Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi
<p>Penamaan Jurnal SULOLIPU berasal dari bahasa daerah Nusantara dengan akar kata <strong>Sulo</strong> yang berarti <strong>suluh</strong> (bahasa Bugis dan Toraja), <strong>obor </strong>(bahasa Makassar), <strong>lampu</strong> atau <strong>pelita</strong> (bahasa Mandar); yang kesemuanya dapat berarti <strong>Penerang</strong> atau <strong>Pencerahan</strong>. Selanjutnya, <strong>Lipu</strong> diartikan <em><strong>tanah</strong></em> atau <em><strong>bumi</strong></em> (bahasaToraja) dan <strong>negeri </strong>atau <strong>kampung</strong> (bahasa Bugis), yang berkonotasi kearah arti <em><strong>alam sekitar</strong> atau <strong>lingkungan</strong>; Lengkapnya, buletin SULOLIPU mengandung makna sebagai media atau wahana komunikasi penyebarluasan informasi higiene sanitasi kesehatan lingkungan dan terkait upaya untuk menciptakan sekaligus menikmati lingkungan sehat, yang dilahirkan dari seputar wilayah Sulawesi Selatan Indonesia.</em></p> <p>Tulisan yang diterima melingkupi rumpun Ilmu Kesehatan Lingkungan dengan diberi kode 359 oleh Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi, yang dapat berupa Artikel Hasil Riset, Book Review, Literatur Review, Komentari/Opini, Berita Ilmiah (Scientific News), dan Letter to Editor. Tulisan tersebut menyangkut Sanitasi Dasar (penyehatan air, pengelolaan limbah cair, pembuangan tinja, penanganan sampah, penyehatan makanan minuman, pengendalian vektor), penyehatan udara, pengamanan pestisida, rumah sehat dan tata graha, perilaku hidup bersih dan sehat, higiene perorangan, sanitasi tempat umum-wisata-matra, sanitasi transportasi, sanitasi industri dan keselamatan kerja, sanitasi rumah sakit, sanitasi kawasan pesisir pantai dan laut, penyakit berbasis lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan, manajemen risiko lingkungan, epidemiologi kesehatan lingkungan, Mikrobiologi Lingkungan</p> <p>Sulolipu : Media Komunikasi sivitas Akademika dan masyarakat merupakan jurnal ilmiah berkala yang diterbitkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan dengan <a title="pISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180432075" target="_blank" rel="noopener">pISSN : 0854-624X </a><strong>( Cetak )</strong>, dan <a title="e-ISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1532662765" target="_blank" rel="noopener">e-ISSN : 2622-6960 </a><strong>( Online )</strong></p>Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassarid-IDSulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat0854-624XFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Hiperbarik Pada Nelayan Penyelam Tradisional Di Kelurahan Bajoe Kabupaten Bone
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/511
<p>Penyakit hiperbarik merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh nelayan penyelam tradisional di lingkungan kerjanya yang diakibatkan oleh lingkungan bertekanan tinggi yang lebih dari satu atmosfer. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit hiperbarik pada nelayan penyelam tradisional di Kelurahan Bajoe. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan <em>cross sectional. </em>teknik pengambilan sampel menggunakan <em>simple random sampling </em>sebanyak 66 orang. Analisis data menggunakan uji <em>Chi Square </em>dan <em>Odds Rasio. </em>Hasil penelitian menunjukkan dari 4 variabel bebas yang diteliti terdapat 3 yang berhubungan dengan kejadian penyakit hiperbarik, yaitu kedalaman (p=0,001) (OR=5,417; CI 95%= 1,862 – 15,7), masa kerja (p=0,001) (OR= 8,750; CI 95%= 2,265 – 35,362) dan penggunaan APD (0,005) (OR= 0,233; CI 95%= 0,081 – 0,668), 1 variabel yang tidak berhubungan yaitu lama menyelam (p= 0,605) (OR= 1,326; CI 95%= 0,454 – 3,877). Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara kedalaman, masa kerja, penggunaan APD dan tidak terdapat hubungan lama menyelam dengan kejadian penyakit hiperbarik pada nelayan penyelam tradisional di Kelurahan Bajoe Kabupaten Bone. Maka diharapkan agar puskesmas dan nelayan penyelam setempat dapat bekerjasama untuk mengadakan sosialisasi terkait faktor risiko penyakit hiperbarik.</p> <p><strong>Kata Kunci : APD, Kedalaman, Lama Menyelam, Masa Kerja, Nelayan Penyelam</strong></p>Andi RuhbanMuh. Ikbal ArifOktavia OktaviaA. AR. Rakhmansya Iskandar
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024111010.32382/sulo.v24i1.511Analisis Korelasi Antara Implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar 2 dan 3 dengan Tingkat Kejadian Diare di Desa Lagego, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/475
<p>Diare adalah buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari dengan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar 2 Dan 3 Dengan Kejadian Diare Di Desa Lagego Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan secara Cross Sectional yaitu turun langsung ke lapangan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel secara observasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 56 responden yang belum melakukan penerapan STBM pilar 2 dan 30 responden yang telah melakukan penerapan STBM pilar 2. Sedangkan untuk penerapan STBM pilar 3 terdapat 11 responden yang belum melakukan penerapan STBM pilar 3 dan 47 responden yang telah melakukan penerapan STBM pilar 3. Hasil analisa menunjukkan bahwa adanya hubungan penerapan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) pilar 2 dengan kejadian diare (p=0,000<0,05) dan pilar 3 dengan kejadian diare (p=0,001<0,05). Hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap perilaku cuci tangan pakai sabun dan pengelolaan air minum makanan rumah tangga tidak termasuk dalam hal – hal yang sangat penting untuk dilakukan. Masyarakat khususnya yang berada di lokasi penelitian masih banyak yang belum menerapkan program STBM Pilar 2 dan 3 sehingga masyarakat yang menderita diare masih banyak. Sehingga masyarakat disarankan untuk dapat menerapakan program STBM pilar 2 (cuci tangan pakai sabun) dan pilar 3 (pengelolaan air minum makanan rumah tangga) agar terhindar dari kejadian penyakit diare</p> <p>Kata kunci : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Pilar 2 dan 3 STBM, Diare</p>Meisya HastaHidayat HidayatSulasmi SulasmiHaderiah Haderiah
