Media Farmasi
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar
<div id="additional"> <p align="justify"><strong>Media Farmasi </strong>Merupakan Jurnal ilmiah Kefarmasian yang diterbitkan oleh Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar yang bekerja sama dengan <a title="PDIAI" href="https://drive.google.com/file/d/1ht38puZeTvCma6YrMoKuvDfMD3Z75OZ5/view" target="_blank" rel="noopener">Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Makassar</a> dan Pengurus Daerah Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Makassar. Media Farmasi terbit 2 kali setahun pada bulan April dan Oktober dan telah memilki Nomor <a title="P-ISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180435043" target="_blank" rel="noopener">P-ISSN 0216-2083</a> sejak 2007 dan sejak 2018 telah memiliki Nomor <a title="E-ISSN" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1531291233" target="_blank" rel="noopener">E-ISSN 2622-0962</a> dan berdasarkan <a title="SK Sinta 3" href="https://drive.google.com/file/d/1k8fRmYn8INhVFT2y83znpiVqUZC4UXsT/view?usp=share_link" target="_blank" rel="noopener">Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 230/E/KPT/2022</a><span lang="EN-US">, </span>Tentang Peringkat Akreditasi Jurnal Ilmiah Periode I<span lang="EN-US">V</span> Tahun 2022 dalam proses Reakreditasi Jurnal Media Farmasi telah Naik Peringkat dari Peringkat 5 ke <a title="Sertifikat S3" href="https://drive.google.com/file/d/1E2-geTJPV2uciyWiHhhBdQ0GDks2-wC1/view?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener"><strong>Peringkat 3</strong></a> mulai Volume 18 Nomor 1 Tahun 2022 sampai Volume 22 Nomor 2 Tahun 2026. Media Farmasi mulai Volume 19 No 2, Telah berpindah ke website baru dengan versi OJS 3, bagi yang ingin berkunjung ke Media Farmasi versi OJS 2 dapat melalui alamat berikut <a href="https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/index" target="_blank" rel="noopener">https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/index</a>. Jurnal yang diterbitkan oleh Media Farmasi telah melalui seleksi oleh Editor dan di review oleh para Pakar dibidangnya. Media Farmasi Mempublikasikan review article dan original article diseluruh bidang Kefarmasian seperti Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Farmasi Klinik, Farmakognosi, Kimia Farmasi yang tidak pernah dipublikasikan di jurnal lain atau tidak dalam sementara di review oleh jurnal lain. Media Farmasi telah terindeks google scholar dan SINTA serta Pengindeks Lainnya.</p> </div>Jurusan Farmasi Poltekkes kemenkes Makassarid-IDMedia Farmasi0216-2083Teknik Aplikasi Sampel Pada Pengujian Kuantitatif Kromatografi Lapis Tipis: Tinjauan Terhadap Area Dan Faktor Retensi
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/655
<p><em>Sample Application Techniques In Quantitative Determination of Thin Layer Chromatography: Review on Area and Retention Factor</em></p> <p><em>Thin Layer Chromatography (TLC) is one of the most commonly used chromatographic techniques to identify compounds in mixtures and determine the purity of a compound. However, the crucial factor that is difficult to control, which can affect the accuracy of the results, is the stage of sample application. This study focused on investigating the effect of different techniques of sample application (manual and semi-automatic) on the area and retention factor (Rf) of the compound spot. Curcuminoid was used as a sample in this study. The manual sample application techniques used a 2μL capillary tube. The semi-automatic sample application techniques used a Camag Linomat-5 instrument with 0,7, and 8 mm band lengths. After the development of the TLC plate using toluene: acetic acid (4:1, v/v)., the curcuminoid was separated into three spots: curcumin, demethoxycurcumin, and bisdemethoxycurcumin. A one-way ANOVA was used to analyze the spot area and Rf of the three compounds, followed by a Duncan test. The difference in sample application techniques causes differences in the size and shape of the initial sample spot, which affects the compound spot produced after developing of TLC plate. This study showed that the differences in application techniques cause significant differences in the Rf of the compound spot, but do not show significant differences in the compound spot area. Based on this research, optimizing the application techniques of samples is a critical stage and it is essential to optimize how to apply the sample on TLC plate, including the concentration, volume, shape, and size of the spot on TLC.</em></p> <p>Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah salah satu teknik kromatografi yang paling umum digunakan untuk mengidentifikasi senyawa dalam campuran dan menentukan kemurnian suatu senyawa. Namun, faktor krusial yang sulit dikontrol dan dapat mempengaruhi keakuratan hasil adalah tahap aplikasi sampel. Penelitian ini difokuskan untuk menyelidiki pengaruh teknik aplikasi sampel yang berbeda (manual dan semi-otomatis) terhadap luas area dan faktor retensi (Rf) spot senyawa. Kurkuminoid digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Teknik aplikasi sampel secara manual menggunakan tabung kapiler 2μL. Teknik aplikasi sampel semi-otomatis menggunakan instrumen Camag Linomat-5 dengan panjang pita 0, 7, dan 8 mm. Setelah pengembangan plat KLT menggunakan toluena: asam asetat (4: 1, v/v), kurkuminoid dipisahkan menjadi tiga bercak: kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. ANOVA satu arah digunakan untuk menganalisis area bercak dan Rf dari ketiga senyawa tersebut, diikuti dengan uji Duncan. Perbedaan teknik aplikasi sampel menyebabkan perbedaan ukuran dan bentuk bercak sampel awal yang mempengaruhi bercak senyawa yang dihasilkan setelah pengembangan plat KLT. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa proses pengapikasian atau penotolan sampel menjadi tahapan penting untuk dilakukan optimasi cara pengaplikasian sampel meliputi konsentrasi atau volume penotolan serta bentuk dan ukuran spot noda penotolan sampel, saat analisis menggunakan metode KLT.</p>Idha KusumawatiRiesta PrimaharinastitiHanif Rifqi Prasetyawan
