Media Farmasi https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar <div id="additional"> <p align="justify"><strong>Media Farmasi </strong>Merupakan Jurnal ilmiah Kefarmasian yang diterbitkan oleh Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar yang bekerja sama dengan <a title="PDIAI" href="https://drive.google.com/file/d/1ht38puZeTvCma6YrMoKuvDfMD3Z75OZ5/view" target="_blank" rel="noopener">Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Makassar</a> dan Pengurus Daerah Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Makassar. Media Farmasi terbit 2 kali setahun pada bulan April dan Oktober dan telah memilki Nomor <a title="P-ISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180435043" target="_blank" rel="noopener">P-ISSN 0216-2083</a> sejak 2007 dan sejak 2018 telah memiliki Nomor <a title="E-ISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1531291233" target="_blank" rel="noopener">E-ISSN 2622-0962</a> dan berdasarkan <a title="SK Sinta 3" href="https://drive.google.com/file/d/1k8fRmYn8INhVFT2y83znpiVqUZC4UXsT/view?usp=share_link" target="_blank" rel="noopener">Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 230/E/KPT/2022</a><span lang="EN-US">, "</span>Tentang Peringkat Akreditasi Jurnal Ilmiah Periode I<span lang="EN-US">V</span> Tahun 2022" Maka Jurnal Media Farmasi telah Naik Peringkat dari Peringkat 5 ke <a title="Sertifikat S3" href="https://drive.google.com/file/d/1E2-geTJPV2uciyWiHhhBdQ0GDks2-wC1/view?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener"><strong>Peringkat 3</strong></a> mulai Volume 18 Nomor 1 Tahun 2022 sampai Volume 22 Nomor 2 Tahun 2026. Media Farmasi mulai Volume 19 No 2, Telah berpindah ke website baru dengan versi OJS 3, bagi yang ingin berkunjung ke Media Farmasi versi OJS 2 dapat melalui alamat berikut <a href="https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/index" target="_blank" rel="noopener">https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/index</a>. Jurnal yang diterbitkan oleh Media Farmasi telah melalui seleksi oleh Editor dan di review oleh para Pakar dibidangnya. Media Farmasi Mempublikasikan review article dan original article diseluruh bidang Kefarmasian seperti Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Farmasi Klinik, Farmakognosi, Kimia Farmasi yang tidak pernah dipublikasikan di jurnal lain atau tidak dalam sementara di review oleh jurnal lain. Media Farmasi telah terindeks google scholar dan SINTA serta Pengindeks Lainnya.</p> </div> id-ID santisinala@poltekkes-mks.ac.id (Santi Sinala) hendra@poltekkes-mks.ac.id (Hendra Stevani) Fri, 31 Oct 2025 00:00:00 +0800 OJS 3.3.0.13 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Tingkat Kepuasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Terhadap Pelayanan Tenaga Kefarmasian Di Puskesmas Moncongloe Kabupaten Maros https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1384 <p><em>Level of Satisfaction of Type 2 Diabetes Mellitus Patients with Pharmaceutical Services at the Moncongloe Health Center, Maros Regency</em></p> <p><em>Diabetes mellitus (DM) is a significant global health issue and a leading cause of mortality. Maros Regency is among the districts in South Sulawesi Province with a high prevalence of diabetes cases. Pharmacists play a crucial role in the treatment process, contributing to improved patient quality of life. This study aims to assess patient satisfaction levels based on their perceptions of pharmaceutical services at the Moncongloe Health Center, Maros Regency. This research employed a quantitative approach with a cross-sectional design. The research instrument was a questionnaire adapted from validated and reliable previous studies. Data collection took place at the Moncongloe Health Center, Maros Regency, South Sulawesi Province, in January 2024. The findings indicate that 86% of respondents perceived pharmaceutical services positively. Satisfaction levels varied across different aspects, with 43% of patients expressing satisfaction with prescription screening, 66% with drug preparation, 46.6% with drug information communication and education, and 42.8% with drug monitoring. Overall patient satisfaction with pharmaceutical services at the Moncongloe Health Center, Maros Regency, reached 86%, categorizing it as a satisfactory service.