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241112010.32382/sulo.v24i1.475Sanitasi Kandang Ayam Potong Dengan Kepadatan Lalat Di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/483
<p>Sanitasi kandang ayam adalah suatu usaha pencegahan terhadap penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor - faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit. Sanitasi sangat penting dilakukan karena jika sanitasi bermasalah akan berdampak pada lingkungan kandang dan hewan yang ada di dalam kandang. Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan sanitasi kandang ayam potong dengan kepadatan lalat di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Analitik, dengan pendekatan <em>cross sectional</em> jumlah sampel 43 dan dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kebersihan kandang dengan tingkat kepadatan lalat <em>p</em>= 0,000 < <em>α</em>= 0,05 dan x<sup>2 </sup>hit 25.077 x<sup>2 </sup>tabel 3.841, ada hubungan antara pengelolaan limbah dengan tingkat kepadatan lalat <em>p</em>= 0,000 < <em>α</em>= 0,05 dan x<sup>2 </sup>hit 43.000 > x<sup>2 </sup>tabel 3.841, ada hubungan antara desinfeksi dengan tingkat kepadatan lalat <em>p </em>= 0,000 < <em>α</em>= 0,05 dan x<sup>2 </sup>hit 43.000 <strong>> </strong>x<sup>2 </sup>tabel 3.841, ada hubungan antara kelembapan dengan tingkat kepadatan lalat <em>p</em>= 0,000 < <em>α</em>= 0,05 dan x<sup>2 </sup>hit 32.434 > x<sup>2 </sup>tabel 3.841. Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan Kebersihan kandang, pengelolaan limbah, desinfeksi, dan kelembapan dengan kepadatan lalat Diharapkan kepada peternak ayam potong agar meningkatkan sanitasi kandang dalam hal kebersihan kandang, pengelolaan limbah, dan pemberian desinfeksi</p> <p>Kata Kunci : Lalat, Kandang Ayam, Kebersihan Kandang, Limbah, Desinfeksi dan Kelembapan</p>Mahdiya Nabila SyafwanErlani ErlaniRasman Rasman
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241212810.32382/sulo.v24i1.483Uji Efektivitas Pemanfaatan Biji Pepaya (Carica Papaya L) Kering Dan Basah Sebagai Larvasida Alami Cair Untuk Mematikan Larva Aedes Aegypti
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/476
<p>Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi di daerah tropis yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk <em>Aedes aegypti</em>. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai larvasida alami adalah biji papaya (<em>Carica papaya L</em>). Pada penelitian ini biji papaya yang digunakan adalah biji pepaya yang basah dan kering senyawa yang terkandung pada biji papaya yaitu dapat bersifat toksik pada larva seperti senyawa Alkaloid, Flavonoid, Saponin dan Tanin yang dapat menghambat pertumbuhan larva <em>Aedes aegypti. </em>Penelitian ini bersifat eksperimen semu (Quasi Eksperimental) dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas larutan biji pepaya (<em>Carica Papaya L</em>) kering dan basah dengan menggunakan kontrol serta dosis 20 ml, 30 ml, 40 ml, 50 ml, 60 ml / Liter yang di paparkan pada 20 larva <em>Aedes aegypti</em> pada masing-masing dosis dengan pengamatan setiap 60 menit selama 24 jam, replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata kematian larva <em>Aedes aegypti </em>pada larutan biji pepaya kering yaitu kontrol tidak ada yang mati (0%) dosis 20 ml dapat mematikan (95%), 30 ml dapat mematikan (100%), 40 ml dapat mematikan (100%), 50 ml dapat mematikan (100%), 60 ml dapat mematikan (100%), sedangkan larutan biji pepaya basah yaitu kontrol tidak ada yang mati (0%) dosis 20 ml dapat mematikan (100%), 30 ml dapat mematikan (100%), 40 ml dapat mematikan (100%), 50 ml dapat mematikan (100%), 60 ml dapat mematikan (100%). Kesimpulan penelitian ini yaitu dosis 20 ml adalah dosis yang paling efektif sebagai larvasida alami cair untuk mematikan larva <em>Aedes aegypti</em>. Saran untuk masyarakat agar menggunakan biji pepaya yang basah sebagai larvasida dan untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan kantong celup dan dosis yang digunakan bisa di turunkan dengan menggunakan biji pepaya basah</p> <p><strong>Kata kunci : Larva <em>Aedes aegypti</em>, Biji Pepaya (<em>Carica Papaya L</em>)</strong></p>Erwinda Alwi RachmanJuherah JuherahIsmawati Ismawati
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241293810.32382/sulo.v24i1.476Distribusi Penyakit Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Variabel Epidemiologi Di Kabupaten Ende
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/496