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120214315010.32382/mf.v20i2.655Tinjauan Literatur Sistematis; Pemanfaatan Teknologi CRISPR-CAS9 Untuk Pengobatan Penyakit Huntington’s
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/704
<p><em>A Systematic Literature Review: </em><em>Utilization of CRISPR-CAS9 Technology for Treating Huntington's Disease</em></p> <p><em>Huntington's Disease (HD) is a neurodegenerative disorder caused by a CAG triple expansion (>36) in the first exon of the HTT gene encoding the huntingtin protein. Advances in gene editing technologies, such as CRISPR-Cas9, provide new hope for correcting the genetic mutations underlying HD. This review article aims to review the potential and effectiveness of CRISPR-Cas9 technology as a therapeutic tool for HD. The writing method used was Systematic Literature Review, with literature searches conducted using three databases: PubMed, ScienceDirect, and SpringerLink. This study reviewed several studies that used in vivo and in vitro models to evaluate the impact of HTT gene editing on mutant huntingtin protein expression and HD symptoms. Results showed that CRISPR-Cas9 can effectively reduce mutant huntingtin protein expression, reduce neuronal toxicity, and improve motor symptoms in mouse models of HD. Although these results are promising, further studies are needed to optimize the safety and effectiveness of using CRISPR-Cas9 in genetic therapy for HD.</em></p> <p>Huntington’s Disease (HD) adalah kelainan neurodegeneratif yang disebabkan oleh ekspansi tripel CAG (>36) pada ekson pertama gen HTT yang mengkode protein huntingtin. Kemajuan teknologi pengeditan gen, seperti CRISPR-Cas9, memberikan harapan baru untuk mengoreksi mutasi genetik yang mendasari HD. Review artikel ini bertujuan untuk meninjau potensi dan efektivitas teknologi CRISPR-Cas9 sebagai alat terapi untuk HD. Metode penulisan yang digunakan adalah Systematic Literature Review, dengan pencarian studi literatur dilakukan menggunakan tiga basis data: PubMed, ScienceDirect, dan SpringerLink. Penelitian ini mengkaji beberapa studi yang menggunakan model in vivo dan in vitro untuk mengevaluasi dampak pengeditan gen HTT terhadap ekspresi protein huntingtin mutan dan gejala HD. Hasil menunjukkan bahwa CRISPR-Cas9 dapat secara efektif mengurangi ekspresi protein huntingtin mutan, mengurangi toksisitas neuronal, dan memperbaiki gejala motorik pada model tikus HD. Meskipun hasil ini menjanjikan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan keamanan dan efektivitas penggunaan CRISPR-Cas9 dalam terapi genetik untuk HD.</p>Meliana SariAhsanal Kasasiah
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120215116010.32382/mf.v20i2.704Potensi Ekstrak Air Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Sebagai Agen Neuroprotektif Pada Penyakit Parkinson Dengan Model Mencit Jantan (Mus musculus) Yang Diinduksi Haloperidol
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/735
<p><em>Potential Of Cinnamomum Burmani Water Extract As A Neuroprotective Agent In Parkinson's Disease With Haloperidol-Induced Male Mice (Mus Musculus) Model</em></p> <p><em>Parkinson's disease (PP) is a neurodegenerative disease, Parkinson's occurs due to mitochondrial dysfunction caused by oxidative stress. Compounds that can prevent the formation of oxidative stress are antioxidants. One plant that has a role or activity as a high antioxidant is cinnamon (Cinnamomum burmani) which can prevent the formation of oxidative stress which triggers the formation of Parkinson's disease.. This study aims to determine the antioxidant activity, total phenols and total flavonoids of cinnamon water extract and the effect of the dose concentration of cinnamon water extract on reducing the symptoms of Parkinson's disease in mice that have been induced by Haloperidol. Total phenols used the Follin-Ciocalteu method, total flavonoids used the colorimetric method with AlCl3 reagent. The antiparkinson test used 30 male mice divided into 5 test groups such as group I healthy, group II levodopa, group III Haloperidol, groups IV, V, and VI given cinnamon water extract at successive doses of 200; 400;800 mg/KgBW. Groups II-VI were given Haloperidol induction at 45 minutes after treatment. The tests were carried out on the pole test, rotarod test and sense of smell observations were carried out for 14 days with data collected every day 0, 4, 7, 11 and 14. The results showed that cinnamon water extract had a total phenol content of 617.2 mg GAE/g and total flavonoids 565 mg GAE/g, and has an antioxidant activity IC50 of 4.124 μg/mL. ANOVA analysis with Tukey's follow-up test in the rotaroad test showed significantly different in dose 200,400 and 800 mg/kgBW with the haloperidol group (P <0.05), as well as the ability of the sense of smell when compared with Haloperidol giving 800 mg/KgBW extract significantly different (P<0.05). Cinnamon extract can reduce the symptoms of parkinsonis in mice induced by haloperidol in effective dose 800 mg/kgBW and has strong antioxidant activity.