</em></p> <p>Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global yang serius dan menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kabupaten Maros merupakan salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penderita DM yang tinggi. Apoteker memiliki peran penting dalam mendukung terapi pasien DM guna meningkatkan kualitas hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan pasien berdasarkan persepsi mereka terhadap layanan kefarmasian di Puskesmas Moncongloe, Kabupaten Maros. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Moncongloe, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan pada Januari 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86% responden merasa puas terhadap layanan kefarmasian secara keseluruhan. Pada aspek skrining resep, 43% pasien merasa puas, sementara aspek penyiapan obat memperoleh tingkat kepuasan tertinggi sebesar 66%. Selain itu, aspek komunikasi informasi dan edukasi obat mencapai tingkat kepuasan 46,6%, sedangkan monitoring obat memperoleh persentase kepuasan sebesar 42,8%. Secara keseluruhan, tingkat kepuasan pasien terhadap layanan kefarmasian di Puskesmas Moncongloe, Kabupaten Maros, mencapai 86%, yang dikategorikan sebagai tingkat kepuasan yang baik</p> Andi Dian Fitri Amoer, Frederika Tangdilintin, Anshar Saud, Muh. Akbar Bahar Hak Cipta (c) 2025 Andi Dian Fitri Amoer, Frederika Tangdilintin, Anshar Saud, Muh. Akbar Bahar https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1384 Fri, 31 Oct 2025 00:00:00 +0800 Tingkat Pengetahuan Konsumen Tentang Label Halal Pada Kosmetika dan Obat Herbal Terhadap Keputusan Pembelian Di Marketplace Online https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1608 <p><em>Consumer Awareness of Halal Labels on Cosmetics and Herbal Medicines Purchased via E-Commerce</em></p> <p><em>The halal label serves as an indicator of a product’s halal status and is mandatory for items that have obtained halal certification. Among the products required to display halal labels are cosmetics and herbal medicines. Law Number 42 of 2024 issued by the Indonesian government on halal product assurance emphasizes that not all products circulating in Indonesia are automatically guaranteed to be halal. This regulation also affirms the government’s responsibility to provide protection and assurance regarding the halal status of products consumed and used by the public. Cosmetics and herbal medicines are widely used by Indonesian consumers. Survey data show that make-up and personal care products ranked fourth (16.4%) among the most frequently purchased items online in 2022. In today’s digital era, consumer purchasing behavior has shifted significantly. Transactions are increasingly conducted through digital platforms (e-commerce), replacing traditional in-store shopping. Before making a purchase, consumers evaluate several considerations, such as needs, preferences, and external influences. This study aims to examine whether consumer knowledge of halal labels on cosmetic and herbal medicine products affects purchasing decisions made through e-commerce platforms. A quantitative descriptive method was employed, and data were collected using questionnaires. Linear regression analysis was applied to responses from 100 participants residing in Surabaya who had previously purchased cosmetic or herbal medicine products via online marketplaces. The results indicate that consumer knowledge regarding halal labels significantly influences their purchasing decisions in online marketplaces, suggesting that higher consumer awareness of halal labels leads to increased product purchases through e-commerce channels.