<p>Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, berdampak pada <em>ekonomic loss</em> dan terus menjadi beban negara. Kejadian yang terus meningkat dan meluas dalam lima tahun terakhir menjadi dasar untuk dilakukan kajian guna intervensi selanjutnya.Tujuan dari penelitian adalah mengetahui distribusi penyakit DBD berdasarkan Variabel epidemiologi di Kabupaten Ende tahun 2018-2022.Metoda penelitian: menggunakan data sekunder, merupakan penelitian deskriptif guna mengetahui penyebaran kasus DBD berdasarkan variabel epidemiologi orang, tempat, dan waktu. Subjek penelitian adalah jumlah kasus DBD tahun 2018-2022 sebanyak 609 kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi data sekunder. Pengolahan data dimulai dari editing, tabulating, seving, penyajian data. Selanjutnya dianalisis yanag dituangkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Peneliti menekankan adanya etika penelitian, yaitu <em>anonymity</em> dan <em>confidentiality</em> Hasil: Kasus DBD di Kabupaten Ende tahun 2018-2022 lebih banyak menyerang laki-laki yaitu 318 orang (52,2%) dan perempuan 219 orang (47,8%), berdasarkan sebaran wlayah, kasus terbanyak berada di daerah perkotaan, tertinggi di Kota ende, selanjutnya Onekore, Rukun lima, dan Kota ratu. Lonjakan kasus terjadi pada tahun 2019 dan 2020 karena kondisi pandemi Covid 19 yang memiliki kemiripan gejala dengan DBD, tapi menurun pada tagun 2021 dan meningkat lagi tahun 2022, lebih tinggi dari 5 tahun sebelumnya.Saran: lebih ditujukan pada Pemerintah Kabupaten Ende untuk melakukan berbagai intervensi dengan melibatkan peran lintas sektor dan peningakatan peran serta aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD</p>Pius Kopong TokanHamsir Ahmad
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241394810.32382/sulo.v24i1.496Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajo Barat Kabupaten Luwu
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/477
<p>Dermatitis adalah penyakit kulit berbasis lingkungan yang bersifat gejala klinis subyektif peradangan pada kulit. Memperhatikan kondisi lingkungan dan kebersihan diri untuk menurunkan faktor risiko penularan dan angka penyakit berbasis lingkungan. Tujuan penelitian mengetahui hubungan faktor risiko dengan insiden dermatitis di daerah kerja UPT PKM Bajo Barat, Kab. Luwu. Metode penelitian merupakan observasi analitik menggunakan pendekatan <em>case control</em>. Total keseluruhan sampel 134 sampel terdiri 67 sampel kasus dan 67 sampel kontrol. Sampel penelitian memakai sistem sampel secara acak dengan memakai uji statistic <em>chi square</em> test. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan signifikan dengan riwayat penyakit kulit (p= 0,000, OR= 3,0,CI 95%= 2,326-4,114), suhu (p= 0,000 OR= 2,3, CI 95%= 1,624-3,475), kelembaban (p=0,000 OR=2,1,CI 95%=1,526-2,980), personal hygiene (p= 0,033 OR= 1,5, CI 95%= 993-2,169) dengan kejadian dermatitis dan sedangkan tidak terdapat kelorasi yang signifikan antara kualitas fisik air (p=0,0116 OR=575, CI 95%=288-1,149) dengan insiden dermatitis di daerah kerja UPT Puskesmas Bajo Barat, Kabupaten Luwu. Kesimpulan hasil penelitian keluhan subjektif dermatitis ini dipengaruhi oleh riwayat penyakit kulit, suhu, kelembaban dan personal hygiene yang buruk maka di sarankan pihak UPT PKM Bajo Barat bisa melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pengendalian serta dampak bahaya penyakit kulit dermatitis dan masyarakat diharapkan mampu menjaga kesehatan dan kebersihan diri sendiri dan memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal.</p>Muh. Ikbal ArifJuherah JuherahNabila Nur Annisa Aspa
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241495710.32382/sulo.v24i1.477Perbandingan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) dan Daun Srikaya (Annona squamosa) Dalam Mematikan Lalat Rumah (Musca domestica)
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/472
<p>Jenis lalat yang mampu berkembangbiak dengan cepat adalah lalat rumah (Musca domestica). Lalat dapat berperan sebagai penyebab penyakit pencernaan seperti diare. Data Dinkes Provinsi Sulsel tahun 2020 menunjukkan sebanyak 19.592 kasus diare. Tingginya angka kejadian penyakit diare yang disebabkan oleh lalat sehingga perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian lalat rumah dapat menggunakan insektisida nabati seperti pemanfaatan daun papaya dan daun srikaya yang memiliki senyawa kimia flavonoid, alkanoid, tanin, dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan kematian lalat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dan daun srikaya (Annona squamosa) dalam mematikan lalat rumah (Musca domestica). Jenis penelitian yang digunakan bersifat eksperimen dengan menggunakan metode spray. Sampel dalam penelitian ini yaitu 20 ekor lalat rumah yang dipaparkan menggunakan ekstrak daun pepaya dan daun srikaya dengan konsentrasi 35%, 40%, dan 45% selama 60 menit dengan masing- masing control pada daun papaya dan daun srikaya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kematian lalat rumah pada daun papaya dengan konsentrasi 35% sebanyak 14 ekor (70%) sedangkan pada daun srikaya sebanyak 16 ekor (80%). Pada konsentrasi 40% pada daun papaya sebanyak 16 ekor (80%) sedangkan pada daun srikaya sebanyak 17 ekor (85%). Dan pada konsentrasi 45% daun papaya didapatkan rata-rata kematian lalat sebanyak 17 ekor (85%) dan pada daun srikaya sebanyak 18 ekor (90%). Adapun kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun papaya pada konsentrasi 40% dan 45% efektif mematikan lalat rumah, sedangkan ekstrak daun srikaya pada konsentrasi 35%, 40%, dan 45% efektif mematikan lalat rumah.</p>Khiki Purnawati KasimZaenab ZaenabNurul Riskyah
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241586710.32382/sulo.v24i1.472Kemampuan Media Filter Manganese Greensand Dan Karbon Aktif Tempurung Kelapa Dalam Menurunkan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Tanah, Kelurahan Gunung Kebayoran Baru Jakarta