</em></p> <p><em>Penyakit parkinson (PP) merupakan penyakit neurodegenerative, parkinson terjadi akibat disfungsi mitokondria yang disebabkan adanya stress oksidatif. Senyawa yang dapat mencegah terbentuknya stress oksidatif adalah senyawa yang mengandung antioksidan. Salah satu tanaman yang memiliki peran atau aktivitas sebagai antioksidan yang tinggi adalah kayu manis (Cinnamomum burmani) yang dapat mencegah terbentuknya stress oksidatif pemicu terbentuknya penyakit parkinson. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiokasidan, total fenol dan total flavonoid ekstrak air kayu manis dan pengaruh konsentrasi dosis ekstrak air kayu manis dapat mengurangi gejala dari penyakit Parkinson pada mencit yang telah diinduksi Haloperidol. Pengujian total fenol menggunakan metode Follin-Ciocalteu, sedangakan untuk total flavonoid menggunakan metode kolorimetri dengan pereaksi AlCl3. Pengujian antiparkinson menggunakan hewan uji mencit jantan sebanyak 30 ekor, dibagi menjadi 5 kelompok uji diantaranya kelompok I sehat, kelompok II levodopa, kelompok III Haloperidol, kelompok IV, V, dan VI diberi ekstrak air kayu manis dengan dosis berturut-turut 200; 400;800 mg/KgBB. Kelompok II-VI diberi induksi Haloperidol pada menit ke-45 setelah pemberian perlakuan. Kemudian dilakukan uji pada pole test, rotarod test dan indra penciuman, dilakukan pengamatan selama 14 hari dengan pengambilan data setiap hari ke-0, 4, 7, 11, dan 14. Hasil penelitian didapatkan ekstrak air kayu manis memiliki kadar total Fenol 617,2 mg GAE/g dan total Flavonoid 565 mg GAE/g, serta memiliki IC50 sebesar 4,124 μg/mL. Analisis ANOVA dengan uji lanjutan Tukey pada uji rotaroad menunjukkan hasil berbeda makna pada pemberian ekstrak air kayu manis 200,400 dan 800 mg/kgBB dengan kelompok haloperidol (P <0.05), serta kemampuan indera penciuman jika dibandingkan dengan Haloperidol pemberian ekstrak 800 mg/KgBB memberikan hasil berbeda bermakna (P<0,05). Ekstrak kayu manis dapat mengurangi gejala terjadinya parkinson pada mencit yang diinduksi haloperidol. Dimana konsentrasi ekstrak kayu manis dosis 800 mg/KgBB terbukti efektif pada pengurangan gejala terjadinya Parkinson dan memilki daya antioksidan yang kuat.</em></p>Ika Ayu MentariRizky Nur AzmiNur Atika AstrianiLila Zulfa Kamilah
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120216117210.32382/mf.v20i2.735Sinergitas Efek Kombinasi Ekstrak Daun SirsaK (Annona muricata Linn) Dengan Doksorubisin Pada Sel Kanker Payudara MCF-7
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/832
<p><em>Synergistic Effect Of Combination Of Soursop Leaf Extract (Annona Muricata Linn) With Doxorubicin On Mcf-7 Breast Cancer Cells</em></p> <p><em>Doxorubicin is the first line of cancer treatment but has very serious side effects such as hair loss, kidney damage and liver function abnormalities. One strategy to reduce these side effects is to combine doxorubicin with medicinal plants with anti-cancer properties such as soursop leaves (Anona muricata Linn). The aim of this research is to determine the synergistic effect of the combination of soursop leaf extract with doxorubicin to inhibit the growth of MCF-7 breast cancer cells. Soursop leaves were extracted with 96% ethanol while the anti-cancer test used the MTT method. The results of the study showed that soursop leaf extract had anti-cancer properties with IC<sub>25</sub> and IC<sub>50</sub> respectively being 29.36 ± 1.16 and 58.75 ± 2.35 µg/mL while doxorubicin was 1.34 ± 0.04 and 2. 76 ± 0.03 µg/mL. The combination of soursop leaf extract and doxorubicin showed a value of 0.8-1.0 (moderate synergistic). So it can be concluded that the combination of soursop leaf extract and doxorubicin shows a synergistic effect.</em></p> <p>Doksorubisin merupakan lini pertama pengobatan penyakit kanker akan tetapi memiliki efek samping sangat serius seperti kerontokan rambut, kerusakan ginjal dan kelainan fungsi hati. Salah satu strategi untuk mengurangi efek samping tersebut dengan mengombinasikan doksorubisin dengan tanaman obat berkhasiat anti kanker seperti daun sirsak (<em>Anona muricata</em> Linn). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek sinergitas kombinasi ekstrak daun <em>A. muricata </em>dengan doksorubisin untuk menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7. Daun <em>A. muricata</em> diekstraksi secara maserasi menggunakan etanol 96%. Aktivitas anti kanker diuji menggunakan metode MTT. Uji sinergitas dilakukan dengan mengombinasikan antara IC<sub>25</sub> dan IC<sub>50</sub> dari ekstrak daun <em>A. muricata </em>dengan doksorubisin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun <em>A. muricata</em> berkhasiat sebagai anti kanker dengan nilai IC<sub>25</sub> dan IC<sub>50</sub> secara berturut-turut adalah 29,36 ± 1,16 dan 58,75 ± 2,35 µg/mL dibandingkan dengan doksorubisin sebesar 1,34 ± 0,04 dan 2,76 ± 0,03 µg/mL. Kombinasi antara ekstrak etanol daun <em>A. muricata</em> dengan doksorubisin menunjukkan nilai 0,8 - 1,0 (sinergis sedang). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara ekstrak etanol daun <em>A. muricata</em> dengan doksorubisin menunjukkan efek yang sinergis</p>LukmanHijral AswadDesy Ayu LestariAndi Paluseri