</em></p> <p><em> </em><em>Label halal merupakan penanda bahwa suatu produk memenuhi syarat kehalalan. Produk yang wajib mencantumkan label halal salah satunya adalah kosmetik dan obat herbal. Pada Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia No. 42 tahun 2024 bahwa produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya. Dalam peraturan tersebut juga dinyatakan bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan jaminan mengenai kehalalan produk yang digunakan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Kosmetik dan obat herbal adalah salah satu produk yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut survei make up/personal care menduduki peringkat ke-4 (16.4%) barang yang paling sering dibeli responden saat belanja online di tahun 2022. Di jaman era modern, pembelian tidak lagi dilakukan langsung membeli di toko produk tersebut, melainkan pembeli dan penjual bertransaksi melalui platform digital atau yang biasa disebut marketplace online. Sebelum memutuskan untuk membeli produk, konsumen memiliki beberapa pertimbangan dalam memilih suatu produk, apakah disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan atau bisa juga dipengaruhi oleh faktur-faktor dari eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan konsumen terkait label halal pada produk kosmetik dan obat herbal dapat mempengaruhi keputusan pembelian melalui marketplace online. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, pengumpulan data melalui kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linier. Jumlah responden sebanyak 100 orang yang pernah membeli produk kosmetik atau obat herbal di marketplace online yang berdomisili di Surabaya. Analisis data menunjukkan bahwa dengan adanya pengetahuan konsumen terkait pengetahuan label halal berpengaruh ke keputusan pembeli konsumen di marketplace online, artinya semakin meningkatnya pengetahuan konsumen terkait label halal maka akan semakin meningkatkan pembelian produk di marketplace online.</em></p> Ayunanda Risetyaningsih, Azarine , Angelica Kresnamurti Hak Cipta (c) 2025 Ayunanda Risetyaningsih, Azarine , Angelica Kresnamurti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1608 Fri, 31 Oct 2025 00:00:00 +0800 Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Antibakteri Fungi Endofit Daun Bidara Arab (Ziziphus spina-christi L.) Terhadap Propionibacterium acnes Dan Staphylococcus epidermidis https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/605 <p><em>Isolation, Identification, and Antibacterial Activity of Endophytic Fungi from Ziziphus spina-christi Leaves Against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis</em></p> <p><em>Ziziphus spina-christi L. (Arabian bidara) has long been used in traditional medicine for preventing acne and enhancing skin health. Acne pathogenesis is closely associated with the proliferation of Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. This study aimed to isolate endophytic fungi from bidara leaves and assess their ability to produce antibacterial secondary metabolites. Endophytes were isolated through surface sterilization and successive purification on Sabouraud Dextrose Agar, followed by fermentation on Potato Dextrose Agar and ethyl acetate extraction. Phytochemical profiling and antibacterial activity were evaluated using standard qualitative assays and the agar diffusion method on Mueller Hinton Agar, respectively.Six pure isolates were obtained: brown (Aspergillus niger), grey (Colletotrichum sp.), cream (Aspergillus terreus), green (Aspergillus flavus), turquoise (Aspergillus fumigatus), and white (Cylindrocladium sp.). Phytochemical screening revealed the presence of alkaloids, flavonoids, polyphenols, and tannins in varying combinations across isolates. Antibacterial testing showed that all isolates inhibited P. acnes and S. epidermidis, except the green isolate, which exhibited no bactericidal activity. These findings indicate that bidara leaf endophytes represent a promising source of antibacterial compounds with potential applications in acne management.