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/112
<p>Air adalah sumber daya penting dan kebutuhan dasar manusia untuk hampir semua aktivitas. Standar Kualitas Kesehatan Lingkungan untuk air mencakup parameter fisik, biologis, dan kimia, dengan fokus khusus pada kadar Mangan (Mn) yang dapat bersifat neurotoksik jika dikonsumsi secara berlebihan. Filtrasi menggunakan kombinasi Manganese Greensand dan Karbon Aktif Tempurung Kelapa terbukti efektif mengurangi kadar Mangan dalam air tanah, dengan penurunan hingga 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas media tersebut dalam menurunkan kadar Mangan berdasarkan volume air yang disaring di RT 08, RW 01, Kelurahan Gunung Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Menggunakan desain one-group pretest-posttest, penelitian ini menyaring air tanah dengan konsentrasi Mangan 5 mg/L dalam volume 56, 112, 168, dan 224 liter. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar Mangan, namun penurunan tersebut tidak mencapai standar kualitas. Persentase penurunan tertinggi terjadi pada volume 56 liter dengan penurunan sebesar 48%. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan di antara variasi volume air (nilai p = 0,00001).</p> <p>Kata kunci: Karbon Aktif, Manganese Greensand, Kesehatan Lingkungan</p>Rojali RojaliSyarifah Miftahul El-JannahWartiniyati WartiniyatiPangestu PangestuFathiani Nur Aliza
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241687710.32382/sulo.v24i1.112Sistem Pengelolaan Sampah Di TPA Malimpung Kabupaten Pinrang
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/478
<p>Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah adalah lokasi dimana semua sampah dikumpulkan secara aman agar tidak menyebabkan gangguan terhadap lingkungan. Kondisi dan pengelolaan TPA malimpung kurang baik. Lindih yang ada di TPA malimpung banyak yang merembes dan air lindih hanya di ditampung di kolam tidak diolah dengan baik agar tidak mecemari linkungan. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di TPA Malimpung Kabupaten Pinrang. Penelitian ini bersifat observasional dengan menggunakan pendekatan deskriftif untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di TPA Malimpung Kabupaten Pinrang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sarana dan prasarana yang ada di TPA malimpung yaitu terdapat fasilitas umum seperti: jalan masuk, kantor/pos jaga, saluran drainasee, pagar, dan papan nama. Fasilitas perlindungan seperti; lapisan kedap air, saluran pengumpul lindi, ventilasi gas, daerah penyangga, dan tanah penutup. Fasilitas penunjang seperti: jembatang timbang dan listrik . fasilitas operasional seperti alat berat Terdapat 2 ekskavator dan 1 bulldozer dan truk pengangkut sampah terdapat 15 unit. Dan fasilitas lainnya seperti :instalasi pengolahan air lindi dan sumur pantau. Rata-rata jumlah timbulan sampah yang masuk kedalam TPA selama 8 hari adalah 76,125 ton/hari. Adapun hasil kapasitas daya tampung yang TPA Malimpung yaitu 586.000 m³. Kepada pengelolah TPA menyediakan sarana dan prasarana yang berupa faslitas air bersih agar petugas tidak menggunakan air kotor untuk keperluan seperti mandi dan mencuci kendaraan. Menyediakan Bengkel dan hanggar sehingga mempermudah apabila truk pengangkut sampah atau alat berat ada yang rusak.</p>Rafidah RafidahMasdayanti MasdayantiNur Haidah
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241788610.32382/sulo.v24i1.478Hubungan Kondisi Lingkungan Dengan Keberadaan Telur Nyamuk Aedes di Wilayah Kerja Puskesmas Bontokassi Kabupaten Takalar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/467
<p>Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah vektor penyakit Demam Berdarah Dengue memiliki karakteristik habitat dan perilaku yang unik. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus umumnya dapat ditemukan di pemukiman, rumah- rumah warga, dan gedung-gedung bangunan. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti pada suatu wilayah yaitu dengan cara melakukan survei dengan pemasangan ovitrap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suhu, kelembapan, kondisi pencahayaan dan kebersihan lingkungan dengan keberadaan telur nyamuk Aedes di wilayah kerja Puskesmas Bontokassi Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Dengan jenis penelitian menggunakan Observasional Analitik dengan desain cross sectional study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan telur nyamuk Aedes di wilayah kerja puskesmas Bontokassi memiliki rata-rata didalam rumah sebanyak 67,3% dan di luar rumah sebanyak 55,8% serta tidak ada hubungan antara suhu udara dalam rumah dan ada hubungan suhu udara luar rumah, tidak ada hubungan antara kelembapan udara, ada hubungan antara kondisi pencahayaan, ada hubungan antara kebersihan lingkungan dengan keberadaan telur nyamuk Aedes di wilayah kerja puskesmas Bontokassi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat 3 kategori variabel yang tidak ada hubungan dan terdapat 4 kategori variabel yang ada hubungan dengan keberadaan telur nyamuk Aedes di wilayah kerja puskesmas Bontokassi. Saran bagi masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan rumah.</p>Ashari RasjidHamsir AhmadHarman Hermawan
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241879310.32382/sulo.v24i1.467Kemampuan Metode Kombinasi Koagulasi Biji Asam Jawa Dan Filtrasi Akar Mangrove Dalam Menurunkan Kekeruhan Dan Kadar Klorida (Cl) Pada Air Sumur Gali Di Kawasan Pesisir
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/466