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120217317910.32382/mf.v20i2.832Preservation Potential and Microbial Growth Inhibitory Effect Of Galangal (Alpinia galanga (L.) Willd.) And Lemongrass (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) Oils And Extracts On Chicken (Gallus domesticus) Fillets
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/993
<p><em>Potensi Pengawetan dan Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Mikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga (</em>L.<em>) </em>Willd<em>.) dan Daun Sereh (Cymbopogon citratus (</em>DC.<em>) </em>Stapf<em>) pada Daging Ayam (Gallus domesticus)</em></p> <p><em>Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Willd.) dan sereh (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) merupakan bumbu dapur dengan aktivitas antimikroba yang kuat dan berpotensi dikembangkan menjadi bahan pengawet makanan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi kedua bahan tersebut sebagai bahan pengawet makanan alami. Minyak atsiri dan ekstrak air rimpang lengkuas dan daun sereh masing-masing diperoleh melalui metode distilasi uap-air dan metode infusa. Fillet ayam direndam dalam tiga konsentrasi minyak atsiri dan ekstrak lengkuas dan sereh, dengan air steril sebagai kontrol. Fillet ditutup rapat, disimpan dalam lemari es selama 15 hari, dan dievaluasi potensi pengawetan daging ayam dan aktivitas penghambatan mikrobanya pada hari ke-3, 6, 9, 12, dan 15. Potensi pengawetan fillet ayam dievaluasi dengan membandingkan waktu mulai munculnya tanda-tanda pembusukan daging ayam pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Persentase penghambatan pertumbuhan mikroba (%PPM) dihitung dari kerapatan optik dan digunakan sebagai parameter aktivitas antimikroba. %PPM dianalisis dengan ANOVA dua arah pada α=0,05. Kemompok perlakuan dan lama penyimpanan mempengaruhi %PPM secara bermakna. Ekstrak lengkuas pada konsentrasi 10 dan 20% menunda munculnya bau tengik, tekstur lembek, dan lendir selama sembilan hari. Aktivitas penghambatan pertumbuhan mikroba ditunjukkan oleh minyak lengkuas pada konsentrasi 0,25; 1,25; dan 6,25 mg/ml dan ekstrak lengkuas pada 20%. Dengan demikian, ekstrak lengkuas 20% menunjukkan potensi yang paling baik dan bisa dikembangkan menjadi pengawet alami daging ayam.</em></p> <p><em>Galangal (Alpinia galanga (L.) Willd.) and lemongrass (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) are spices known for their antimicrobial activity and potentially developed into a natural food preservative. This study evaluated the potential development of galangal and lemongrass oils and extracts for natural food preservatives. The essential oils and water extracts of galangal and lemongrass were obtained by water and steam distillation and infusion methods, respectively. Chicken fillets were immersed in three concentrations of galangal and lemongrass oils and extracts, with sterile water as the control. The fillets were tightly closed, kept in the refrigerator for 15 days, and evaluated for their preservation potential and microbial inhibitory activity on days 3, 6, 9, 12, and 15. The chicken fillet preservation potential was evaluated by comparing the time spoilage signs started to be observable in the control and treatment groups. The percent of microbial growth inhibition (%MI) was calculated from optical density (OD) and was used as the antimicrobial activity parameter. The %MI was analyzed by two-way ANOVA at α=0.05. Treatment and storage time significantly affected %MI. Galangal extracts at 10 and 20% delayed rancid odor, off-texture, and slime formation for nine days. Microbial growth inhibitory activity was shown by galangal oil at 0.25, 1.25, and 6.25 mg/ml and galangal extract at 20%. In conclusion, galangal extract at 20% was the most promising sample potentially developed into a natural chicken fillet preservative.</em></p>Dwi HartantiDea Yulinestria PradaniEli NurlaeliIntan Nur FadlilahTina Syah PutriAsmiyenti Djaliasrin DjalilAlwani Hamad
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120218018910.32382/mf.v20i2.993Antihypertensive Activity Profile of Bangkirai Leaves (Shorea laevis Ridl.) Ethanol Extract on Angiotensin II (4ZUD) and β-Adrenergic (6PS5) Receptors
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/994
<p><em>Profil Aktivitas Antihipertensi Ekstrak Etanol Daun Bangkirai (Shorea laevis Ridl.) Pada Reseptor Angiotensin II (4ZUD) dan β-Adrenergic (6PS5)</em></p> <p><em>Hipertensi merupakan gangguan sistem kardiovaskular yang ditandai dengan tekanan sistolik ≥ 140mmHg dan diastolik ≥ 90mmHg. Kenaikan tekanan darah tersebut dikarenakan adanya mekanisme dari reseptor angiotensin II dan β-adrenergik, sehingga dalam pengembangan obat untuk hipertensi diperlukan senyawa dalam penghambatan aktivasi angiotensin I menjadi angiotensin II, serta pada β-adrenergik. Kalimantan, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berpotensi sebagai obat seperti Bangkirai (Shorea laevis Ridl.). Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai metabolit sekunder telah teridentifikasi berbagai senyawa yang berpotensi sebagai calon obat baru, misalnya sebagai antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil farmakologi dan mekanisme inhibisi angiotensin I pada reseptor 4ZUD serta inhibisi β-adrenergik pada reseptor 6PS5, dari ekstrak etanol daun bangkirai dengan cara melakukan molecular docking yang diawali dengan beberapa tahapan antara lain preparasi dan optimasi struktur senyawa uji serta preparasi struktur 3D reseptor 4ZUD dan 6PS5. Untuk mengetahui kebenaran metode maka dilakukan validasi terhadap senyawa ligand olmesartan untuk 4ZUD dan ligand propranolol untuk 6PS5. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kedua reseptor diperoleh hasil untuk senyawa uji berupa MolDockScore, profil farmakologi absorbsi, distribusi, metabolisme, ekskresi serta toksisitas. Hasil MolDockScore menunjukkan bahwa senyawa Colchicine,N-desacetyl-N-[4-hydroxy-3,5-dimethoxycinnamoyl] memiliki nilai paling rendah yakni -146.503 pada reseptor 4ZUD dan -129.718 pada reseptor 6PS5 yang mendekati nilai ligan alami dibandingkan senyawa metabolit lainnya. Selain itu juga memberikan hasil yang baik berdasarkan profil farmakologi pada reseptor 4ZUD & 6PS5 antara lain HIA (95,73%), Caco2 (35.14nm/detik) dan PPB (87.67%). Hasil uji negatif juga ditunjukkan pada profil toksisitas </em><em>mutagenik (Ames Test Method), non-mutagenik dan uji karsinogenik yang meliputi genotoksik dan nongenotoksik.</em></p> <p>Hypertensive is a cardiovascular system disorder characterized by systolic pressure ≥ 140mmHg and diastolic ≥ 90mmHg. The increase in blod pressure is due to the mechanism of angiotensin II and β-adrenergic receptors, so in developing medicine for hypertension, compounds are needed to inhibit the activation of angiotensin II to angiotensin II, as well as β-adrenergic. Kalimantan, Indonesia has a biodiversity that has the potential as medicine such as Bangkirai (Shorea laevis Ridl.). Based on previous research on secondary metabolites, various compounds have been identified that have potential as new drug candidates, for example as antihypertensive. This study aims to determine the pharmacological profile and mechanism of angiotensin I inhibition at the 4ZUD and β-adrenergic receptors inhibition at the 6PS5 receptor, from ethanol extract of bangkirai leaves by carrying out molecular docking which begins with several stages including preparation and optimization of the structure of the test compound and structure preparation of 3D receptors 4ZUD and 6PS5. To find out the correctness of the method, validation was carried out on the Olmesartan ligand compound for 4ZUD and the propranolol ligand for 6PS5. Based on research carried out on both receptors, results were obtained for the test compounds in the form of MolDockScore, the pharmacological profile of absorption, distribution, metabolism, excretion, and toxicity. MolDockScore results show that the compound Colchicine, N-desacetyl-N-[4-hydroxy-3,5-dimethoxycinnamoyl] has the lowest values, namely -146.503 at the 4ZUD receptor dan -129.718 at the 6PS5 receptor, which is close to the natural ligand value compared to other metabolite compounds. Apart from that, it also provides good results based on the pharmacological profile of the 4ZUD and 6PS5 receptors including HIA (95.73%), Caco2 (35.14nm/second), and PPB (87.67%). Negative test results are also shown in the mutagenic toxicity profile (Ames Test Method), non-mutagenic, and carcinogenic tests which include genotoxic and nongenotoxic.</p>Adhe AgusSiswandono SiswandonoMaria Butar-ButarAndrian FernandesRizki Maharani
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120219020010.32382/mf.v20i2.994In-Silico Analysis of Momordica charantia L. As Antidiabetic Agents Through Activation of Human UDP-Galactose 4-Epimerase Receptors
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1002
<p><em>Analisa In-Silico (Momordica charantia L.) Sebagai Senyawa Antidiabetes Melalui Aktivasi Reseptor UDP-Galactose 4-Epimerase Manusia</em></p> <p><em>Potensi antidiabetes dari senyawa yang ditemukan dalam Momordica charantia L. yang dikenal sebagai pare diselidiki melalui docking molekuler dan analisis ADME. Beberapa senyawa bioaktif dari pare, seperti charantin, vicine, momordenol, momordicilin, dan momordikosida dianalisis secara in silico saat berinteraksi dengan reseptor UDP-4 manusia. Hasil docking menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tersebut menunjukkan afinitas ikatan yang kuat dalam regulasi glukosa. Analisis ADME menunjukkan bahwa senyawa tersebut mematuhi Lipinski Rule of Five, dengan sifat yang menguntungkan seperti obat dan beberapa senyawa perlu dilakukan uji toksisitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Momordica charantia L. memiliki potensi sebagai antidiabetes yang perlu dikonfirmasi secara in vivo dan uji klinis terkait efikasi dan keamanan dalam manajemen diabetes mellitus.</em></p> <p>This study investigates the antidiabetic potential of compounds found in Momordica charantia L., commonly known as bitter melon, through molecular docking and ADME (Absorption, Distribution, Metabolism, and Excretion) analysis. Utilizing in silico methods, several bioactive compounds from bitter melon, such as charantin, vicine, momordenol, momordicilin, and momordicoside, were evaluated for their ability to interact with the human UDP-Galactose 4-Epimerase receptor, a key enzyme involved in glucose metabolism. The docking results indicate that these compounds exhibit strong binding affinities, suggesting their role in glucose regulation. Further ADME analysis revealed that the compounds generally comply with the Lipinski Rule of Five, indicating favorable drug-like properties, though some compounds exhibited potential toxicities requiring further investigation. These findings highlight the potential of <em>Momordica charantia</em> as a source of antidiabetic agents, warranting additional in vivo and clinical studies to confirm their efficacy and safety in managing diabetes mellitus.</p>Asri Dwi Endah Dewi PramesthiKafka Navisa SuwarnoAldo PratamaJamiatur RasyidahI Wayan Surya RahadiRima Rasida