</em></p> <p>Tanaman Bidara Arab (<em>Ziziphus spina-christi</em> L.) adalah tanaman tradisional yang diyakini secara empiris mencegah pertumbuhan jerawat dan menghaluskan kulit. <em>Propionibacterium acnes</em> dan <em>Staphylococcus epidermidis</em> merupakan jenis bakteri yang dapat menimbulkan jerawat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat fungi endofit Daun Bidara Arab yang berpotensi menghasilkan metabolit sekunder sebagai antibakteri <em>Propinobacterum acnes</em> dan <em>Staphylococcus epidermidis</em>. Fungi endofit diisolasi dengan cara sterilisasi Daun Bidara Arab, selanjutnya diinokulasi berulang pada media <em>Sabouraud Dextrose</em> <em>Agar</em> hingga diperoleh isolat murni. Dilakukan fermentasi pada media <em>Potato Dextrose Agar</em> diekstraksi dengan etil asetat. Skrining fitokimia ekstrak etil asetat dilakukan untuk mendapatkan metabolit sekunder digunakan untuk pengujian antibakteri dengan metode difusi agar pada media <em>Mueller Hinton Agar</em>. Hasil penelitian didapatkan 6 isolat murni, yaitu isolat coklat diduga <em>Aspergillus niger</em>, isolat abu-abu diduga <em>Colletotrichum</em> sp, isolat crem diduga <em>Aspergillus terreus</em>, isolat hijau diduga <em>Aspergillus flavus</em>, isolat toska diduga <em>Aspergillus fumigatus</em>, serta isolat putih diduga <em>Cylindrocladium. </em>Hasil skrining fitokimia menunjukkan isolat coklat mengandung alkaloid, polifenol, tannin, isolat crem mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol dan tannin, isolat abu-abu mengandung polifenol dan tannin, isolat putih mengandung flavonoid, polifenol, tannin. Pengujian antibakteri didapatkan semua isolat pada Daun Bidara Arab berpotensi menghambat serta membunuh <em>Propionibacterium acnes</em> dan <em>Staphylococcus epidermidis</em> sedangkan isolat hijau tidak berpotensi dalam membunuh <em>Propionibacterium acnes</em> dan <em>Staphylococcus epidermidis</em></p> Alfrida Monica Salasa, Defline Apriliana Layuksugi, Sesilia Rante Pakadang, St. Ratnah, Asmawati Hak Cipta (c) 2025 Defline Apriliana Layuksugi, Alfrida Monica Salasa, Sesilia Rante Pakadang, St. Ratnah, Asmawati https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/605 Fri, 31 Oct 2025 00:00:00 +0800 Eksplorasi Antioksidan dan Anti-Inflamasi Madu Hutan Pulau Buton Secara in-Vitro dan Efek Inhibisi Edema Telinga Secara in-Vivo https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1633 <p><em>Exploring the Antioxidant and Anti-Inflammatory Properties of Forest Honey from Buton Island through In Vitro Assays and In Vivo Edema Inhibition Tests</em></p> <p><em>Forest honey is a natural product derived from the nectar of wild plant species and contains various bioactive constituents, including flavonoids and phenolic compounds, that contribute to its antioxidant and anti-inflammatory activities. Buton Regency in Southeast Sulawesi is known as a producer of high-quality forest honey; however, scientific evidence regarding its biological properties remains scarce. This study aimed to investigate the free radical scavenging capacity and anti-inflammatory effects of forest honey from Buton using both in vitro and in vivo approaches. Antioxidant activity was evaluated through DPPH and ABTS assays, while anti-inflammatory effects were assessed via BSA protein denaturation inhibition and a xylene-induced mouse ear edema model. The honey demonstrated IC₅₀ values of 71.69 ± 2.73 mg/L (DPPH) and 49.23 ± 4.24 mg/L (ABTS), and an IC₅₀ of 14.17 ± 3.18 mg/L for protein denaturation inhibition. In vivo, high-dose administration significantly reduced ear edema, with inhibition levels comparable to diclofenac sodium. Statistical analyses confirmed significant differences across most parameters (p &lt; 0.05). These results indicate that Buton forest honey possesses promising antioxidant and anti-inflammatory properties, supporting its potential development as a natural therapeutic agent.