<p>Air bersih merupakan sumber kehidupan bagi setiap orang, sehingga kelestarian dan keberadaannya harus dijaga semaksimal mungkin baik kuantitas maupun kualitasnya. Biji asam jawa (Tamarindus Indica L) dapat dimanfaatkan sebagai koagulan alternatif pengganti tawas karena lebih ramah lingkungan. Akar mangrove dikatakan mampu menurunkan kadar klorida dikarenakan pada dasarnya, seperti akar tumbuhan tingkat tinggi lainnya, akar mangrove berperan selektif dalam penyerapan ion, yang dibawa dan diangkut ke xilem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode kombinasi koagulasi biji asam jawa dan filtrasi akar mangrove dalam menurunkan kekeruhan dan kadar klorida (Cl) pada air sumur gali di kawasan pesisir. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan metode koagulasi dan filtrasi. Hasil penelitian menunjukkan pada sampel awal kekeruhan air sebesar 76,9 NTU dan kadar klorida sebesar 60.481,2 mg/l setelah dilakukan pengolahan menggunakan biji asam jawa didapatkan hasil penurunan kekeruhan sebesar 82,93% dan kadar klorida sebesar 71,06%. Pengolahan menggunakan akar mangrove didapatkan hasil penurunan kekeruhan sebesar 90,19% dan kadar klorida sebesar 90,51%. Sedangkan untuk Pengolahan kombinasi menggunakan biji asam jawa dan akar mangrove didapatkan hasil penurunan kekeruhan sebesar 94,77% dan kadar klorida sebesar 96%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan biji asam jawa dan akar mangrove mampu menurunkan kekeruhan (NTU) dan kadar klorida (Cl) pada air sumur gali di kawasan pesisir dengan kemampuan menurunkan kekeruhan sebesar 94,77% dan menurunkan kadar klorida sebesar 96%. Bagi Masyarakat dapat melakukan pemanfaatan biji asam jawa dan akar mangrove dalam melakukan pengolahan air secara sederhana</p>Syamsudin SMulahizul Amin
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-30241949910.32382/sulo.v24i1.466Efektivitas Arang Sekam Padi Dalam Menurunkan Kesadahan Air Sumur Gali
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/465
<p>Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kimia air bersih adalah kesadahan. Kesadahan merupakan istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation penyebab kesadahan dalam jumlah yang tinggi. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam - logam atau katio - kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahaui efektivitas arang sekam padi dalam menurunkan kesadahan air sumur gali. Jenis penelitian ini adalah True Experimental dengan pretes-posttest design yaitu melihat penurunan kesadahan air sumur gali sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan kombinasi variasi ketebalan dan waktu kontak. Hasil penelitian menunjukkan rata - rata penurunan kesadahan air dengan variasi ketebalan media arang sekam padi dan waktu kontak. Dengan hasil yaitu pada ketebalan media 10 cm dengan waktu kontak 40 menit, 50 menit dan 60 menit diperoleh secara berturut - turut 617,5mg/l, 463,8 mg/l, dan 402 mg/l. Adapun pada ketebalan media 20 cm dengan waktu kontak 40 menit, 50 menit dan 60 menit secara berturut - turut diperoleh 434,2 mg/l, 424,7 mg/l, dan 312 mg/l. sedangkan pada ketebalan media 30 cm dengan waktu kontak 40 menit, 50 menit dan 60 menit secara berturut - turut diperoleh 208,5 mg/l, 136,4 mg/l, dan 120,3 mg/l. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketebalan media arang sekam padi 10 cm dengan waktu kontak 50 menit dikatakan efektif dalam menurunkan kesadahan air sumur gali memenuhi standar baku mutu yang diperbolehkan Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 yaitu ≤ 500 mg/l. Sehingga dapat menjadi salah satu alternatif dalam menurunkan kesadahan karena bahan yang mudah dijangkau. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menjadi bahan pertimbangan dalam memilih media arang sekam padi karena sifat fisik dari media yang ringan maka dapat dengan mudah mengapung sehinga diperlukan media lain sebagai penahan atau pemberat dalam proses penyaringan serta dalam pengaktivasian menggunakan bahan-bahan alternatif yang mudah dijangkau masyarakat.</p>Muh. AsrilAbdur RivaiRasman Rasman
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024110010410.32382/sulo.v24i1.465Kemampuan Karbon Aktif Kulit Durian (Durio Zibethinus Murray) Sebagai Media Filter Terhadap Bau Dan Zat Organik Pada Air Sumur Gali
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/468
<p>Salah satu parameter secara fisik penting dalam penentuan layak atau tidaknya air menjadi sumber air bersih adalah bau dan zat organik .Zat organik yang terdapat di dalam air bisa saja berasal dari alam itu sendiri ataupun efek dari aktivitas manusia. Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan ditemukan zat organik pada air sumur gali yang diperiksa ialah 61,80 mg/l sehingga melebihi standar baku mutu Permenkes No. 32 Tahun 2017 ialah zat oragnik yang diperbolahkan sebesar 10 mg/l. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui kemampuan karbon aktif kulit durian sebagai media filter terhadap bau dan zat organik pada air sumur gali yang berada di Kampus Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan. Sampel diteliti dengan perlakuan ketebalan media 7 cm, 9 cm dan 11 cm. Dari penelitian yang dilakukan dengan sampel awal sebesar 61,80 mg/l setelah perlakuan ditemukan hasil pada ketebalan 7 cm dengan rata- rata sebesar 12,72 mg/l dan persentase penurunan sebesar 79,41 %, pada ketebalan 9 cm dengan rata-rata sebesar 6,6 mg/l dan persentase penurunan sebesar 89,31 % kemudian pada ketebalan 11 cm dengan rata- rata sebesar2,94 mg/l dan persentase penurunan sebesar 95,23 %. Maka dapat disimpulkan bahwa karbon aktif kulit durian mampu menurunkan baud an zat organic dikarenakan semakin tebal media yang digunakan maka semakin tinggi penurunan zat organik yang terjadi. Saran diharapkan pemanfaatan kulit durian dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemecahan masalah pada air bersih dan juga untuk mempertimbangkan waktu jenuh dari media karbon aktif kulit durian dan menggunakan bahan pengaktivasian yang ada disekitar masyarakat.</p>Inayah InayahPatriot Irvana Ady