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120220120810.32382/mf.v20i2.1002SNEDDS Sebagai Sistem Penghantaran Baru Berbasis Sediaan Gel Tea Tree Oil Untuk Anti Jerawat
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/796
<p><em>SNEDDS as A New Delivery System Based on Tea Tree Oil Gel Preparation for Antiacne</em></p> <p><em>Acne is a skin condition that is often discussed, especially among teenagers, because of its potential to damage self-confidence. The use of cosmetics that contain anti-acne active compounds from natural ingredients, such as tea tree oil, is one of the effective acne treatments. Tea tree oil is an essential oil that has hydrophobic and lipophilic properties. So, a good conveyor system such as SNEDDS is needed. The SNEDDS tea tree oil gel preparation in this study aims to assess the potential inhibition of the preparation against staphylococcus epidermidis, a type of acne-causing bacteria. The data analysis in this study uses descriptive methods, such as homogeneity test, organoleptic test, pH test, dispersion test, viscosity test, stability test, and antibacterial test. Antibacterial activity data is data obtained in the form of the diameter of the obstacle area and measured using a caliper. The results of the antibacterial activity test against staphylococcus epidermidis bacteria are as follows: positive control (Clindamycin) has an inhibition of 32.26 mm, F1 (SNEDDS tea tree oil 0% gel) does not inhibit, and F2 (SNEDDS tea tree oil 20% gel) has an inhibition of 24.44 mm. Thus, it can be concluded that SNEDDS tea tree oil gel can inhibit bacteria in the very strong category (>10mm).</em></p> <p>Jerawat adalah kondisi kulit yang sering dibahas, terutama dikalangan remaja, karena potensinya untuk merusak kepercayaan diri. Penggunaan kosmetik yang mengandung senyawa aktif antijerawat dari bahan-bahan alami, seperti tea tree oil, adalah salah satu pengobatan jerawat yang efektif. Tea tree oil adalah minyak esensial yang memiliki sifat hidrofobik dan lipofilik. Sehingga, diperlukan sistem penghantar yang baik seperti SNEDDS. Sediaan gel SNEDDS tea tree oil dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi penghambatan sediaan terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, sejenis bakteri penyebab jerawat. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, seperti uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas, uji stabilitas, dan uji antibakteri. Data aktivitas antibakteri merupakan data yang diperoleh berupa diameter daerah hambatan dan diukur menggunakan jangka sorong. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut: kontrol positif (klindamisin) memiliki daya hambat 32,26 mm, F1 (gel SNEDDS tea tree oil 0%) tidak menghambat, dan F2 (gel SNEDDS tea tree oil 20%) memiliki daya hambat 24,44 mm. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa gel SNEDDS tea tree oil memiliki kemampuan untuk menghambat bakteri dengan kategori sangat kuat (>10mm).</p> <p> </p>Alnessia FirdaniMutia Dian PratiwiKharisma PramitasariPutri Jian SuryaniElasari Dwi Pratiwi
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120220921710.32382/mf.v20i2.796Formulasi Kapsul Ekstrak Etanol Daun Sambung Nyawa (Gynurae procumbens (Lour) Merr) dengan Variasi konsentrasi Bahan Pengikat Polivinil Pirolidon (PVP)
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/522
<p><em>Formulation of Ethanol Extract Capsules of Sambung Nyawa Leaves (Gynurae procumbens (Lour) Merr) with Varying Concentrations of Polyvinyl Pyrrolidone (PVP)</em></p> <p><em>Sambungnyawa (Gynurae procumbens (Lour) Merr) is known to have several secondary metabolite compounds including alkaloids, flavonoids, anthraquinones, saponins, glycosides and essential oils. The aim of this research is to obtain a stable concentration of PVP binder if formulated in granule form for encapsulation in ethanol extract of sambungjiwa leaves. The variation in PVP concentration used was 0.5%; 1.5 %; 2.5 %; 3.5 %; and 4.5%. Granules are made using the wet granulation method then put into the capsule shell and continued with evaluation. Based on the evaluation results of the ethanol extract capsule formulations of sambungjiwa leaves, it can be concluded that variations in the concentration of PVP as a binder can affect the physical stability of the capsule preparation, where the five formulas with different concentration variations have different stability after hygroscopicity testing. The formula that has good physical stability is the FK4 formula with a PVP concentration of 3.5%.</em></p> <p>Sambung Nyawa (Gynurae procumbens (Lour) Merr) diketahui memiliki beberapa senyawa metabolit sekunder diantaranya alkaloid, flavonoid, antraquinon, saponin, glikosida dan minyak atsiri, Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan konsentrasi bahan pengikat PVP yang stabil jika diformulasi dalam bentuk granul untuk dikapsulkan pada ekstrak etanol daun Sambung Nyawa. Variasi konsentrasi PVP yang digunakan adalah 0,5 %; 1,5 %; 2,5 %; 3,5 %; dan 4,5 %. Granul dibuat dengan metode granulasi basah kemudian dimasukkan ke dalam cangkang kapsul dan dilanjutkan dengan evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi dari formulasi kapsul ekstrak etanol daun Sambung Nyawa dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat dapat mempengaruhi kestabilan fisik sediaan kapsul, dimana kelima formula dengan variasi konsentrasi yang berbeda memiliki kestabilan yang berbeda-beda setelah pengujian higroskopisitas. Formula yang memiliki kestabilan fisik yang baik adalah formula FK4 dengan konsentrasi PVP 3.5%.</p>Asril burhanIkbalZulham ZulhamAndi Nur Aisyah Nur KhairiMaria Ulfa