</em></p> <p>Madu hutan merupakan produk alami yang dihasilkan dari nektar tumbuhan liar dan kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik, yang diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil madu hutan, namun kajian ilmiah terkait aktivitas biologisnya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antioksidan dan efek antiinflamasi madu hutan Buton secara <em>in vitro</em> dan <em>in vivo</em>. Uji antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH dan ABTS, sedangkan aktivitas antiinflamasi diuji melalui metode inhibisi denaturasi protein BSA serta model edema telinga mencit yang diinduksi oleh <em>xylene</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu hutan Buton memiliki nilai IC₅₀ sebesar 71,69 ± 2,73 mg/L pada uji DPPH dan 49,23 ± 4,24 mg/L pada uji ABTS. Pada uji denaturasi protein, nilai IC₅₀ yang diperoleh sebesar 14,17 ± 3,18 mg/L. Secara <em>in vivo</em>, pemberian madu dosis tinggi mampu menurunkan ketebalan telinga mencit secara signifikan, dengan persentase inhibisi yang mendekati efek dari natrium diklofenak. Uji statistik menunjukkan bahwa sebagian besar parameter menunjukkan perbedaan yang signifikan (<em>p</em> &lt; 0,05). Dengan demikian, madu hutan Buton berpotensi dikembangkan sebagai agen antioksidan dan antiinflamasi alami.</p> Hariana, Wahyuni, Loly Subhiaty Idrus, Fadhliyah Malik, La Ode Muhammad Julian Purnama, Adryan Fristiohady Hak Cipta (c) 2025 Hariana, Wahyuni, Loly Subhiaty Idrus, Fadhliyah Malik, La Ode Muhammad Julian Purnama, Adryan Fristiohady https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1633 Fri, 31 Jan 2025 00:00:00 +0800 Penerapan Pelayanan Informasi Obat Di Beberapa Puskesmas Kabupaten Gowa https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1413 <p><em>Implementation of Drug Information Services in Several Community Health Centers in Gowa Regency</em></p> <p><em>The Drug Information Service (PIO) is a pharmaceutical service activity conducted by pharmacy personnel to provide accurate, clear, and up-to-date information about medications to patients, physicians, nurses, and other healthcare professionals. This study aimed to evaluate the implementation of drug information services in several community health centers (Puskesmas) within Gowa Regency, South Sulawesi. A cross-sectional study design was employed. Participants met the inclusion criteria of being 18 years or older, able to read and write, having received treatment at least three times, and willing to participate in the study. The research was conducted at four community health centers located in different regions of Gowa Regency: Parangloe (North), Tamaona (East), Batumalonro (South), and Bontonompo (West). The implementation of drug information services showed the following results: information on drug dosage (90.3%), drug name (76.5%), directions for use (72.8%), indications (72.5%), dosage form (70.5%), storage (35.8%), drug interactions (32.8%), side effects (27.5%), contraindications (27.5%), and stability (25.8%). In conclusion, the implementation of drug information services in several community health centers across Gowa Regency has not yet been carried out optimally.</em></p> <p>Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian untuk memberikan informasi mengenai obat secara akurat, jelas dan terkini kepada pasien, dokter, perawat, atau profesi kesehatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pelayanan informasi obat di beberapa Puskesmas di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study. Subjek penelitian memenuhi kriteria inklusi berusia 18 tahun atau lebih, dapat membaca dan menulis, minimal telah berobat tiga kali, serta bersedia ikut dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada empat puskemas di empat wilayah Kabupaten Gowa, yaitu Puskesmas Parangloe mewakili wilayah Utara, Puskesmas Tamaona mewakili wilayah Timur, Puskesmas Batumalonro mewakili wilayah Selatan, dan Puskesmas Bontonompo mewakili wilayah Barat. Penerapan pelayanan informasi obat berupa pemberian informasi dosis obat diperoleh 90,3%, nama obat 76,5%, cara pakai 72,8%, indikasi 72,5%, bentuk sediaan 70,5%, penyimpanan 35,8%, interaksi 32,8%, efek samping 27,5%, kontraindikasi 27,5%, stabilitas 25,8%. Jadi, dapat disimpulkan penerapan pelayanan informasi obat di beberapa puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Gowa belum dilakukan secara optimal.</p> St. Atifah Ananda Usman, Alghifary Anas Achmad, Andi Anggriani, Muh. Akbar Bahar Hak Cipta (c) 2025 St. Atifah Ananda Usman, Alghifary Anas Achmad, Andi Anggriani, Muh. Akbar Bahar https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1413 Fri, 31 Oct 2025 00:00:00 +0800