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024110510910.32382/sulo.v24i1.468Kualitas Air Sungai Pampang di Sekitar TPA Pampang Harapan Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/298
<p>Sungai Pampang terkontaminasi oleh penambangan pasir dan sampah rumah tangga. Kurangnya pengelolaan risiko polusi yang efektif akan membahayakan kesehatan manusia dan kualitas lingkungan. Pengujian padatan terlarut (DSS), pH, kebutuhan oksigen kimia (COD), kebutuhan oksigen biologis (BOD), oksigen terlarut (DO), minyak dan lemak, bakteri koliform total (TCF), dan bakteri koliform tinja (TCL) merupakan pengujian yang paling penting. tujuan penelitian ini. Bulan Januari dan April 2022 merupakan bulan dilakukannya penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan analitis, mengambil sumber primer dan sekunder, dan menganalisis hasilnya menggunakan teknik STORET. Secara umum kondisi air Sungai Pampang pada bulan Januari 2022 memenuhi persyaratan kualitas air sungai. Pada bulan April 2022 beberapa parameter kualitas air sungai berada di atas baku mutu yaitu parameter COD, BOD<sub>5</sub> dan DO. Hasil penelitian menunjukan status mutu pada lokasi A1 (hulu) untuk kelas I tercemar sedang, lokasi A2 (tengah), dan A3 (hilir) tercemar ringan. Kelas III, lokasi A1, A2 dan A3 tercemar ringan. Sedangkan kelas IV, lokasi A1, A2 dan A3 tidak tercemar. Secara umum kualitas air sungai di lokasi yang paling dekat dengan TPA yaitu A2 dan A3 lebih baik dari A1. Hal ini menunjukan bahwa sumber pencemaran air Sungai Pampang tidak hanya berasal dari TPA Pampang Harapan, namun juga berasal dari aktivitas masyarakat seperti penambangan pasir dan limbah domestik permukiman yang berada di sekitar sungai.</p>Samsun AripinEvi GusmayantiFathmawati Fathmawati
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024111011910.32382/sulo.v24i1.298Identifikasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Kecelakaan Akibat Kerja Pada Pemulung di TPA Tamangapa Raya
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/520
<p>Permasalahan mengenai sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa Raya masih menjadi masalah di kota Makassar. Akses pembuangan sampah di TPA sudah melebihi kapasitas dikarenakan produksi sampah yang dihasilkan masyarakat terus bertambah dan mengakibatkan akses keluar masuk kendaraan pengangkut terbatas dan menjadi hambatan saat memasuki TPA sehingga terjadi penumpukan truk sampah sepanjang jalan masuk TPA. Pemulung adalah salah satu pekerja di TPA yang membantu mengurangi sampah dengan mengambil barang tidak terpakai yang terbuat dari plastik, kardus, dan besi yang dapat dijual dan didaur ulang kembali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Kecelakan Akibat Kerja pada pemulung di TPA Tamangapa Raya. Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 91 orang pemulung. Data yang diperoleh dengan metode observasi dan wawancara dengan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemulung yang menggunakan helm/topi sebanyak 76 orang (83,51%), masker sebanyak 37 orang (40,65%), pakaian kerja sebanyak 69 orang (75,82%), sarung tangan sebanyak 53 orang (58,24%) dan sepatu boots sebanyak 81 orang (89,01%). Sedangkan pemulung yang pernah terjatuh sebanyak 63 orang (69,23%), terbentur sebanyak 32 orang (35,16%), terpleset/tergelincir sebanyak 36 orang (39,56%), tertusuk sebanyak 75 orang (82,41%), keseleo sebanyak 49 orang (53,84%), tertimpa sebanyak 24 orang (26,37%), tergores sebanyak 73 orang (80,21%), terjepit sebanyak 17 orang (18,68%), dan tersandung sebanyak 67 orang (73,62%). Adapun saran untuk pemulung di TPA Tamangapa Raya sebaiknya lebih memperhatikan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm/topi, masker, sarung tangan, pakaian kerja dan sepatu boots untuk meminimalisir risiko dan mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.</p>Wahyuni SahaniSartika Sartika
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024112012510.32382/sulo.v24i1.520Uji Efektivitas Ekstrak Daun Serai Wangi (Cyombogonardus L) Dengan Metode Sprayer Terhadap Kematian Rayap Pekerja
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/471
<p>Insektisida alami merupakan pestisida yang berasal dari tanaman dan mengandung senyawa aktif yang dihasilkan melalui metabolisme sekunder. Senyawa-senyawa ini memiliki satu atau lebih aksi biologis yang dapat secara efektif mengendalikan serangga. Serai (Cymogonardus L) adalah insektisida alami yang mengandung berbagai senyawa, termasuk minyak atsiri yang mudah menguap. Cairan ini efektif dalam membunuh rayap dengan cara merusak sistem pernapasan dan menekan nafsu makan rayap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daun serai wangi (Cyomogonardus L) sebagai insektisida nabati dalam membasmi rayap. Metodologi penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental dengan menggunakan metode penyemprotan. Penelitian ini menggunakan 20 ekor rayap yang disemprot dengan ekstrak daun serai wangi dengan konsentrasi 4%, 5%, dan 6%. Kelompok kontrol juga diikutsertakan, dan tingkat kematian dari semua kelompok dipantau setiap 15 menit selama 1 jam selama tiga kali perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun serai wangi, ketika digunakan pada konsentrasi 4%, menyebabkan kematian 12 ekor tikus (60%). Demikian pula, pada konsentrasi 5%, ekstrak tersebut menyebabkan kematian 16 ekor tikus (80%), sedangkan pada konsentrasi 6% menyebabkan kematian 17 ekor (85%). Sebaliknya, kelompok kontrol tidak mengalami kematian rayap, yang mengindikasikan tidak adanya pemberian ekstrak daun serai wangi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun serai wangi dapat membasmi rayap. Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak daun serai wangi dengan konsentrasi 4%, 5%, dan 6% yang diuji, dan hanya konsentrasi 5% dan 6% yang menunjukkan keefektifan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun serai wangi berhasil jika konsentrasinya sama atau lebih besar dari 80%. Disarankan agar masyarakat umum menggunakan ekstrak daun serai wangi untuk pengendalian rayap, dan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini sangat dianjurkan.</p> <p>Kata Kunci : Rayap, Daun Serai Wangi, Minyak Atsiri, Metode Spray</p>Ain KhaerRostina RostinaDiah Nawang WulanHaerani Haerani
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024112613210.32382/sulo.v24i1.471Tingkat Kepuasan Pasien Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Pada Rumah Sakit Islam Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Mutu Syariah
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/504
<p>Kualitas perawatan kesehatan yang baik dipandang menjadi hak pasien dan merupakan tanggung jawab personalia rumah sakit (Zineldin, 2006). Kualitas pelayanan yang diciptakan oleh instansi atau rumah sakit bertujuan bukan hanya ingin meningkatkan kepuasan pasiennya saja, melainkan untuk meningkatkan standarisasi rumah sakit dan kinerja karyawannya juga. Tentunya tidak hanya berorientasi pada komitmen materi saja melainkan dijalankan pula melalui prakteknya sebagai bagian dari nilai ibadah (Yunus 2012). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Islami pada RSI Cempaka Putih terhadap Kepuasan Pasien. Studi ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode <em>cross sectional</em><em>. </em>Responden mengisi kuesioner yang diedarkan melalui manager rawat inap yang kemudian diteruskan ke ruang rawat inap, terkhusus ruang pasien pasca bedah, dengan teknik purposive sampling. Data yang didapatkan diuji menggunakan uji statistik Spearman untuk melihat korelasi antara variabel dengan kepuasan pasien. Sampel pasien rawat inap pasca bedah terdiri dari 88 responden. Didapatkan 54% pasien memiliki harapan yang tinggi terhadap pelayanan Islami. Namun pada kenyataannya angka kepuasan terhadap pelayanan Islami mayoritas berada dipenilaian cukup puas 73% dan 25% puas. Hasil uji korelasi Spearman menunjukan penerapan pelayanan mutu wajib syariah di RSI Cempaka Putih terhadap kepuasan pasien rawat inap pasca bedah memiliki hubungan yang lemah namun tidak signifikan secara statistik. Namun, berdasarkan hasil analisis setiap pertanyaan, ditemukan hubungan yang signifikan antara kepuasan pasien dengan pelayanan wajib mutu, yaitu untuk variabel digunakan hijab bagi ibu menyusui. Sedangkan secara garis besar, penerapan pelayanan minimal syariah memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kepuasan pasien rawat inap pasca bedah di RSI Cempaka Putih. Angka kepuasan responden tidak terlepas dari bagaimana komitmen rumah sakit untuk melaksanakan pelayanan Islami dengan sesuai standar. Konsitensi pelaksanaan pelayanan Islami terlihat dari bagaimana konsep Islami tercakup di dalam perencanaan dan aktualisasinya, ada kebijakan yang secara lisan maupun tertulis yang diterapkan oleh RS. Konsep Syariah/Islami harus ada di dalam perencanaan tersebut baik di dalam renstra (rencana strategis) yang bukan sebatas visi misi tapi juga teraktualisasi dalam 4 hal yaitu: SDM yang seimbang, anggaran yang tercukupi, mekanisme sarana prasarana dan kewenangan yang jelas. Sebagai rumah sakit yang menerapkan nilai keislaman, perlu diperhatikan juga aspek kebersihan dan kesehatan lingkungan.</p>Arif SumantriFini FajriniAndriyani AndriyaniNurmalia LusidaNadiva Dzikriyati
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024113314210.32382/sulo.v24i1.504Variasi Kemampuan Media Zeolit Dalam Menurunkan Kesadahan Air
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/527
<p>Kesadahan pada prinsipnya adalah air yang terkontaminasi dengan unsur kation seperti Na, Ca, Mg. didalam kesadahan yang paling banyak dijumpai adalah air laut. Pada air tawar permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg dalam kadar yang tinggi (>200 ppm) CaCO3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan media zeolite dalam menurunkan kesadahan air. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa pengolahan dengan menggunakan zeolit dengan ketebalan 30 cm pada air sumur dapat dikatakan mampu menurunkan kesadahan. Pada replikasi I terjadi penurunan sebesar 9,9%, replikasi II terjadi penurunan sebesar 35,2% dan pada replikasi III mengalami penurunan sebesar 36,5%, sedangkan pada ketebalan media 55 cm replikasi I didapatkan hasil 21,3%, replikasi II sebesar 28,3%, dan pada replikasi III terdapat penurunan sebesar 39,4%, dan pada ketebalan media 80 cm replikasi I didapatkan hasil sebesar 13,5%, replikasi II didapatkan hasil sebesar 43,7%, dan pada replikasi III terdapat penurunan sebesar 79,9 %. Air adalah salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahtraan umum sehingga merupakan modal besar dan faktor utama pembangunan.</p>Ronny MuntuRestu Rahmadhany