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120221822610.32382/mf.v20i2.522Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat, Dan n-Heksan Biji Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Dengan Metode DPPH
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/686
<p><em>Antioxidant Activity of Ethanol, Ethyl Acetate, and n-Hexane Extracts of Noni Seeds (Morinda Citrifolia L.) Using the DPPH Method</em></p> <p><em>Antioxidants are compounds that can reduce the negative impact of free radicals. Noni seeds (Morinda citrifolia L.) contain these compounds as secondary metabolites. This research is a laboratory observational study to determine and compare the antioxidant activity of ethanol extract, ethyl acetate extract, and n-hexane extract noni seeds (Morinda citrifolia L.) using the 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl method. Then the absorption was measured with a UV-Vis Spectrophotometer at the maximum wavelength (516 nm). The results showed that the IC<sub>50</sub> value of the ethanol extract of noni fruit seeds was 507.75 ppm and the IC<sub>50</sub> value of the ethyl acetate extract of noni fruit seeds was 43.18 ppm, while the n-hexane extract of noni fruit seeds had inactive antioxidant activity. The antioxidant activity of the ethanol extract of noni seeds is in the weak category and the antioxidant activity of the ethyl acetate extract is in the very strong category. The extracting solution that produces noni seed extract with the highest antioxidant activity is ethyl acetate solvent.</em></p> <p><em>Antioksidan adalah senyawa yang dibutuhkan untuk mencegah dampak buruk dari radikal bebas. Biji Mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung senyawa tersebut sebagai metabolit sekundernya. Penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrrak n-heksana, Biji Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan metode 1,1- difenil-2- picrylhydrazyl. Kemudian serapannya diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (516 nm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IC<sub>50 </sub>ekstrak etanol Biji Mengkudu adalah 507,75 ppm dan nilai IC<sub>50 </sub>ekstrak etil asetat Biji Mengkudu adalah 43,18 ppm sedangkan ekstrak n-heksana Biji Mengkudu memiliki aktivitas antioksidan yang tidak aktif. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol Biji Mengkudu termasuk dalam kategori lemah dan aktivitas antioksidan ekstrak etil asetatnya termasuk kategori sangat kuat. Larutan pengekstrak yang menghasilkan ekstrak Biji Mengkudu dengan aktivitas antioksidan paling tinggi adalah pelarut etil asetat.</em></p>Nurisyah NurisyahIrawati IrawatiAlfrida Monica SalasaAsyhari Asyikin
Hak Cipta (c) 2024 Media Farmasi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120222723510.32382/mf.v20i2.686Inkorporasi Ekstrak Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) dalam Patch Transdermal Sebagai Anti Hiperglikemi; Formulasi Dan Pankreatik Histopatologi
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/1060
<p><em>Incorporation Of Jarak Pagar Leaves Extract (Jatropha Curcas L) In Transdermal Patch As Antihyperglycemic ; </em><em>Formulation And Pancreatic Histopathology</em></p> <p><em>Transdermal patches are known to have a more immediate therapeutic effect and could avoid the risk of side effects that may arise compared to oral. This study aimed to produce Jarak Pagar leaves ethanolic extract transdermal patch (JPL-EETP) to enhance the penetration of Jarak Pagar leaves </em><em>extract </em><em>(JPL-EE) to maximize the systemic therapeutic effect of antidiabetics. In </em><em>addition</em><em>, easy and enjoyable medication could improve patient compliance. Transdermal patch was prepared by making the formula of JPL-EETP with different concentrations of extract with solvent-evaporated methods. JPL-EETP optimization was carried out by determining the pH, aeration, folding resistance, and organoleptic. Furthermore, the optimal JPL-EETP formulas were followed by the in vivo assay, ex vivo assay, and pancreatic histopathology assay. The JPL-EETP physicall determination were carried out </em><em>the</em><em> appropriate of transdermal patch measurements. F3 with an JPL-EE concentration of 1.75 g can provide an antidiabetic effect on in vivo asay that is as good as oral antihyperglycemic drugs (p>0.05). Ex vivo study confirmed that the gallate acid permeation across the porcine skin of F2 showed higher percentage of permeation of 94,2% respectively after 24 h. The histophatology assay presence no significant difference between the surface area of the islets of Langerhans and the histopathological after administration of metformin or Jarak Pagar leaves extract transdermal patch. The results suggest that Jarak Pagar leaves ethanolic extract transdermal patch is a potential candidate of antidiabetics drug from natural source and can provide a higher patient compliance along with effectiveness in the management and treatment of diabetes which can be easily applied to the skin</em><em>. </em></p> <p><em>Sediaan patch transdermal diketahui memiliki efek terapi yang lebih cepat dan dapat amenghindari resiko efek samping yang mungkin timbul dibanding sediaan oral. Penelitian ini bertujuan untuk membuat