya STBM pilar 4 dan pilar 5. Sehingga masyarakat disarankan untuk dapat menerapkan program STBM Pilar 4 seperti menyediakan sarana tempat pembuang</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> Pilar 4 dan 5 STBM; Lingkungan; Sumber Daya Manusia dan Regulasi</p>Sulasmi SulasmiUmrah Nur SucianiHaderiah Haderiah
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-102024-12-1024239240110.32382/sulo.v24i2.973Resiko Kesehatan Pajanan PM2,5 pada Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Ternate
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/976
<p>Sektor transportasi menyebabkan 50% dari prevalensi kesakitan di Indonesia, peningkatan polutan udara seperti PM<sub>2,5</sub>, PM<sub>10</sub>, CO, NO<sub>2</sub> akibat peningkatan jumlah kendaraan bermotor dapat memberikan gangguan kesehatan seperti batuk, penurunan fungsi paru, kanker paru, asma, kesulitan bernapas hingga kematian. Operator SPBU menjadi kelompok yang berisiko mengalami dampak kesehatan akibat pajanan polutan tersebut secara terus menerus saat proses antrian pengisian bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis resiko kesehatan lingkungan akibat paparan PM<sub>2,5</sub> pada operator SPBU di Kota Ternate. Merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL), sehingga diperoleh nilai <em>Risk Quotient (RQ)</em><em>. </em>Populasi dalam penelitian ini adalah operator SPBU. Sampel lingkungan adalah PM<sub>2,5</sub> di udara ambien sekitar SPBU, pengukuran PM<sub>2,5</sub> dilakukan di lokasi sekitar operator SPBU bekerja, menggunakan alat EVM-7 <em>environmental monitoring.</em> Pengukuran selama 1 jam dengan 3 kali pengulangan pada waktu yang berbeda yaitu pada pagi, siang dan sore hari selama 7 hari, sementara sampel manusia adalah operator SPBU dengan teknik pengambilan sampel <em>total sampling </em>sebanyak 16 orang, data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu. Hasil menunjukkan rata-rata responden berjenis kelamin perempuan (56,2%), berumur 43,6 tahun dengan berat badan 66,4 kg, berpendidikan tamat SMA/SMK (68,8), gaya hidup merokok (56,2%) dan tidak mengkonsumsi alkohol (81,2%). Keluhan kesehatan yang sering dialami operator adalah kelelahan (81,2%) dan sakit kepala (56,2). Rata-rata konsentrasi PM<sub>2,5</sub> di SPBU Kalumata pada pengukuran pagi 0,02mg/m<sup>3</sup>, siang dan sore berturut-turut adalah 0,01mg/m<sup>3</sup>, sementara di SPBU Maliaro pada pengukuran pagi sebesar 0,06mg/m<sup>3</sup>, siang sebesar 0,02mg/m<sup>3</sup> serta pengukuran sore sebesar 0,01mg/m<sup>3</sup>. <em>Intake</em> PM<sub>2,5</sub> tertinggi pada pengukuran pagi hari pada operator SPBU Maliaro berturut-turut sebesar 0,0146mg/kg/hari. Hasil perhitungan Tingkat Risiko PM<sub>2,5</sub> menunjukkan nilai RQ>1 di SPBU Maliaro pada pengukuran pagi hari. Hal ini menunjukkan perlunya pengendalian paparan PM<sub>2,5</sub> di SPBU Maliaro terutama dipagi hari sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan pada 30 tahun mendatang.</p> <p><strong>Kata kunci </strong>: Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL); PM<sub>2,5</sub>; Operator SPBU</p>Purnama SidebangNuke Dianita
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924240241110.32382/sulo.v24i2.976Gambaran Gambaran Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Pencegahan Penyakit DBD di Kelurahan Mautapaga
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/1076
<p>Kelurahan Mautapaga merupakan wilayah dengan tingkat endemisitas DBD tinggi. Penelitian bertujuan menggambarkan faktor predisposing, enabling dan reinforcing terkait pencegahan penyakit DBD.</p> <p>Disain penelitian deskriptif, berlokasi di RT 07, 08, 29, 30 Kelurahan Mautapaga, variabel penelitian berkaitan dengan faktor predisposisi, enabling, dan reinforsing. Populasi 140 KK, teknik sampel pencuplikan sederhana dengan pertimbangan kesamaan karakteristik. Sampel dihitung menggunakan rumus Slovin tingkat kepercayaan 95%, total sampel 103 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitasnya. Peneliti diawali dengan menjelaskan kriteria inklusi,manfaat dan tujuan. Calon responden yang bersedia mengisi informed consent, dilanjutkan dengan wawancara dan observasi. Pengolahan data diawali dengan editing, koding. Analisis data secara univariat untuk mendeskripsikan fenomena dan besaran masalah dari setiap komponen, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil: umumnya tingkat pendidikan ≥ SMA (61,2%), tidak bekerja (64,1%). Pengetahuan kurang (85,4%), sikap negatip (75,7%), tidak yakin (69,9%), penilaian rendah (79,6%). Ini merupakan pencetus perilaku negatip pencegahan DBD, 76,7% tidak melakukan praktik pencegahan DBD. Faktor pendukung berupa ketersediaan Abate diperoleh dari puskesmas (84,5%), namun demikian terdapat 97,1% kurang memiliki akses informasi. Demikian juga 77,7% mengaku kurang mendapat dukungan dari orang lain, dukungan terbesar ialah tenaga kesehatan (66%). Kesimpulan: Tingkat pengetahuan tentang DBD masih rendah, demikian juga sikap, kayakin, dan perilaku pencegahan. Kurangnya kesadaran untuk menyediakan sarana parasarana pendukung tindakan pencegahan, sebagian besar memperoleh abate dari puskesmas, demikian juga kurangnya kemandirian akses informasi tentang DBD. Dukungan dari pihak lain dalam pencegahan DBD, terbesar dari Puskesmas. Disarankan kepada berbagai pihak dapat berkontribusi meningkatkan pemahaman khalayak terkait DBD,memotivasi agar terus melakukan praktik pencegahan.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Predisposing; Enabling; Reinforcing; DBD</p>Pius Kopong TokanKrispina OwaHamsir Ahmad
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-12-092024-12-0924241242210.32382/sulo.v24i2.1076