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024114314710.32382/sulo.v24i1.527Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao Sebagai Pupuk Organik
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/480
<p>Limbah kulit kakao merupakan limbah hasil sampingan dari pengolahan buah kakao yang cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Maka diperlukan suatu tindakan yang dapat memanfaatkan limbah kulit buah kakao menjadi sesuatu yang bermanfaat salah satunya dijadikan pupuk organik sehingga bisa mengatasi permasalahan yang selama ini menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan di area perkebunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan limbah kulit kakao sebagai pupuk organik. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (<em>Quasi Eksperimen</em>) dengan tujuan untuk mengetahui lama waktu pengomposan dan kualitas C/N Rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah kulit kakao dengan penambahan aktivator air lindi dengan dosis 200 ml terjadi selama 18 hari dengan nilai C/N Rasio 11, penambahan aktivator air lindi dengan dosis 250 ml terjadi selama 16 hari dengan nilai C/N Rasio 13, penambahan aktivator air lindi dengan dosis 300 ml terjadi selama 14 hari dengan nilai C/N Rasio 12 dan tanpa penambahan aktivator terjadi selama 28 hari dengan Nilai C/N Rasio 15. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan aktivator air lindi mampu mempercepat proses pengomposan dibandingkan dengan tanpa menggunakan aktivator air lindi. Kesimpulan dari penelitian ini ialah pemanfaatan limbah kulit kakao dengan penambahan aktivator air lindi dengan dosis 200 ml, 250 ml dan 300 ml terhadap lama waktu pengomposan dan nilai C/N Rasio memenuhi syarat atau standar baku mutu yang telah ditetapkan SNI 19-7030-2004.</p> <p><strong>Kata kunci :</strong> <strong>Pupuk Organik, Limbah Kulit Kakao, Kotoran Sapi, Dedak, Air Lindi</strong></p>Haderiah HaderiahLa Taha La TahaSri Rahayu
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024114815610.32382/sulo.v24i1.480Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dalam Pencegahan Kecacingan Pada Siswa SD Negeri Pampang Kecamatan Panakkukang Kota Makassar
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/521
<p>Salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh kurangnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah kecacingan. Kejadian kecacingan tertinggi dialami pada anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan murid terhadap penerapan program PHBS di SD Negeri Pampang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif observasional menggunakan kuesioner pada 130 orang murid kelas 5 dan kelas 6 SD Negeri Pampang. Uji cuplik juga dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap 5 sampel feses yang diambil dengan metode <em>simple random sampling. </em>Hasil penelitian menunjukkan bahwa murid di SD Negeri Pampang yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi mengenai PHBS sebanyak 122 orang (93,84%). Sikap murid yang baik mengenai PHBS sebanyak 102 orang (78,47%). Murid yang tindakannya baik sebanyak 124 orang (95,39%). Pemeriksaan pada sampel feses diperoleh hasil sampel yang positif terinfeksi cacing <em>Ascaries lumbricoides</em> yaitu sebanyak 4 sampel. Meskipun penilaian pengetahuan, sikap dan tindakan sudah memperoleh nilai yang tinggi namun tidak menjamin murid bebas dari infeksi kecacingan. Disarankan kepada pihak sekolah dan Puskesmas melakukan pemantauan kepada murid SD Negeri Pampang agar selalu menerapkan PHBS dengan tepat.</p>Ni Luh Astri IndraswariHaderiah HaderiahMarjeni Tiku
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024115716210.32382/sulo.v24i1.521Kemampuan Variasi Umpan Dalam Mengendalikan Vektor Tikus Di Pabrik Beras Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medkasi/article/view/474
<p>Tikus merupakan binatang pembawa penyakit yang menularkan berbagai macam penyakit. Saat ini penyakit tular tikus yang menjadi permasalahan utama di indonesia adalah leptospirosis, merupakan penyakit leptospira. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan variasi umpan yang dipakai agar dapat mengendalikan populasi tikus di Pabrik Beras. Adapun jenis penelitian ini bersifat eksperimen semu dengan melihat kemampuan perangkap tikus dengan variasi umpan dalam pengendalian tikus. Data dianalisis menggunakan uji statistik anova satu arah dengan menggunakan program komputer SPSS dan data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga jenis umpan yang digunakan dalam penelitian mampu digunakan sebagai umpan trapping dan umpan yang satunya tidak mampu untuk dipakai sebagai umpan trapping dimana jumlah total tikus yang tertangkap sebanyak 5 ekor dari 24 perangkap yang terpasang. Adapun rincian umpan sebagai berikut umpan jagung manis dengan presentasi 12,5% dari 3 ekor tikus, umpan ubi jalar ungu dengan presentasi 4,17% dari 1 ekor tikus, dan ubi kayu dengan presentasi 4,17% dari 1 ekor tikus. Kesimpulan yang di dapatkan dari penelitian ini yaitu umpan jagung manis lebih banyak tikus yang terperangkap daripada umpan ubi jalar dan ubi kayu, sehingga di sarankan kepada pemilik pabrik beras agar menjaga kebersihan lingkungan sekitar pabrik agar tikus tidak berkembang biak.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Tikus, Pabrik Beras, dan Variasi Umpan</p>Sri WahyuniSulasmi SulasmiLa Taha La Taha
Hak Cipta (c) 2024 Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
2024-06-302024-06-3024116317210.32382/sulo.v24i1.474