ekstrak etanol daun Jarak Pagar (PT-EJPL) yang diformulasikan dalam bentuk patch transdermal untuk meningkatkan efektifitasnya sebagai antihiperglikemi. Patch transdermal dibuat dalam beberapa konsentrasi EJPL dengan metode solvent-evaporated. Karakteristik PT-EJPL ditentukan dengan pengukuran pH, daya lipat, dan uji organoleptik. Penentuan efek antihiperglikemi dilakukan secara in vivo menggunakan tikus wistar putih. Persentase pelepasan fenolik dilakukan secara ex vivo menggunakan kulit babi selama 24 jam. Analisis pakreas histopatologi dilakukan dengan melihat luar area pulau langerhans sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil pengujian menunjukkan karateristik patch yang sesuai persyaratan. Formula 3 dengan konsentrasi EEJPL 1.75 g menunjukkan efek antihiperglikemi pakling baik (p<0.05) sejalan dengan hasil uji pelepasan asam gallat pada F3 mencapai 94,2% pada jam ke 24. Analisis histopatologi luas permukaan sel langerhans menunjukkan tidak perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan (p>0.05). Penelitian ini berhasil memformulasikan EJPL kedalam sistem penghantaran transdermal dan dapat dipertimbangkan sebagai kandidat antidiabetik herbal.</em></p>Muli SukmawatiArisantyDwi Rachmawaty DaswiHendra StevaniDicky Alexander Daton
Hak Cipta (c) 2024 -
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120223624610.32382/mf.v20i2.1060Potensi Ekstrak Jahe Gajah (Zingiber officinale var. Roscoe) Sebagai Bahan Aktif Sediaan Gargarisma dalam Mencegah Pertumbuhan Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi
https://ojs3.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medfar/article/view/526
<p><em>Potential of Elephant Ginger Extract (Zingiber officinale var. Roscoe) as an active ingredient in Gargarisma preparation in inhibiting the growth of Strptococcus mutans which causes dental caries</em></p> <p><em>Ginger plants are known to contain chemical compounds in the form of phenols and flavonoids where these compounds have potential antibacterial power. This study aims to formulate elephant ginger extract into gargarisma preparations and determine the stability of the physical quality as well as to determine the antibacterial potential of gargarisma elephant ginger extract preparations optimally. Elephant ginger was extracted using the maceration method, then dried using a freeze-drying device. Then formulation into gargarisma preparations whit concentrations of 5%, 10%, and 20% elephant ginger extract followed by evaluation of the preparation including pH test, organoleptic test, and viscosity test as well as antibacterial power test. The results of each study have an average value before and after the Cycling test, namely the pH test with 5% concentration: 6.13 and 6.06; concentration 10%: 5.92 and 5.96; concentration 20%: 5.96 and 5.91, on the viscosity test 5% concentration: 1.86cps and 2.19cps; concentration 10%: 2.05cps and 2.45cps; concentration 20%: 2.55cps and 3.06cps, the organoleptic test did not change. From the results of the inhibition test, the average value was obtained at a concentration of 5%: 9mm; concentration 10%: 14.33mm; concentration 20%: 17.67mm. it can be concluded that 5%, 10%, and 20% concentrated ginger extract can be formulated into elephant ginger preparations with gargarisma constraint and fulfils the physical quality requirements of gargarisma preparations as well as for the antibacterial power test, the significance value (p<0,05) indicates a significant difference. Each concentration. At a concentration of 10%, it had an optimal effect in inhibiting the growth of Streptococcus mutans. </em></p> <p><em>Tanaman Jahe Gajah diketahui mengandung senyawa kimia berupa fenol, flavonoid dimana senyawa tersebut memiliki potensi daya antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak jahe gajah menjadi sediaan gargarisma dan mengetahui stabilitas mutu fisik serta untuk mengetahui potensi antibakteri dari sediaan gargarisma ekstrak jahe gajah secara optimal. Jahe gajah diekstraksi menggunakan metode maserasi, kemudian dikeringkan menggunakan alat freeze drying, lalu diformulasi menjadi sediaan gargarisma dengan konsentrasi ekstrak jahe gajah 5%, 10%, dan 20% dilanjutkan dengan evaluasi sediaan meliputi uji pH, uji organoleptik, dan uji viskositas serta uji daya antibakteri. Hasil penelitian masing-masing memiliki nilai rata-rata sebelum dan sesudah Cycling test yaitu pada uji pH konsentrasi 5%: 6,13 dan 6,06; konsentrasi 10%: 5,92 dan 5,96; konsentrasi 20%: 5,96 dan 5,91, pada uji viskositas konsentrasi 5%: 1,86cps dan 2,19cps; konsentrasi 10%: 2,05cps dan 2,45cps; konsentrasi 20%: 2,55cps dan 3,06cps, pada uji organoleptik tidak mengalami perubahan. Dari hasil pengujian daya hambat didapatkan nilai rata-rata pada konsentrasi 5%: 9mm, konsentrasi 10%: 14,33mm, konsentrasi 20%: 17,67mm. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak jahe gajah dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20% dapat diformulasi menjadi sediaan gargarisma dan memenuhi syarat mutu fisik sediaan gargarisma serta untuk uj daya antibakteri diperoleh nilai Signifikansi (p<0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna tiap konsentrasi. Pada konsentrasi 10% sudah memberikan efek yang optimal dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.</em></p>AsmawatiMuh. Arfandy GunawanMuhammad Asman Setiawan JumainRatnasari Dewi
Hak Cipta (c) 2024 -
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-312024-10-3120224725610.32382/mf.v20i2.526